13 September 2017

Yeay! Weekend panjang yang lalu, saya sekeluarga mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Bangka dan Belitung. Wisata sekeluarga, nih: Ayah, Ibu, dan kami kakak beradik. Artinya, nggak ada acara nyasar ke tujuan nggak jelas, nggak ada namanya bengong bego di tepi pantai, dan tentunya anggaran mencukupi. (Cie...) Maklum, jalan-jalan kemarin difasilitasi oleh private tour, lengkap dengan mobil sewaan dan tour guide. Tapi memang sih, kalau jalan-jalan ke pulau-pulau begini, mendingan ikut tour. Bukan apa-apa, kendaraan umum sangat jarang dan taksi susah. Kecuali dapat sewa motor, agak repot untuk menuju ke tujuan-tujuan wisata.
Pantai Parai Tenggiri, salah satu resort terkenal di Pulau Bangka.
Tujuan pertama wisata kami adalah Pulau Bangka. Waktu saya masih SD, saya belajar bahwa Pulau Bangka adalah tempat tambang timah. Memang, Pulau Bangka adalah salah satu penghasil timah terpenting di Indonesia. Di masa kejayaannya, Pulau Bangka menjadi pusat mata pencaharian ribuan orang yang mengeksplorasi endapan timah di sini. Bahkan, PT Timah yang merupakan perusahaan milik negara juga berkantor pusat di Pulau Bangka ini. Namun kini, aktivitas penambangan timah di pulau sudah semakin menurun. Hanya saja, kabarnya penambangan timah di laut masih memberikan hasil yang baik.
Kami tiba di bandara Pangkalpinang sekitar persis sebelum waktu makan siang. Tour guide kami yang baik hati langsung mengantar kami untuk makan siang. Kami makan siang di Rumah Makan Ameng yang terletak di Kelurahan Bintang, Pangkalpinang. Rumah Makan Ameng adalah rumah makan chinese food yang tidak halal. Menu makan siang kami adalah cu kiok (kaki babi kuah), sup songsui (sup jerohan babi), ayam cakai (ayam kering kuah asam), dan sayur capcay. Mantap!
Masuk ke Puri Tri Agung.
Setelah makan, kami langsung berangkat ke Puri Tri Agung. Puri Tri Agung adalah pagoda vihara yang mulai dibangun di tahun 2012. Puri ini memang sengaja dibangun dengan tujuan untuk menjadi tempat wisata religius. Puri yang unik ini dimaksudkan untuk menjadi tempat peribadatan tiga kepercayaan sekaligus, yaitu Budha, Konghuchu, dan Laotze. Itulah sebabnya puri ini dinamai Tri Agung. Letaknya di dekat Pantai Tikus, Kecamatan Sungailiat.
Langit-langit pagoda dipenuhi oleh gambar-gambar yang menunjukkan kisah-kisah dari masing-masing kepercayaan. Ukiran-ukiran di kayu penyangga langit-langit juga menggambarkan legenda di ketiga kepercayaan ini secara silih berganti. Suasananya syahdu dan memang mendukung untuk berdoa.
Tepat di luar pagoda, ada pantai kecil dengan batu-batu besar khas Bangka Belitung yang bisa dijadikan tempat foto-foto. Oh ya, saat kami menuju ke Pagoda ini, kami melewati Sungai Batu Rusa. Konon kabarnya, di sungai ini ada batu berwarna hitam yang bentuknya seperti rusa. Tapi kata tour guide kami, sekarang sudah tidak ada yang pernah melihat batu itu.
Pantai Tikus Emas.
Dari Pagoda Tri Agung, kami berangkat menuju ke Pantai Tikus Emas. Pantai ini cukup ramai didatangi oleh warga lokal yang ingin bersantai. Pasirnya putih dan cukup halus. Kata tour guide kami, pantai ini memang dikembangkan oleh salah satu orang kaya di Bangka untuk dijadikan tempat wisata. Konon kabarnya, istilah tikus adalah julukan untuk pemilik tanah sebelumnya, yang sering membantu pergerakan bawah tanah di jaman dahulu kala. Untuk masuk ke pantai ini, pengunjung cukup membayar Rp 5.000,- per orang.
Di Pantai Tikus Emas, ombaknya cukup besar, sehinga pengunjung diminta untuk selalu waspada. Padahal, pantai yang luas ini mengundang banget untuk berenang. Tapi kalau tidak bisa nyebur pun, di sini ada banyak hal yang bisa dilakukan – termasuk duduk santai sambil makan jagung susu keju. Oh ya, di sini juga ada batu-batu besar, tapi memang tidak terlalu banyak. Di sini saya baru memperhatikan bahwa corak batu-batu di sekitaran Bangka agak unik. Batunya agak kasar dan sepertinya ada butir-butir yang mengkilat. Mungkin memang bebatuan seperti ini memang menjadi ciri khas sekitar Bangka Belitung.
Resort Pantai Parai Tenggiri.
Dari situ, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Parai Tenggiri. Konon yang memberi nama pantai ini adalah Bung Karno yang senang memancing di pantai ini. Katanya dahulu di sini banyak ikan tenggirinya. Pantai Parai Tenggiri adalah pantai resort yang dilengkapi dengan bangunan hotel dan tempat makan. Pantai Parai Tenggiri terletak di daerah Sungailiat. Oh ya, karena Tour Guide kami sudah maju duluan waktu masuk, saya tidak tahu apakah ada biaya atau tidak untuk masuk kemari, dan kalau ada berapa harganya.
Di Pantai Parai Tenggiri ini, ada beberapa alternatif kegiatan, termasuk olah raga air seperti jetski. Pantai nan landai ini memiliki pasir yang sangat putih dan halus. Di sini ada “pulau” batu kecil yang cocok banget untuk dijadikan tempat selfie. Sayangnya, waktu kami kemari, jembatan pasang (jembatan yang bisa dipakai untuk menuju ke pulau saat laut pasang) sudah rusak dan tidak bisa dilewati. Untungnya waktu kami lewat belum mulai pasang. Jadi, kami bisa menuju ke pulau dengan berjalan di atas pasir.
(Bersambung.)

0 Komentar:

Posting Komentar