31 Agustus 2017

Banyak orang bertanya ke saya, “Kok tahu banget ya, daerah-daerah di Jakarta?” Saya biasa bilang, “Lha sudah 20 tahun tinggal di Jakarta, ya sudah pasti tahu banyak tempat.” Tapi ternyata, saya punya beberapa teman (di usia 20-an) yang lahir besar di Jakarta namun tidak terlalu mengenali sudut-sudut kota kelahirannya ini. Ada yang belum pernah naik ke atas Monas, ada yang belum pernah ke sekitaran Pluit, ada yang tidak tahu taman-taman kota di Menteng, ada yang belum pernah ke Pasar Santa. Nah lho ... Ternyata lama tinggal di suatu tempat tidak menjamin orang tersebut mengenali lingkungan tempat tinggalnya. Apalagi kalau tempat tinggalnya adalah Jakarta, yang areanya cukup luas, kemana-mana macet, dan beberapa tempat dirasa kurang nyaman atau kurang aman.
Ada saja orang Jakarta yang belum pernah naik ke atas Monas.
Padahal, sayang lho kalau kita tidak mengeksplorasi kota tempat tinggal. Sekarang masih tinggal di Jakarta, sering kali bilang, “Nanti dulu saja, capek nih. Mau di kos saja.” Begitu sudah waktunya untuk pindah kota (karena penugasan, dapat beasiswa S2, atau menikah), baru mikir, “Kok gue belum pernah ke sana-sini ya?” Nyesel kan ...
Masalahnya, kadang kala kita tidak merasa terdorong untuk bergerak menuju ke suatu tempat kalau tidak ada maksud dan tujuan yang jelas. Kalau naik ke atas Monas, tujuannya jelas: untuk bisa memotret Jakarta dari ketinggian (atau untuk bisa pamer ke sanak saudara di kampung bahwa sudah pernah naik ke atas Monas). Kalau pergi ke sekitaran Bendungan Hilir? Atau ke daerah Jembatan Lima? Ngapain ke sana? Kalau memang punya keinginan untuk eksplorasi Jakarta, mungkin perlu dicoba untuk ikut di komunitas tertentu atau aktivitas lain yang membuat kita mengenal daerah-daerah baru di sekitaran Jakarta.
Waktu saya baru lulus kuliah, saya termasuk orang yang semangat tinggi untuk melamar di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal. Saya pernah melamar ke Cikarang, Tangerang, Pulo Gadung ... karena memang saya anak kos yang bersedia pindah kos-kosan tergantung tempat kerja dan juga karena saya jadinya menemukan alasan untuk datang ke tempat-tempat itu. Kapan lagi, anak lulusan psikologi seperti saya masuk pabrik-pabrik di sekitaran Kawasan Industri Pulo Gadung? Kalau ke institusi penampungan orang-orang dengan masalah kejiwaan atau masalah sosial lain yang di tangkap di jalan, saya sudah pernah berkunjung. Tentunya dalam rangka tugas kuliah.
Cari kerja bisa jadi alasan untuk menjelajahi Jakarta.
Selain untuk interview, salah alasan saya pergi ke tempat-tempat yang jauh adalah untuk berkunjung dan/atau menginap di rumah teman. Teman kuliah atau teman kursus bahasa atau teman kantor atau teman-teman lainnya, semuanya bisa menjadi alasan untuk jalan-jalan. Saya bisa sampai di Stasiun Bekasi ataupun Stasiun Tangerang juga karena berminat main ke rumah teman. Bahkan, saya tahu Pluit Village Mall karena mau ke tempat teman saya yang rumahnya dekat situ. Sebelumnya, sebagai penghuni setia Jakarta Selatan, tidak pernah terpikir oleh saya untuk jalan-jalan di mall di Pluit. Jauh banget!
Berburu event adalah cara lain untuk menemukan alasan jalan-jalan. Ngapain ke Gedung Kesenian Jakarta? Ya mau menonton pertunjukan! Ngapain mau ke Kafe X atau Kafe Y? Karena ada pertunjukan di sana ... Walau yang ini biasanya harus berani modal, namun kalau beruntung bisa mendapatkan undangan untuk acara gratisan. (Tapi ini sangat jarang, ya.)
Menonton acara kebudayaan di Gedung Kesenian Jakarta.
Cara lain untuk menemukan alasan jalan-jalan adalah ikut komunitas. Komunitas adalah kumpulan orang-orang dengan visi yang sama. Biasanya, komunitas punya acara kumpul-kumpul yang bisa membuat kita mendatangi tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Komunitas yang tujuannya membawa orang-orang untuk berwisata sudah pasti akan membuat kita mendatangi tempat-tempat baru. Dulu banget ... saya pernah ikut kegiatannya Komunitas Historia Indonesia, Komunitas Jelajah Budaya, Sahabat Museum, dan beberapa komunitas lain yang saya sudah lupa namanya. Lumayan, mereka semua membawa saya mengunjungi masjid-masjid kuno, gereja-gereja tua, dan tempat-tempat bersejarah lain, sambil menjelaskan sejaran yang ada di balik tempat-tempat itu. Lumayan kan, jalan-jalan sambil menambah ilmu pengetahuan.
Komunitas yang tujuannya bukan jalan-jalan juga bisa membuat kita berkunjung ke tempat-tempat yang mungkin kita tidak pernah tahu sebelumnya. Saya dulu pernah ikut Toastmasters International, dan jadinya bisa masuk-masuk ke beberapa gedung kantor di Jakarta yang tidak akan saya masuki kalau tidak ada alasannya. Kursus bahasa di pusat kebudayaan juga membuat saya bolak-balik masuk ke pusat kebudayaan. Kegiatan lain seperti Gathering Backpackers Indonesia atau Polyglot Indonesia Meetups juga bisa membawa kita ke tempat-tempat baru. Atau, paling tidak membuat kita menemukan hal yang berbeda dari tempat yang mungkin sudah kita kenal sebelumnya.
Dulu pernah ada acara keliling Kota Tua naik sepeda ontel. Nggak tahu sekarang masih ada atau nggak.
Hal lain yang membuat saya jalan-jalan adalah ... untuk mengisi blog. Nah, ini adalah alasan khusus. Jujur saja, dalam rangka mengisi blog secara rutin, saya berusaha untuk menyempatkan pergi ke tempat-tempat tertentu – hanya supaya ada bahan tulisan di blog. Sebagai orang yang di akhir pekan juga ada banyak acara (termasuk cuci baju, menggosok lantai kamar mandi, reunian dengan teman-teman, dan lain-lain), kadang-kadang saya merasa tidak punya bahan isian blog. Sementara, saya tidak ingin blog saya isinya cuma copy-and-paste dari blog lain atau Wikipedia. Kalau bisa, setiap tempat yang diulas ya merupakan tempat yang memang sudah pernah dikunjungi. Kan lebih afdol, gitu. Jadinya, sering kali saya bela-belain mter-muter untuk mencari tempat yang bisa dituliskan di dalam blog.
Nah, jadi jangan heran, kalau saya cepat paham kalau ada yang membahas letak dan posisi bangunan atau jalan-jalan utama menuju ke suatu tujuan. Jalan-jalan sebagai hobi memang didampingi dengan minat untuk eksplorasi tempat. (Untungnya, pembawaan saya yang kelihatan galak dan berbaju  kucel membuat sejauh ini saya aman-aman saja jalan kaki di mana-mana.) Dan bukan berarti semua tempat di sekitaran Jakarta pernah saya jelajahi lho. Selalu ada tempat baru, termasuk mall baru, kafe baru, tempat wisata baru, dan aktivitas menarik yang bisa membuat saya bergerak meninggalkan rumah.
Bagaimana? Masih mencari-cari alasan untuk keliling Jakarta?

0 Komentar:

Posting Komentar