31 Oktober 2015

Mulai hari Sabtu tanggal 12 September yang lalu, Balaikota Jakarta resmi menjadi tujuan wisata dan dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Balaikota Jakarta yang dimaksud di sini adalah Kantor Gubernur DKI Jakarta yang letaknya di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8-9 Jakarta Pusat. Menurut portal resmi Provinsi DKI Jakarta (www.jakarta.go.id), gedung ini sudah menjadi kantor pemerintahan kota Jakarta sejak tahun 1919, yang mana saat itu daerah ini disebut sebagai Koningsplein Zuid. Sejak saat itu, pusat pemerintahan Jakarta tidak pernah berpindah dari kompleks gedung Balaikota ini.
Gedung Balaikota, nampak depan.
Nah, hari Sabtu yang lalu, tepatnya tanggal 24 Oktober 2015, saya dan beberapa teman sepakat untuk mengikuti Wisata Balaikota di sini. Kami tiba di depan Gedung Balaikota dengan menumpang bus tingkat city tour. Lumayan, gratis ...
Dari depan, Gedung Balaikota yang terletak di dekat monas ini terkesan sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Teman saya bahkan sempat ragu-ragu, apakah boleh masuk atau tidak. Kebetulan, sedang ada renovasi gedung di kompleks Balaikota ini, sehingga beberapa bagian tertutup oleh pagar seng tinggi yang menambah kesan sepi. Begitu kami masuk ke dalam kompleks Balaikota, kami bertemu dengan beberapa keluarga yang keluar dari gedung utama Balaikota. Kami pun kembali menjadi yakin bahwa gedung Balaikota masih bisa dikunjungi.
Teras depan.
Mungkin karena kami tiba sekitar pk. 14:30, jumlah pengunjung yang nampak tidak terlalu banyak. Selain kami, ada sepasang muda-mudi dan dua keluarga yang juga ada di sekitaran gedung. Kedatangan kami disambut dengan ramah oleh tour guide yang sedang berjaga di depan pintu. Tour guide inilah yang kemudian mengantarkan kami keliling gedung Balaikota sekaligus menjelaskan ruang-ruang yang kami lewati.
Gedung Balaikota memiliki pola bangunan yang menyerupai rumah tradisional Betawi. Ada teras yang luas dengan tempat duduk di bagian depan bangunan. Masuk ke dalam, pengunjung akan tiba di ada ruang depan yang luas. Selanjutnya ada lorong penghubung ke ruang tengah, dimana di kiri kanannya ada ruangan-ruangan tertutup. Bedanya dengan rumah tradisional, bangunan ini bukan tempat tinggal, melainkan tempat kerja.
Ruangan pertama yang kami kunjungi adalah Ruang Sunda Kelapa, yaitu ruang transit tamu. Tamu yang hendak bertemu dengan Gubernur akan diminta untuk menunggu waktunya di sini. Di sini terdapat dua meja bundar besar dan beberapa meja sudut, dengan kursi-kursi yang tertata rapi mengelilinginya. Di kiri dan kanan ruangan terdapat dua cermin raksasa yang berhiaskan lambang provinsi DKI Jakarta Raya.
Ruang Sunda Kelapa.
Melewati Ruang Sunda Kelapa, kami tiba di lorong penghubung menuju ke ruang tengah. Di kiri dan kanan lorong ini terdapat pintu yang tertutup. Pintu di sebelah kiri adalah pintu menuju ke ruang kerja Gubernur. Pintu yang sebelah kanan adalah pintu ruang tamu VIP. Selain kedua ruangan ini, ada juga ruang tamu, ruang rapat kecil, dan juga ruang khusus untuk Tim Pembebasan Urusan Tanah. Ternyata kasus pembebasan tanah sedemikian pentingnya sehingga mendapatkan tempat khusus di dalam gedung utama kantor Gubernur.
Ruang tengah adalah Ruang Fatahillah, yang digunakan sebagai ruang Galeri Foto. Ruangan yang luas ini relatif kosong, hanya berisikan beberapa barang pameran dan papan penjelasan mengenai sejarah gedung Balaikota ini. Di sini terdapat tangga yang mengantar para pengunjung ke ruang serba guna, yang disebut sebagai Balai Agung. Di hari-hari tertentu, di Balai Agung dilakukan pemutaran film gratis.
Ruangan yang paling menarik diantara seluruh ruangan yang ada adalah Ruang Rapat Pimpinan. Soalnya, di sini pengunjung boleh foto-foto, sambil duduk di kursi Gubernur DKI Jakarta Raya! Kapan lagi bisa mejeng di kursi gubernur?
Ruang Rapat Pimpinan.
Keluar dari gedung Balaikota, pengunjung disambut oleh pedagang makanan tradisional. Saya yang sudah kehausan dan sedikit lapar, langsung membeli segelas es selendang mayang. Lumayan, menyegarkan!
Selesai makan, kami foto-foto sebentar di depan gedung Balaikota. Saat kami pulang, ibu-ibu tour guide dan rekan-rekannya juga pulang. Rupanya kesempatan tour keliling gedung Balaikota selesai di jam 4 sore. Tapi, meskipun tour guide pulang, bukan berarti pengunjung langsung diusir. Saat kami berjalan keluar, kami masih melihat keluarga muda yang foto-foto di depan gedung. Mungkin area ini baru ditutup jam 5 sore.

Bagaimana caranya menuju ke Gedung Balaikota?

Ada beberapa cara:
  • Naik bus tingkat city tour dan turun di halte city tour Balaikota.
  • Naik bus Transjakarta dan turun di halte busway Balaikota (K02-21). Tinggal menyeberang jalan, lalu jalan sedikit ke arah Jl. M.H. Thamrin. Gedung Balaikota ada di sebelah kiri.
  • Naik bus jurusan Tanah Abang yang lewat Tugu Tani dan Jl. Kebon Sirih (mis. Kopaja 502 Kampung Melayu – Tanah Abang). Turun di perempatan Sabang/Kebon Sirih. Dari situ, jalan kaki ke arah Monas sampai di Jl. Medan Merdeka Selatan. Belok ke kanan, jalan terus saja sampai tiba di Gedung Balaikota. Lamanya jalan kaki dari turun bus sekitar 15-20 menit.
  • Naik kereta/commuter line/KRL, turun di Stasiun Sudirman. Bisa ambil Metromini P15, lalu turun di perempatan Sabang/Kebon Sirih, dan jalan kaki seperti petunjuk di atas. Kalau males jalan kaki, bisa naik bus Transjakarta dan turun di halte busway Monumen Nasional (K01-14). Dari sini, tunggu saja bus tingkat city tour yang berhenti di halte Balaikota.
  • Kalau naik kendaraan pribadi, bisa parkir di Lapangan Parkir IRTI  Monumen Nasional (Monas). Dari sini, tinggal menyeberang jalan dan jalan kaki sekitar 10 menit.


2 Komentar:

  1. banyak wista sejarah kalo di Jkt ya....?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak banget! Apalagi yang terkait dengan kegiatan seputar kemerdekaan (17 Agustus) atau jaman penjajahan Belanda. Mengunjungi museum-museum di Jakarta juga seru.

      Hapus