9 Juni 2018


Di bulan April 2018 yang lalu, saya dan ibu saya iseng-iseng main ke Taman Balekambang. Kunjungan kami ini kebetulan bersamaan dengan study tour sebuah SD. Jadi kami tidak hanya menikmati suasana taman di tengah kota, namun juga tawa canda dan tangis anak-anak yang berlarian di area taman. Menarik juga melihat kawasan taman kota ini dijadikan tempat study tour anak SD, yang berasal dari luar kota pula. Padahal dulu, kawasan ini sama sekali tidak bersahabat dengan anak-anak.
Waktu saya masih kecil, Taman Balekambang adalah nama yang membuat orang sinis. Taman kota yang terbuka untuk umum ini dulunya sangat tidak terawat. Saya saja, selama bertahun-tahun dibesarkan di Kota Solo, tidak pernah menginjakkan kaki di taman ini. Taman yang tak terurus ini, waktu itu, lebih sering dipakai untuk tempat mesum dibandingkan wisata keluarga. Tapi itu dulu ...
Danau buatan di Taman Balekambang. Bersih, lho.
Di tahun 2008, Taman Balekambang direnovasi oleh pemerintah dan dijadikan pusat kegiatan seni dan budaya. Berbagai kegiatan budaya diadakan di sini. Perubahan-perubahan yang dibuat menjadikan tempat ini kini menjadi salah satu obyek wisata keluarga di kawasan Solo.
Sebelum membahas tentang kondisi Taman Balekambang saat ini, mungkin saya perlu sedikit mengutip Wikipedia mengenai asal-usul taman kota ini. Taman ini dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII, yaitu Sultan Kraton Mangkunegaran, di tahun 1921 untuk kedua orang putrinya. Jadi, taman ini sebenarnya adalah taman milik anggota keluarga raja. Penggunaannya tentunya terbatas untuk lingkungan keluarga keraton.
Di tahun 1970-an, taman ini dibuka untuk umum dan menjadi tempat kegiatan budaya, antara lain ketoprak dan hiburan rakyat lainnya. Tapi di tahun 1980-an, tempat ini menjadi tempat kumuh dan kurang layak untuk dikunjungi keluarga. Baru di tahun 2008 tempat ini direnovasi dan perannya dikembalikan seperti sedia kala, yaitu tempat wisata budaya.
Nah, seperti yang saya tulis di atas, waktu saya berkunjung, ada juga SD yang sedang study tour di situ. Memang, sepertinya Taman Balekambang menjadi tempat hiburan murah meriah bagi wisata sekolah. Daya tarik utama taman ini bagi anak-anak adalah beberapa ekor rusa yang bebas berkeliaran di dalam taman. Anak-anak kecil ini tidak takut untuk mendatangi rusa dan mengelus-elus punggungnya. Padahal orang tuanya bermuka cemas waktu mereka semua berkerumun mendekati rusa yang bertanduk dan sedang merumput.
Anak-anak bermain di taman.
Selain rusa yang bebas berkeliaran, ada juga ayam kalkun dan angsa yang bebas berjalan-jalan di sini. Tapi, tidak seperti rusa yang cenderung jinak, ayam kalkun dan angsa tidak suka didekati orang. Jadi, jangan sembarangan dengan kaum unggas yang merdeka ini.
Di taman ini terdapat sebuah danau buatan kecil. Beberapa orang duduk di tepinya, sedang memancing. Danau kecil ini menyediakan wisata air seperti sepeda air dan perahu. Lumayan juga untuk keluarga muda yang berminat memberikan pengalaman baru pada anak-anak kecil mereka. Jujur saja sih, sebetulnya danaunya biasa saja. Airnya berwarna hijau keruh. Akan tetapi, bahwa di situ tidak terlihat ada sampah yang mengambang-ngambang, menunjukkan bahwa pengelola masih cukup serius menangani kebersihan danau ini.
Di tengah danau, ada patung seorang wanita. Memang, di taman ini ada dua patung wanita yang berpakaian kebaya. Satu di tengah danau, satunya lagi di tengah kolam dengan pancuran. Menurut hasil browsing, kedua patung ini adalah patung dua orang putri dari KGPAA Mangkunegara VII. Jadi, memang taman ini adalah hadiah seorang ayah kepada dua orang anak perempuannya. Tentunya dengan catatan, si ayah tersebut adalah seorang raja.
Di dekat danau, terdapat hutan kecil yang mengkoleksi beberapa tanaman yang menarik, seperti pohon kenari dan pohon beringin putih. Hutan kecil ini adalah salah satu paru-paru kota Solo yang semakin lama semakin dipenuhi dengan gedung bertingkat dan rumah penduduk. Duduk-duduk di bawah pohon di siang hari di sini bisa membuat suasana hati adem.
Seorang pengunjung mengabadikan seekor rusa.
Di dalam taman ini juga terdapat taman reptil. Saya masuk ke dalam Taman Reptil Balekambang dengan membayar Rp 5.000,- per orang. Isinya? Mengecewakan. Tapi dengan uang lima ribu rupiah, apa yang bisa diperoleh? Di dalam taman ini terdapat seekor iguana yang sepertinya sudah tua dan beberapa ular besar yang tidur dan nampak kenyang. Ada juga seekor orangutan di dalam kurungan, yang mukanya memelas dan terus-menerus meminta-minta (mungkin meminta makanan). Semua nampak menyedihkan. Pantaslah, taman ini sepi. Padahal di bagian lain dari taman ini, pengunjung berdatangan dan anak-anak berlarian.
Di beberapa bagian dari taman, saya dapat melihat beberapa rangka panggung pertunjukkan. Mungkin persiapan untuk suatu kegiatan. Karena saya datang di Sabtu siang, mungkin itu semua adalah persiapan untuk suatu acara di sore atau keesokan hari. Nampaknya Taman Balekambang cukup sering dijadikan tempat kegiatan kebudayaan dan seni. Contohnya, di papan pengumuman di dekat gerbang, terdapat informasi jadwal pagelaran Sendratari Ramayana di Taman Balekambang.
Nah, untuk yang mau berkunjung kemari, boleh bawa keluarga, atau satu RT kalau mau, ke sini. Masuk gratis. Yang bayar hanya parkirnya saja. Tentu saja, kalau mau menggunakan sepeda air atau wahana bermain lainnya, harus bayar. Kalau mau memancing, seingat saya juga harus bayar. Bisa bawa peralatan pancing sendiri atau menyewa di tempat, tentunya dengan biaya tambahan. Ketentuan memancing di sini adalah, seluruh ikan yang ditangkap harus dilepaskan lagi.
Waktu saya meninggalkan Taman Balekambang, ada satu keluarga yang datang membawa anak-anak kecil memasuki taman ini. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, ternyata taman ini cukup ramai didatangani wisatawan, terutama penduduk sekitar. Buat yang penasaran, cobalah mampir ke Taman Balekambang kalau sedang berkunjung ke Solo!

12 Komentar:

  1. Menjadi oase ditengah hiruk pikuk dan segala problema masyarakat kota solo..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul! Melihat yang hijau-hijau itu selalu menenangkan hati.

      Hapus
  2. wah keren nih tempatnya ada rusanya
    masih liar apa sudah jinak nih rusanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rusanya jinak banget. Malahan anak-anak bisa pegang-pegang punggungnya.

      Hapus
  3. Seperti kebanyakan taman-taman lain di Indo, banyak yang dipake buat mesum.. hihi.. Syukurlah udah dipugar dan jadi ramai..

    Rusanya jinak tuh ya.

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha ... jadi penyalahgunaan taman itu ada di mana-mana ya.

      Hapus
  4. pergi ke taman..

    memang best..

    boleh tenangkan fikiran

    BalasHapus
  5. Wah sayang taman reptilnya kurang terurus, mungkin kalo dinaikin tiketnya malah ngga ada yang berkunjung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ... soalnya koleksinya juga nggak banyak sih.

      Hapus
  6. Wah seru banget, kalau di Jambi rudanya dikandangin. Btw angsa emang gak suka dideketin, kalau maksa malah kita dikejar mau dipatoknya. Wkwkw. Jadi ingat waktu kecil sampai lari kencang karena dikejar angsa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha! Dulu waktu saya kecil, orang tua pelihara angsa untuk menjaga rumah. Lebih galak daripada anjing!

      Hapus