30 November 2015

Jl. Bongkaran, dengan bangunan ruko kuno khas daerah pecinan.
Sekitar tiga minggu yang lalu, saya mendapat tugas dari kantor untuk ke Surabaya. Namanya juga tugas kantor, jadi saya tidak bisa sembarangan jalan-jalan keliling kota Surabaya. Untungnya, tempat penugasan saya dekat dengan Pasar Atom. Jadi di jam makan siang di hari Jumat, saya memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kantor, dengan tujuan ke Pasar Atom. Lumayan, waktu istirahat satu setengah jam terpakai untuk menjelajahi daerah pecinan di Surabaya.
Karena ini bukan jalan-jalan santai, jadi saya hanya lewat sambil mengamati kegiatan orang-orang di sekitar sini. Saya jalan kaki muter-muter dengan tujuan utama Pasar Atom, untuk makan siang. Jalan kaki yah, nggak naik kendaraan apapun. Ternyata, ada banyak tempat dengan sejarah menarik di sekitaran daerah pecinan Surabaya.

Pasar Bong

Bagian depan Pasar Bong.
Pasar Bong adalah pusat jual beli pakaian muslim, termasuk sarung dan mukena. Tidak melayani pembelian eceran. Tempat ini juga pusat oleh-oleh haji, menurut kabar dari Liputan6, SCTV beberapa bulan yang lalu. Konon kabarnya, dulu daerah Pasar Bong ini adalah kuburan cina. Tapi sejauh ini, tidak ada kisah horor di seputaran pasar ini. Karena saya nggak punya waktu banyak, saya tidak sempat masuk ke dalam dan muter-muter.
Pasar Bong terletak di Jl. Slompretan, yang masih masuk kawasan Kembang Jepun, Surabaya. Kalau penasaran mau ke Pasar Bong, sangat disarankan untuk datang pagi-pagi. Soalnya jalan di sini sempit, jadi susah parkir. Lagi pula, tidak hanya mobil, truk juga bisa mondar mandir di sekitaran sini menambah macet jalanan.

Jl. Kembang Jepun

Jl. Pasar Jepun, Surabaya.
Menurut www.eastjava.com, daerah Kembang Jepun adalah wilayah tertua di Surabaya, sekaligus pusat bisnis dari jaman dahulu kala. Hingga sekarang, daerah ini masih aktif sebagai salah satu pusat perdagangan di Surabaya. Waktu saya jalan kaki di sepanjang Jl. Kembang Jepun ini, kondisi lalu lintasnya tidak terlalu ramai. Mungkin karena bersamaan dengan waktu sholat Jumat.
Sebagai pusat perdagangan dari jaman Belanda, bahkan sebelumnya, di sini terdapat banyak bangunan kuno. Bahkan, di sini ada bangunan cagar budaya Kamar Dagang. Mungkin pemerintah bermaksud menjadikan daerah Kembang Jepun sama seperti kawasan kota tua di Jakarta, namun bangunan di sini banyak yang tidak terawat dan tidak indah dipandang mata. Bahkan, ruko-ruko dengan muka modern lebih menonjol dibandingkan rumah-rumah kunonya.
Cagar budaya? Atau tempat parkir gerobak sampah?
Oh ya, di Jl. Kembang Jepun ini saya mampir sebentar di salah satu ruko, membeli Pia merk Gaya Bali. Rasanya lumayan lah, bisa untuk oleh-oleh buat teman-teman dekat.

Pasar Atom

Pasar Atom 1 Surabaya.
Tepat berseberangan dengan ITC Surabaya, terdapat salah satu pasar yang sudah bertahun-tahun menjadi salah satu roda pergerakan bisnis di Surabaya. Pasar Atom namanya. Pasar Atom berdiri di tahun 1972. Menurut websitenya,www.pasaratom.com, Pasar Atom dibangun menjadi satu dengan Pasar Atom Mall. Untuk saya, semuanya menyatu menjadi Pasar Atom. Pasar Atom dikelilingi oleh empat jalan yaitu Jl. Bunguran, Jl. Waspada, Jl. Siaga, dan Jl. Stasiun Kota.
Buat yang senang belanja, pasti puas banget keliling-keliling pasar ini. Hanya saja, karena keterbatasan waktu, saya tidak bisa lama-lama di sini. Jadi, saya langsung tengok kiri-kanan untuk mencari tempat makan siang. Pilihan jatuh pada Bakwan Kapasari. Bakwan Kapasari, menurut informasi di etalasenya, sudah mulai berjualan sejak tahun 1931. Yang di Pasar Atom ini sepertinya hanya cabangnya. Bakwan di sini tidak dijual per porsi melainkan per potong. Jadi silakan pilih mau isi apa. Harganya lumayan mahal. Oh ya, kuahnya mengandung babi, jadi dijamin tidak halal.

-selesai-

2 Komentar:

  1. Dulu waktu aku tinggal di Surabaya, setiap ke pasar atom pasti beli bubur madura.... super duper yummy. Dan sekarang, kalau sedang ke Surabaya pasti menyempatkan mampir untuk makan bubur madura dan beli oleh-oleh segala macam kerupuk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu di Surabaya kemarin waktunya singkat banget sih ... nggak bisa nyobain banyak makanan. (Harusnya ke Surabaya lagi tapi dalam rangka wisata, bukan kerja, Hehehe ...)

      Hapus