22 November 2015

Seminggu yang lalu, tepanya tanggal 15 November 2015, saya dan beberapa teman jalan-jalan ke Banten Lama. Tidak naik kendaraan umum yah, karena kebetulan salah satu teman bisa bawa mobil. Berdasarkan hasil browsing di internet, wisata ke daerah Banten Lama memang lebih afdol kalau pakai kendaraan pribadi. Soalnya, daerah cakupannya cukup luas dan kendaraan umum relatif jarang. Bisa-bisa harus mengandalkan ojek ke mana-mana kalau tidak bawa kendaraan pribadi.
Kawasan Banten Lama terletak di provinsi Banten; lebih tepatnya di Desa Banten Lama, di utara kota Serang. Dulunya daerah ini adalah kota pelabuhan yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan Kerajaan Banten. Menurut papan informasi di museum, sejarah perkembangan wilayah Banten dimulai bersamaan dengan penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati di daerah yang dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Sunda ini. Kerajaan Banten berdiri setelah Kerajaan Sunda dikalahkan oleh pasukan dari Demak.
Surosowan, ibukota Kerajaan Banten yang sekarang menjadi komplek Banten Lama, adalah kota pelabuhan yang dibangun di tahun 1526. Kekuatan kerajaan Banten menyusut setelah diserang oleh Belanda di tahun 1800-an. Kota Surosowan inilah yang sekarang menjadi Desa Banten Lama. Sisa-sisa kerajaan Banten masih ada hingga saat ini, antara lain berupa Masjid Agung Banten dan reruntuhan Keraton Surosowan.

Beberapa Tempat-Tempat Wisata di Banten Lama

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

Museum ini terletak di jantung daerah wisata Banten Lama, yaitu tepat di depan Masjid Agung Banten dan berdekatan dengan Keraton Surosowan. Menurut saya, ada baiknya berkunjung ke sini dulu sebelum mengunjungi tujuan wisata lainnya. Soalnya, di sini terdapat penjelasan lengkap mengenai sejarah berdirinya Kerajaan Banten dan juga sejarah singkat bangunan-bangunan bersejarah lainnya di sekitaran Banten Lama. Tiket masuk Rp 2.000,- per pengunjung.

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten merupakan salah satu kawasan wisata religius yang banyak dikunjungi di Banten. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan oleh Sultan pertama Kerajaan Banten. Ciri khas dari masjid ini adalah atap bertumpuk seperti pagoda dan menara yang bentuknya mirip mercusuar. Dulunya, masjid ini posisinya cukup dekat dengan garis pantai sehingga orang bisa melihat garis pantai dari menara ini.
Di areal masjid inilah keluarga sultan-sultan Banten dimakamkan. Sedangkan di halaman depan masjid, terdapat Watu Singayaksa yang merupakan tempat pengumuman titah atau peraturan dari Sultan. Di masa kejayaan kerajaan Banten, masjid agung merupakan salah satu pusat kegiatan sosial dan politik utama. Untuk masuk ke kawasan wisata dan parkir di areal parkir di sekitaran masjid, akan ada biaya retribusi masing-masing Rp 5.000,-

Keraton Surosowan

Di papan informasi, tertulis “Benteng Surosowan”. Tapi ini bukan benteng biasa, ini adalah sisa-sisa keraton Surosowan, tempat tinggal sultan-sultan Banten. Keratonnya sendiri sudah dihancurkan oleh Belanda di tahun 1800-an saat mereka menolak perintah untuk memindahkan pusat kerajaan ke Serang.
Sisa-sisa keraton ini bisa dikatakan sudah tidak ada. Yang ada hanyalah sisa-sisa tembok yang sudah rata dengan tanah. Sayangnya, saat saya datang ke sana, gerbang masuk ke dalam keraton ini digembok. Jadi, saya tidak bisa masuk ke dalam dan melihat detil-detil reruntuhan yang tersisa. Untuk bisa masuk, turis harus melapor dulu ke petugas museum dan minta ijin untuk dibukakan gerbangnya. Mungkin reruntuhan ini sengaja dilindungi dari tangan-tangan jahil yang bisa merusak sisa-sisa kerajaan Banten tersebut.

Benteng Speelwick

Benteng peninggalan Belanda ini dulunya sangat dekat dengan garis pantai. Benteng ini didirikan untuk menjamin keamanan monopoli perdagangan di area Banten. Benteng ini mulai ditinggalkan saat hubungan kerajaan Banten dan pemerintah Hindia Belanda memburuk akibat penolakan Sultan terhadap permintaan Gubernur Jendral Deandels. Saat ini, benteng ini hanya tinggal reruntuhan yang bagian tengahnya sudah menjadi lapangan rumput luas untuk sepak bola anak-anak penduduk sekitar.

Vihara Avalokitesvara

Vihara yang berdiri sejak abad ke-16 ini merupakan salah satu vihara tertua di Banten. Letaknya tetap di depan Benteng Speelwick. Berdirinya vihara ini tak lepas dari pengaruh salah satu istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Tiongkok. Saat ini, vihara ini menjadi simbol hubungan antar agama yang harmonis di daerah Banten.  Vihara ini masih digunakan hinga sekarang. Di sebelah utara vihara terdapat lorong menuju asrama yang dihiasi oleh lukisan-lukisan yang indah.

Keraton Kaibon

Keraton Kaibon sebenarnya letaknya persis di pinggir areal Banten Lama. Letaknya di dekat jembatan di ujung Jalan Raya Banten. Seperti Keraton Surosowan, Keraton Kaibon juga hanya tinggal puing-puing. Dulunya tempat ini adalah tempat tinggal ibu dari Sultan Syaifudin, yang merupakan sultan ke-21 Banten. Saat ini, yang terlihat tinggal sisa-sisa tembok dan pintu masuk bangunan.

Wisata Kuliner di Banten

Untuk wisata kuliner, karena keterbatasan waktu, kami hanya berhasil mencoba beberapa jenis makanan saja. Ini dia yang berhasil menggoyang lidah kami saat jalan-jalan di Banten.

Sop Durian – Durian Jatohan H. Arif, Jl. Mayor Syafe’i no. 26 Magarsari, Serang

Sop durian ini dijamin menaikkan tekanan darah dan gula darah. Sop durian yang sedap ini ditaburi keju dan susu. Rasanya mantap dan menyegarkan. Letaknya di seberang Rumah Tahanan Kelas II-B Serang.

Nasi Bakar Sumsum – Warung tenda di alun-alun Serang, di depan SMP Mardi Yuana

Bukanya sekitar jam 5 sore. Saya makan di sini di hari Minggu, jadi saya tidak tahu apakah di hari kerja tenda ini juga buka atau tidak. Nasi bakar sumsum adalah nasi berbumbu, dan diberi lauk sumsum sapi. Rasanya gurih dan sedap. Di sekitaran sini juga ada banyak warung makan. Kebetulan, hari itu ada pawai Festival Film Indonesia dimana artis-artis ibukota diarak keliling kota dengan mobil. Jadi, acara pasar kaget di alun-alun hari itu memang ekstra ramai.

Pecak Bandeng dan Pepes Bandeng Tanpa Duri – Luy Resto, Jl. Sawah Luhur

Bandeng tanpa duri? Yup, ini bukan bandeng presto, namun bandeng yang disajikan tanpa duri. Bandeng tanpa duri adalah santapan khas Banten. Di restoran dan pemancingan ini, kami makan pecak bandeng dan pepes bandeng. Keduanya ludes begitu disajikan oleh kami yang kelaparan ini. Hahaha!
Pecak bandeng yang kami makan adalah pecak bandeng tiga rasa, yaitu pecak bandeng dengan sambal hijau, sambal merah, dan sambal kecap. Sambal hijaunya mantap, saudara-saudara! Karena bandengnya sudah tidak ada durinya, maka makannya lebih mudah. Es kelapa muda adalah teman makan yang cocok untuk pecak bandeng.
Selain pecak, kami juga makan pepes bandeng tanpa duri. Pepes yang dari luar nampak biasa ini ternyata rasanya sangat enak dan bumbunya meresap dengan merata di dagingnya. Bumbu tidak dibalur di atas ikan, namun dimasukkan ke dalam ikan. Saat kami membuka ikan, di dalamnya kami menemukan serai, daun kemangi, dan potongan bawang. Karena rasanya enak sekali, teman-teman saya sampai beli untuk dibawa pulang untuk makan malam keluarga.
Lokasi tempat jualan bandeng tanpa duri ini lumayan jauh. Papan petunjuknya hanya satu, yaitu di pertigaan di seberang Keraton Kaibon. Kita harus masuk ke jalan dimana papan petunjuk itu berada, lalu menyeberang rel kereta api dan terus ... mengikuti jalan, terus ... mengikuti jalan ... sampai tiba di rumah makan pecak bandeng tanpa duri. Sebelum menemukan Luy Resto, kami sempat menemukan sebuah rumah makan pecak bandeng tanpa duri, namun tutup. Untung kami tidak patah semangat dan putar balik, jadi bisa menemukan Luy Resto yang jaraknya lumayan jauh ini.
Oh ya, di sini juga dijual otak-otak yang rasanya sedap. Harus dicoba!

4 Komentar:

  1. Hai Mbak Dyah.. salam kenal.
    keren nih blognya tentang wisata. Potensinya besar nih topik mbak, apalagi mbak mau bikin blognya dalam bahasa inggris, seluruh dunia bisa mengunjungi blog mbak. saya bikin blog bilingual meniru blogger dari turki www.cempost.com, saya baru punya 2 artikel bahasa inggris, langsung rame dikunjungi bule loh. apalabi blog mbak ini tentang wisata yang merupakan aktifitas pavorit para bule.. hehe. kalo mau liat, silahkan berkunjung ke blog saya mbak. www.carusermagz.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah kepikiran sih untuk bikin blog bahasa Inggris, tapi sudut pandang artikelnya harus sedikit berbeda. Harus mencari ide dulu ...
      Kalau blog ini, target marketnya adalah orang Indonesia yang tidak tinggal di Jakarta dan ingin wisata ke Jakarta atau orang Jakarta yang ingin wisata keluar Jakarta. Jadi gaya bahasanya bernuansa Jakarta walau bukan informal.

      Hapus
  2. Ternyata blog 'jalan jalan' pantes komen di post aku tentang tempat wisata :)
    salam kenal ya mbak
    http://ekienglandmuse.blogspot.co.id/2016/06/wisata-alam-sindhumoyo-temanggung.html

    BalasHapus