13 Januari 2018

Kami tiba di Paris sekitar jam 12. Agak capek dan yang jelas lapar. Jadi, kami memutuskan untuk makan siang dulu di dekat hotel dan kemudian check in ke hotel. Berhubung kami baru bisa check in jam 2, jadi memang kami baru bisa masuk kamar jam 2 siang. Sempat tidur-tiduran dulu sebentar. Tapi begitu ingat waktu, kami langsung berangkat menuju ke museum yang jaraknya hanya 15 menit jalan kaki dari hotel: Museum Louvre.
Museum Louvre dengan piramid kacanya yang terkenal.
Sebelum menginjakkan kaki di sini, saya dan teman-teman sudah browsing sana sini mengenai museum ini. Di berbagai situs resmi, dijelaskan bahwa Museum Louvre adalah salah satu museum terbesar di dunia, dengan jumlah koleksi sekitar 38.000 barang. Museum ini juga merupakan museum yang paling banyak dikunjungi orang, dimana menurut Wikipedia, di tahun 2016 total jumlah pengunjungnya mencapai 7,3 juta orang. Jadi, kami membayangkan bahwa nantinya cukup fokus mencari beberapa barang yang dianggap penting (misalnya lukisan Monalisa) dan cukup melewatkan barang-barang lainnya karena takutnya obyek yang terkenal malah tidak sempat dikunjungi. Ternyata, mengabaikan koleksi lain itu tidak mudah. Koleksi yang “tidak terkenal” pun juga tidak kalah indah! Malahan, beberapa kali kami menemukan “kejutan” yang tidak kami sangka.
Sebelum membahas koleksi yang kami nikmati, bolehlah saya jelaskan sedikit mengenai kunjungan ke Museum Louvre ini. Museum Louvre punya jadwal buka yang agak unik, jadi harus sudah browsing jadwal bukanya sejak sebelum berangkat ke Perancis. Contohnya, setiap hari Selasa, museum tutup. Waktu buka, jam normal bukanya adalah jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Tapi untuk hari Rabu dan Jumat, bukanya dari jam 9 pagi sampai jam 9:45 malam. Di luar itu, ada juga jadwal penutupan (perawatan) ruangan dan juga jadwal libur hari besar. Kalau jadwal ini tidak diperhatikan, bisa-bisa gigit jari waktu datang kemari. Selengkapnya bisa dilihat di http://www.louvre.fr
Tidak cuma bagian dalamnya, bagian luar Museum Louvre juga indah dan artistik.
Kami tidak beli tiket online, karena kami tidak bisa memastikan kedatangan kami. Kalau kereta mogok, atau ternyata ada kendala di hotel, kan kami tidak bisa langsung ke museum. Jadi memang beli tiket di tempat adalah pilihan kami. Jam 3 sore kami tiba di museum dan foto-foto cantik dulu, lalu jam 3:30 sore kami mulai antre tiket. Karena sudah sore, antre tiketnya cukup cepat. Sekitar 15 menit antre, itu sudah termasuk pemeriksaan tas dan jaket yang cukup ketat. Cuma karena masih antre WC dulu sekitar 15 menit, jadi baru masuk museum sekitar jam 4 sore. Oh ya, kami bisa tenang masuk ke sini sore hari, karena hari ini adalah hari Rabu, dimana museum buka sampai jam 9:45 malam. Lumayan kan, bisa muter-muter museum Louvre tanpa terburu-buru.
Dan kami memang berada di dalam museum selama 5 jam lebih; sampai sekitar hampir jam 21:15. Dan dengan kaki pegal karena jalan selama 5 jam dan belum makan malam itu ... tetap saja ada beberapa daerah yang belum tersentuh! Museum Louvre ini memang luas banget. Dan jumlah koleksinya memang banyak banget!!
The Winged Victory of Samothrace. Patung buatan abad ke-2 sebelum masehi. 
Sesuai informasi dari berbagai blog, kami memang sudah mendaftar tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Tadinya, kami pikir kami cukup jalan selama 2 jam di dalam museum dengan mengunjungi beberapa lukisan terkenal yang sudah sempat kami tandai. Plus, saya mau melihat bagian Mesir kuno tempat peti mumi disimpan. Itu saja.
Jadi, di awal perjalanan, kami langsung mencari lukisan terkenal seperti “Monalisa”, “The Coronation of Napoleon”, dan “Liberty Leading the People”. Tapi begitu kami memasuk hall utama untuk menuju ke lukisan-lukisan itu, pandangan kami langsung beralih ke lukisan-lukisan yang ada di sepanjang hall ini. Ternyata lukisan yang “kurang terkenal” juga tidak kalah mengagumkan. Bahkan, kami semua mengakui bahwa lukisan lain dari Leonardo da Vinci yang juga dipamerkan di sini lebih bagus dibandingkan dengan lukisan Monalisa.
The Coronation of Napoleon, salah satu lukisan raksasa di Louvre.
Usaha banget buat bisa melihat Monalisa!
Salah satu ruang pamer, dengan ukiran warna emas dan lukisan di langit-langitnya.
Bangsawan Eropa jaman dulu menghabiskan uangnya untuk mendekorasi rumah dengan lukisan cantik dan patung atau ukiran yang mewah. Tentunya karena jaman itu belum ada pesawat jet pribadi dan handphone merk Vertu. Jadi, lukisan dan patung di sini tidak hanya indah, namun bisa juga ukurannya besar banget! Bahkan, tanpa melihat barang koleksi, langit-langit dan tembok lorong-lorong di gedung Louvre ini juga sudah membuat hati kagum atas keindahan karya seni jaman dulu.
Seingat saya, sekitar jam 8 kami baru nyadar kalau kami masih harus ke bagian Mesir kuno. Padahal, kami baru muter-muter Lantai 1 dan sebagian Lantai 2. Kami buru-buru beringsut-ingsut ke Level 0, tempat barang-barang Mesir kuno. Eh ... kami melewati area yang dipenuhi dengan patung tokoh-tokoh mitos Yunani Kuno. Daerah ini sering disebut sebagai Sculpture Garden, padahal nama aslinya adalah La Cour Puget. Mampir dulu deh, untuk foto-foto narsis.
Sculpture Garden dengan patung-patung tokoh mitos Yunani.
Kodeks Hammurabi asli.
Berhubung sudah mulai lapar (belum makan malam), kedinginan, dan waktu kunjungan cuma sekitar satu setengah jam lagi, kami pun buru-buru berjalan menuju ke bagian Mesir Kuno. Ternyata, dari tempat kami berada, kami masih harus melewati seluruh koleksi beberapa kebudayaan awal peradaban (Near Eastern Antiquities) yang isinya antara lain peninggalan bangsa Assiria, Mesopotamia, dan Babilonia. Itu jalannya jauh banget dan banyak banget barang-barang menarik yang cuma bisa kami lewati sepintas. Selain bisa melihat langsung batu asli ukiran Kodeks Hammurabi yang ada di buku sejarah SMP, saya juga berkesempatan melihat artefak sisa tembok istana Nimrud, dimana terdapat ukiran raja Assiria yang bernama Assurnasirpal II. Reruntuhan istananya sendiri sudah dihancurkan oleh ISIS di tahun 2015.
Untung kami belum pingsan kecapaian dan kelaparan waktu sampai di bagian Mesir Kuno. Langsung kami menyerbu daerah penyimpanan peti mumi Mesir. Peti mumi sebetulnya berfungsi sebagai peti kubur. Peti mumi tidak hanya satu lapis, ya, namun juga berlapis-lapis. Kain yang melilit mumi pun juga berlapis-lapis. Bentuk peti juga beragam, ada yang diukir dari batu hitam, ada yang diukir dari batu putih, ada yang polos sesuai warna batunya, dan ada juga yang dicat warna-warni. Eh ... jujur ya, malam-malam sekitar jam 9 di area mumi dan peti mati bukan hal yang terlalu menyenangkan. Apalagi, beberapa lukisan wajah yang ada di peti matinya kelihatan hidup banget. Agak-agak gimana, gitu.
Sarkofagus, atau peti mati, untuk mumi di jaman Mesir Kuno.
Artefak dari sisa kuil atau makam Mesir Kuno, dengan tulisan hieroglyph.
Walau museum tutup jam 21:45, namun hampir seluruh ruang penyimpanan ditutup jam 21:15. Wajarlah, kami sudah didekati oleh petugas-petugas yang siap mengarahkan kami untuk menuju ke pintu keluar. Jadi, pengunjung paling tidak masih punya waktu untuk ke WC atau foto-foto di area yang memang dekat dengan pintu keluar, sebelum museum benar-benar tutup. Karena kami memang sudah capek dan lapar, nggak usah diusirpun, kami sudah bergerak menuju ke pintu keluar. Berhubung di museum tidak boleh makan dan minum, kami memang sudah harus segera keluar museum dan cari makan.
Percaya nggak, 5 jam di dalam museum dan muter tanpa henti itu, hanya membuat kami berhasil melewati seluruh Lantai 1, sebagian kecil Lantai 2, separuh Lantai 0, dan tidak mengeksplorasi Lantai -1 sama sekali. Dengan catatan, kami cuma memperhatikan detil pada sebagian kecil karya seni di Lantai 1 dan beberapa artefak di Lantai 0 saja. Yang di Lantai 2 cuma numpang lewat saja. Lantai -1 bahkan tidak tersentuh sama sekali. Sayang juga. Belakangan, saya baru tahu bahwa di Lantai -1 ada ruangan Seni Budaya Islam, yang katanya menyimpan peta bintang berbentuk bola, buatan tahun 1144 di Bagdad, yang terbuat dari perunggu dan perak.
Batu dengan tulisan cuneiform. Misteri apa lagi yang masih ada di Louvre?
Kesimpulan kami setelah pulang dari Museum Louvre adalah: Orang tidak mungkin bisa puas berkunjung ke Museum Louvre dalam sekali kunjungan. Kalau minatnya adalah untuk menikmati koleksi yang kira-kira terkenal, minimal dua kali kunjungan, masing-masing seharian penuh. Untungnya, kami sebelum datang sudah mendaftar apa-apa saja yang memang kami ingin lihat, jadi paling tidak semua item di checklist sudah dikunjungi.
Oh ya, tiket reguler Museum Louvre sebetulnya berlaku keluar-masuk sehari, lho. Jadi, memungkinkan sekali untuk datang pagi, keluar untuk makan siang, terus masuk lagi untuk lanjut jalan menikmati museum, terus keluar untuk makan malam (kalau berkunjung di hari Rabu atau Jumat), dan balik lagi untuk kembali mengeksplorasi museum. Karena kami datangnya sudah jam 3 sore, ya nanggung banget kalau keluar buat makan malam. Apa boleh buat, hajar saja terus sampai kaki terasa mau putus.
Pulang dari museum, kami mampir makan malam di restoran dekat hotel, dan lalu segera balik ke kamar untuk tidur. Suara orang ramai di bar-bar di seberang jalan sama sekali tidak mengganggu kami yang sudah capek. Begitu kepala menyentuh bantal, kami semua langsung tertidur pulas.

(Bersambung.)

8 Komentar:

  1. Mantep, bisa liat lukisan Monalisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat lukisan Monalisa tuh, tempat yang paling ramai di dalam Louvre. Bener² usaha untuk bisa selfie dengan Monalisa.

      Hapus
  2. Wah seru banget, mudah mudahan ada umur bisa ke sini juga

    BalasHapus
  3. Asyik banget jalan-jalannya
    Mengunjungi tempat-tempat bersejarah gitu selalu menyenangkan
    Museumnya gede banget ya, kayaknya buat ngiterin seluruh lantai dan ruangan butuh waktu lebih dari sehari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Museumnya memang besar banget. Nggak cuma koleksinya yang banyak, Museum Versailles sebetulnya juga punya halaman dan taman yang luas, lho. Tapi karena keterbatasan waktu, saya nggak sempat eksplor daerah luarnya. Sayang juga.

      Hapus
  4. dan aku belum pernah ke prancis :( jadi iri liat org yg udah ke negara yg terkenal parfum nya ini..

    BalasHapus
  5. kapan ya saya bisa ngetrip ke eropa hiks...hiks...

    walaupun sekali seumur hidup

    bikin pengen nih mbaknya :)

    BalasHapus