31 Desember 2016

Buat yang sedang merancang jalan-jalan ke Solo dan berminat untuk wisata kuliner, jangan melewatkan Serabi Notosuman. Serabi khas Solo yang dikelola keluarga selama beberapa generasi ini sudah menjadi salah satu ikon kuliner Solo. Waktu saya main ke Solo di sekitar bulan September, saya menyempatkan diri untuk mampir ke warung serabi ini.
Warung Serabi Notosuman yang saya datangi.
Sesuai dengan namanya, Serabi Notosuman terletak di daerah Notosuman, Solo. Adapun warung serabi khas Solo yang paling laris terletak di Jl. Moch. Yamin, yang dulunya bernama Jl. Notosuman. Di jalan ini ada dua warung serabi, yang sepertinya pemiliknya masih saudara – satu keluarga dengan pencetus serabi Solo ini untuk pertama kali. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis kuliner di Solo masih banyak yang dikelola oleh keluarga secara turun-temurun, termasuk Serabi Solo ini.
Bisnis serabi Notosuman, termasuk seluruh toko-toko yang menggunakan nama Serabi Notosuman di sepanjang Jl. Moch. Yamin, sudah dimulai sejak tahun 1923 dan hingga kini sudah dijalankan oleh generasi ketiga. Rasanya yang khas dan baunya yang wangi memang tetap membuat orang berdatangan membeli serabi yang sebenarnya termasuk kue tempo dulu ini.
Sampai sekarang, cara pembuatannya masih tradisional, yaitu dibakar di atas arang. Mungkin, cara pembakaran inilah yang membuat rasanya menjadi nikmat dan khas.

Proses pembuatannya masih tradisional.
Serabi Notosuman ada yang rasa original dan ada yang rasa coklat. Yang rasa coklat adalah serabi yang ditaburi meises coklat. Dua-duanya enak, apalagi kalau langsung dimakan saat masih hangat. Serabi yang dibeli untuk dibawa pulang biasanya dibungkus dengan daun pisang, baik dengan cara digulung atau ditumpuk-tumpuk dengan daun pisang. Sayangnya, serabi ini tidak tahan lama, jadi agak susah dijadikan oleh-oleh – kecuali kalau beli pagi dan langsung dibawa ke bandara untuk dimakan di sore harinya.

2 Komentar:

  1. Mbaakk... Tulisanmu bikin saya pengen mudik.. Udah bertahun2 pengen serabi notosuman, belom kesampaian.. Pas mudik, malah kulineran yang lain.. Notosumannya ketinggalan.. Hikz..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha! Solo banyak banget tempat wisata kulinernya. Nggak heran kalau serabi tradisional, seperti Serabi Notosuman, jadi ketinggalan. Saya malahan nggak sempat makan tengkleng pas ke Solo.

      Hapus