20 Juli 2019

Walau bertahun-tahun saya tinggal di kota Solo, namun saya baru menginjakkan kaki di Stasiun Solo Jebres di libur lebaran yang lalu. Itupun karena mengantar ibu saya yang hendak membeli tiket kereta. Stasiun Solo Jebres bukan kereta terminal, alias bukan tempat pemberhentian akhir kereta. Jadi, memang tidak banyak orang naik turun di stasiun ini.
Karena waktu kami datang ke sana sistem penjualan tiketnya sedang bermasalah, kami jadinya harus menunggu beberapa lama sampai sistem kembali normal. Waktu tunggu itu saya manfaatkan untuk jalan-jalan melihat gedung stasiun dan juga lingkungan sekitarnya.
Solojebres
Stasiun Solo Jebres.
Saya menemukan sebuah plakat yang menunjukkan bahwa Stasiun Solo Jebres sudah menjadi bangunan cagar budaya sejak tahun 1997. Disebutkan di dalam plakat itu bahwa Stasiun Solo Jebres adalah stasiun yang digunakan oleh Gubernur Hinda Belanda saat bertemu dengan Sultan Pakubuwono diKeraton Kasunanan Surakarta. Agak aneh juga ya, karena dalam hitungan jarak, untuk menuju ke Keraton Kasunanan, lebih dekat Stasiun Solo Kota dibandingkan Stasiun Solo Jebres.
Menurut Wikipedia, dulunya Stasiun Solo Jebres melayani suatu jalur kereta yang ujungnya di tepi Bengawan Solo. Akan tetapi, tidak ada catatan yang lengkap mengenai jalur kereta ini. Yang jelas, kini Stasiun Solo Jebres lebih banyak menjadi tempat pemberhentian kereta ekonomi yang melewati Semarang.
Gedung Stasiun Solo Jebres dibangun di tahun 1884 sebagai salah satu stasiun kereta pada jalur milih perusahaan kereta api Staatssprrowegen. Perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (sekarang PT Kereta Api Indonesia) saat Indonesia merdeka. Bangunan stasiun ini bisa dikatakan termasuk mewah, dengan lobby yang langit-langitnya tinggi serta jendela yang besar. Menurut saya, bentuk bangunannya mengingatkan saya pada gedung lama Stasiun Bogor.
solojebres
Lobby Stasiun Solo Jebres.
Berhubung saya bukan penumpang yang hendak naik kereta, saya tidak masuk ke dalam area peron. (Lagian, saya masuk lobby depan sambil foto-foto saja sudah dilihati oleh satpam. Untung tidak ada larangan memotret seperti di Stasiun Tanjung Priok.) Jadi, saya lebih fokus untuk mengagumi bagian depan dari stasiun ini saja.
Di bagian samping dari bangunan ini, ada bangunan tambahan modern, yang dipakai sebagai tempat pembelian tiket kereta. Jadi, orang-orang yang hanya bermaksud untuk membeli tiket kereta tidak perlu mondar-mandir di sekitaran bangunan bersejarah ini. Saya saja yang iseng tengok-tengok kemari.
Stasiun Solo Jebres terletak di daerah Jebres, Surakarta, tepatnya di Jl. Ledoksari Utara no. 1. Saya yakin dulunya daerah kosong di sekitar stasiun ini luas dan bisa menjadi tempat parkir kereta kuda yang menjemput tuan-tuan dan nyonya-nyonya Belanda. Tapi, sekarang tempat parkirnya tidak terlalu luas. Lagipula, agak susah untuk keluar masuk area stasiun karena persis di depannya ada Pasar Jebres yang cukup besar. Kalau pagi hari, jalanan di sini ramai sekali.
Dengan berhasilnya saya mengunjungi Stasiun Solo Jebres, akhirnya saya berhasil memenuhi keinginan saya untuk mengunjungi seluruh stasiun kereta api di kota Solo (Surakarta). Empat-empatnya sudah berhasil dikunjungi. Yeay! Siapa tahu untuk selanjutnya saya bisa jalan-jalan ke stasiun kereta di kota lainnya.

24 Komentar:

  1. wih bangunannya masih klasik banget, bagus nich untuk foto2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... sempat kaget juga ada stasiun cantik begini di Solo.

      Hapus
  2. Arsitektural stasiunnya klasik banget, beda sama stasiun Lempuyangan di Jogja yang pernah saya lihat hihi. Seru juga ya mba bisa mengunjungi banyak stasiun kereta, kebetulan saya cuma pernah sekali turun di Solo naik kereta yang dari Jogja itu Prambanan Express atau apa lupa namanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha... padahal di Solo ada empat stasiun kereta api dan semuanya aktif. Iya, goals jangka panjang nih: mengunjungi sebanyak mungkin stasiun kereta api di Pulau Jawa.

      Hapus
  3. oh, mbak Dyah tinggal di Solo to...
    aku paling seneng saya bangunan stasiun tua, soalnya megah gitu rasanya, walaupun kadang agak spooky. tapi arsitekturnya bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau stasiun kereta api, saya jarang merasa spooky. Kalau museum tuh, entah mengapa, kadang ada aja daerah yang bikin merinding.

      Hapus
  4. wah keren ya? Wah kayanya harus mulai nulis bangunan stasiun nih, mulai dari stasiun bandung ah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tulis Bu. Kadang banyak yang penasaran dengan stasiun kereta di berbagai kota, lho.

      Hapus
  5. Kelebihan Sola dan jg Yogya adalah bangunan2 tua yang eksotis dan bernilai sejarah seperti ini. Bule2 pasti suka. Punya pengalaman ngantar tamu bule ke hotel kekinian, mereka malah milih hotel kuno / desain kuno yang antik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha ... turis sukanya kan yang eksotik.

      Hapus
    2. Termasuk mereka cari istri gitu juga mba hehehe

      Hapus
    3. Hahaha ... yang beda gitu ya.

      Hapus
  6. Waw stasiunnya bagus banget. Masih desain jaman dulu..
    *desain jaman dulu*
    Seandainya semua stasiun punya desain mirip2 unik begini.
    Kan mayan buat poto2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya stasiun utama di kota-kota kecil pasti masih ada sisa bangunan yang plus minus sama dengan bentuknya waktu jaman Belanda, lho. Tapi memang cuma beberapa saja yang bentuknya sedikit lebih mewah.

      Hapus
  7. Bangunanya keren ya, walaupun sudah bangunan lama. Makannya mbk dyan sampai selfi-selfi😁

    BalasHapus
  8. Bangunan-bangunan yang kayak begini yang menggoda buat dijadikan tempat photo photo, lebih gimana gituuuu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ... stasiun jaman dulu kayaknya keren-keren ya.

      Hapus
  9. Dulu pertama kali pak suami bilang ada nama stasiun Solo Jebres saya nggak percaya, kok namanya aneh gitu hihihi.
    Ternyata emang beneran ada dan keren ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Nggak tahu juga sih, Jebres itu artinya apa.

      Hapus
  10. Saya udah pernah turun di sini waktu dari Purwokerto. Karena saya mau main ke rumah nenek saya di Wonogiri. Tinggal jalan bentar ke arah jalan besar, udah banyak bus yang ke arah Wonogiri bersliweran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke Wonogiri juga seru tuh. Banyak kacang mete.

      Hapus
  11. Betul nuansanya ngingetin sama Stasiun Bogor. Kebetulan rumah eyangnya istri deket banget sama Stasiun Jebres.

    BalasHapus