17 Agustus 2019

Monumen Nasional? Apakah ada yang merasa kurang familiar dengan nama Monumen Nasional? Tapi semuanya sudah tahu Monas, dong? Monumen Nasional seringkali disingkat sebagai Monas, dan nama singkat inilah yang jauh lebih sering disebut-sebut di media dan diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Monas sendiri sebetulnya adalah bangunan berupa tugu raksasa dengan puncak berbentuk kobaran api yang disepuh emas. Namun nama Monas seringkali mencakup juga taman yang ada di sekelilingnya. Monas adalah area publik sekaligus area bersejarah dan ruang hijau di tengah kota Jakarta.
Masuk Monas nih ...
Sebagai area publik, tempat ini selalu ramai pengunjung, dari pagi hingga malam hari. Di akhir pekan, tempat ini tidak pernah sepi dengan pengunjung yang berjalan-jalan dan berfoto-foto bersama keluarga ataupun teman-temannya. Di hari kerja, tempat ini lebih banyak dikunjungi oleh turis atau rombongan study tour, sementara di sore atau malam hari kadang ada juga pegawai kantoran yang datang untuk olah raga lari.
Di suatu hari kerja, saya iseng pergi ke Monas sepulang dari kantor. Karena ... saya tiba-tiba penasaran dengan puncak Monas. Katanya, saya pernah naik ke puncak Monas waktu masih kecil bersama keluarga, tapi saya tidak ingat. Jadi, saya selalu penasaran seperti apa sih, naik ke puncak Monas. Nah, untuk mengubur rasa penasaran saya, saya memutuskan untuk pergi ke puncak Monas di waktu sepi.
Kalau perginya hari Sabtu, atau Minggu, atau hari libur, antreannya pasti ramai. Sementara ambil cuti hanya untuk naik ke puncak Monas kok sayang, ya. Jadi, mendingan pergi ke sana di malam hari. Untungnya, Monas tutup jam 10 malam. Pulang kantor jam tujuh pun juga masih bisa naik ke puncak.
Pergi ke Monas, jam berapapun juga, nggak pernah sepi. Tapi memang kalau malam hari, pengunjungnya tidak terlalu padat. Tapi bukan berarti sepi, ya. Untuk naik ke puncak tetap antre. Pengunjung yang mondar-mandir di taman juga banyak. Dari yang pacaran, jalan-jalan bawa anak, jogging, sampai turis asing, banyak orang berjalan-jalan di taman Monas.
monas
Taman di sekitar Monas, difoto dari atas cawan Monas.
Perpustakaan Nasional di kejauhan.
Pintu gerbang menuju Monas ada beberapa. Yang paling dekat dengan tempat parkiran adalah yang di seberang Balaikota/Perpustakaan Nasional. Gerbang ini juga yang paling dekat dengan pujasera Lenggang Jakarta. Hanya di sini pedagang dapat menjajakan makanan dan minuman. Di areal lain di taman Monas, tidak ada penjual makanan sama sekali.
Masuk ke dalam areal Monas, kita bisa menggunakan kereta mini gratis, namun hanya dari dekat gerbang dekat Lenggang Jakarta untuk menuju ke pintu masuk terowongan menuju bangunan Monas. Di hari biasa antrenya luar biasa. Kalau saya sih, mendingan jalan kaki saja. (Dari pujasera Lenggang Jakarta ke pintu masuk terowongan menuju Monas, jalan kaki sekitar 10 menit.)
Ada apa saja di kompleks Monumen Nasional ini? Yang jelas ada tamannya. Taman yang luas ini memiliki pancuran dimana di akhir pekan ada pertunjukan air mancur menari. Di waktu-waktu lain, kadang ada kegiatan kebudayaan di sini. Di sini juga ada kandang rusa, tempat olah raga, dan patung-patung yang bisa dijadikan latar belakang foto-foto.
Nah, kalau dari areal taman kita mau masuk ke bangunan Monasnya, kita harus masuk melewati terowongan bawah tanah. Kita harus melewati loket dan membeli tiket. Belinya harus pakai Jakcard, ya. Kalau tidak punya, maka kita harus beli kartunya dulu di loket ini. Setelah membayar, kita akan diarahkan menuju ke taman bagian dalam dari areal Monas. (Kesannya inner court seperti di istana gitu, ya.)
monumen nasional
Ada museumnya juga, lho. Isinya diorama perkembangan negara kita ini.
Masuk ke taman bagian dalam ini, pengunjung akan langsung diarahkan ke Museum Monas. Museum Monas berisi diorama peristiwa-peristiwa penting negara. Dari diorama jaman Majapahit, diorama jaman Kemerdekaan, sampai diorama bergabungnya provinsi-provinsi termuda Indonesia. Museum ini letaknya di bawah bangunan Monas. Jadi, setelah puas berkeliling, pengunjung harus naik tangga untuk dapat menuju ke lantai dasar Monumen Nasional.
Dari lantai dasar, kita dapat naik ke Ruang Kemerdekaan. Ruang Kemerdekaan letaknya di dalam cawan Monas. Di sinilah naskah asli kemerdekaan disimpan. Di waktu-waktu tertentu, naskah tersebut dipertontonkan kepada khalayak umum, dimana pada saat yang bersamaan rekaman suara Bung Karno saat membaca naskah tersebut diperdengarkan. Jadi serasa kembali ke tanggal 17 Agustus 1945 saat bangsa kita menyatakan kemerdekaan kita sendiri. Untung dulu banget, saya sudah pernah duduk di sini dan melihat langsung (dari jauh) naskah penting bagi kemajuan negara Indonesia ini.
Dari Ruang Kemerdekaan, kita bisa kembali ke lantai dasar untuk naik ke atas Cawan Monas. Naik ke cawan ini maksudnya adalah menuju ke pelataran di atas cawan, yaitu bagian yang bentuknya seperti mangkok persegi yang menjadi alas Monas. Di atas sini, kita bisa melihat bangunan-bangunan tinggi di sekitar Monas. Kalau istilah kerennya, kita bisa melihat skyline Jakarta.
Kalau kita beli tiket terusan untuk ke puncak, maka kita akan bisa naik lift ke bagian paling atas dari Monas, yaitu puncak. Bukan berarti kita akan bergantungan di patung kobaran api dari emas ya, melainkan kita akan berada di ruangan yang letaknya di bawah patung lidah api itu. Nah, naik ke puncak ini yang dari dulu saya agak enggan, soalnya antrenya parah. Untung kalau hari kerja pulang kantor, antreannya tidak terlalu parah.
jakarta
Jakarta di malam hari, dilihat dari puncak Monas.
Jadi ... setelah sekian lama, akhirnya saya kembali masuk ke puncak Monas. Di puncak Monas, kita bisa melihat kota Jakarta di sekitar Monas dari ketinggian. Karena saya naiknya malam hari, jadi bangunan yang terlihat jelas adalah bangunan yang pencahayaannya cukup. Yang terlihat jelas dari atas antara lain adalah Masjid Istiqlal dan Perpustakaan Nasional. Ada juga bangunan hotel dan apartemen di kejauhan, tapi saya tidak tahu itu apa saja.
Buat yang kebetulan sedang di Jakarta atau ada rencana ke Jakarta, dan belum pernah masuk ke Monumen Nasional, saya sarankan paling tidak sekali seumur hidup cobalah kemari. Lumayan kan, kalau lihat gambar Monas, bisa bilang, “Sudah pernah masuk, dong!”
Buat yang mau berkunjung ke Monas, ada hal-hal yang perlu diperhatikan:
  • Senin tutup; hanya buka kalau hari Senin adalah hari libur nasional.
  • Selain hari Senin, buka dari jam 8:00 pagi sampai jam 22:00 malam.
  • Loket tiket untuk masuk ke bangunan Monumen Nasional tutup jam 21:00.
  • Ada batas jumlah pengunjung ke Puncak Monas setiap harinya, jadi kalau memang minat naik ke atas, datang lebih pagi ya.
  • Ada lima gebang masuk areal Monas. Ada yang dekat dengan Masjid Istiqlal, dekat pintu belakang Stasiun Gambir (buka Jumat-Minggu), seberang Balaikota/Perpustakaan Nasional, dekat Patung Arjuna Wijaya atau Patung Kuda, dan dekat kompleks Sekretariat Negara.
  • Gerbang utama adalah yang di seberang Balaikota/Perpustakaan Nasional. Di sini ada tempat parkir (tempat parkir IRTI), dan letaknya dekat dengan halte busway Balai Kota (penulisannya dipisah, ya). Di sini juga dekat dengan tempat pemberhentian bus tingkat wisata, yang letaknya persis di depan Balaikota.
  • Tidak ada penjual makanan dan minuman di dalam areal Monas, jadi sebaiknya bawa dari luar, atau makan dan minum dulu di pujasera Lenggang Jakarta.
  • Jangan lupa menjaga kebersihan. Tempat sampah ada di banyak titik, jadi tidak ada alasan untuk buang sampah sembarangan.
Tunggu apa lagi? Yuk, berkunjung ke Monumen Nasional!

46 Komentar:

  1. Belum pernah nih ke monas, semoga nanti ada kesempatan. Terimakasih infonya, bermanfaat sekali....

    BalasHapus
  2. Terakhir ke monas udh 10 tahun yang lalu tapi gak pernah naik ke puncaknya sekalipun.. Ternyata view malam harinya keren ya.. Harus dicoba juga nih kapan2 naik ke puncaknya pas malam..

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya memang selalu suka pemandangan kota dari ketinggian. Tapi dibandingkan harus nongkrong di rumah makan mewah di atas gedung-gedung di Sudirman - Thamrin - Kuningan, naik ke atas Monas ini lumayan murah. Buat lihat Jakarta di malam hari ya. Kalau siang hari, mendingan ke Perpustakaan Nasional: gratis.

      Hapus
  3. Belum pernah ke monas. Harus segera kuagendakan sebelum ikut dipindah ke Kalimantan, Hm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kak. Sayang sudah sampai Jakarta nggak ke Monas.

      Hapus
  4. Terakhir kali ke Jakarta dalam rangka kondangan tempat sodara, monas cuma saya lewati saja, belum sempat berkunjung kesana. Semoga dilain waktu dikasih kesempatan main ke Monas ngajakin anak lanang....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kalau waktunya sebentar, susah atur jadwal ke Monas. Soalnya banyak jalan kakinya.

      Hapus
  5. Saya pernah sekali ke Monas. Itupun pas SMA. Tahun 2007 yang lalu.
    Semoga bisa kesana lagi. Pengen tau seberapa besar perubahan yg terjadi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tamannya semakin rapi. Tapi kalau Monas-nya sih, kayaknya nggak berubah dari tahun 60-an.

      Hapus
  6. Duluu bgt waktu kecil pernah diajak saudara saya yg rumahnya jakarta utara. Woow..inget sekali saya begitu amazed dengan penampakan monumen itu.
    Maklum saya berasal dari desa konoha nun jauh disana di wonogiri ehehe.. Monumen di tempat kami kecil kecil ja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi bukit dan waduk di daerah Wonogiri besar-besar. Beda daerah, beda kelebihannya ya.

      Hapus
  7. Wahh saya inget kalau gak salah saya cuma pernah sekali ke Monas, itupun cuma ngabisin waktu muter-muter keliling Monas aja mbak.
    Udah lama juga nihh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha... saya biasanya juga cuma muter-muter di tamannya saja.

      Hapus
  8. Rata-rata sekarang di Jakarta harus pakai JakCard ya. Aku pernah iseng main ke ragunan, eh harus bayar pakai Jakcard. Alhasil nggak jadi masuk. Nah, monas juga ya.. Terima kasih infonya, aku belum pernah ke monas. Jadi bisa siap sedia Jakcard dulu sebelum ke sana:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Bahkan kayaknya ada rencana museum yang dikelola oleh Pemda DKI masuknya juga pakai JakCard.

      Hapus
  9. Aku naik ke atas Monas tahun 2016 (sekaligus pertama kalinya juga ke Monas). Sama, aku juga jalan kaki aja buat masuk ke dalam karena suka suasana Monas. Waktu itu weekend jadi rame bangeeettt! Ada beberapa bule barat dan Korea ikut ngantre. Aku paling suka mengamati hilir mudik kereta Commuter dari atas pelataran Monas.

    Kalau nggak salah, dapat info kalau sekarang beli tiket ada jadwal buat masuk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang ada jadwalnya itu yang untuk naik ke puncak. Kalau cuma ke cawan sih, nggak dikasih jadwal.

      Hapus
  10. jalan2 ke monas bareng temen-temen saya, ok ok aja. jalan2 ke monas bareng keluarga adalah yang paling saya hindari karena waktu kecil sekitar umur 4 tahunan gitu ada kejadian memalukan yang saya alami dan masih saya ingat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha... trauma kalau bareng keluarga ya. Tapi ke tempat beginian emang lebih enak dengan teman. Kalau bawa keluarga, ke tempat makan saja. Hahaha...

      Hapus
  11. Belum pernah ider ni di ibukota. Baru cuma numpang transit 3 jam doang di Halim.
    Seru juga ya eksplor Monas. Plus spot wajib kunjung kalau liburan ke Jakarta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke Monas seru juga kok. Apalagi rame-rame.

      Hapus
  12. AKu udah lamaaa banged ga berkunjung ke Monas, apalagi di malam hari. Ada info dari mbak Diah ini aku excited kepengen ajak anak2 dan suami ke Monas lagi. Mau coba malam2 ah. Kudu beli Jakcard di area sana ya? Bawa makanan di tas tapi tetap menjaga kebersihan apa ga boleh juga? hihihi..Sip. TFS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kok yang bawa makanan. Tempat sampah ada di mana-mana. Tapi memang nggak ada piknik gitu.

      Hapus
  13. Terakhir ke Monas kapan ya hahaha, kalau pergi ke Monas malam hari ramai enggak Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malam minggu dan malam sabtu sih rame banget. Kalau hari kerja (kecuali Senin karena tutup), banyak orang tapi masih mendingan.

      Hapus
  14. Sudah lama nih gak berkunjung ke blognya mba dyah, monas tempat favorit sya nih dari pagi sampai malam selalu saja asyik tempatnya buat dikunjungi, apalagi sudah ada perpusnas di sana, tambah asyik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... Monas selalu seru. Apalagi sekarang sering ada acara-acara seru di sini. Tujuhbelasan kali ini Monas meriah banget.

      Hapus
  15. Saya pun terakhir masuk ke monas itu SMP kalau tidak salah.

    Yang mau saya tanyakan asalah bagaimana kondisi toilet di dalam bangunan monas? Bersihkah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya lihat sih, bersih. Terlihat tua, ya. Tapi cukup bersih, lah.

      Hapus
  16. Wah aku udah masuk Monas tapi belum sempat naik ke menaranya, aku rada takut juga haha..rame banget pas kami ke sana, anakku suka banget dioramanya, cakep kayak beneran ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang kalau mau naik ke puncak itu PR banget. Antrenya panjang.

      Hapus
  17. Monas memang selalu ramai sampai malam. Saya pernah sendirian malam-malam ke Monas masih merasa aman, lah. Cuma harus diingat pintu keluar aja. Saya pernah kelupaan mana pintu keluar yang ke Gambir. Lumayan jauh jalan kakinya hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha... di Monas nggak mungkin nyasar. Tapi salah pintu keluar mungkin. Buka GoogleMaps aja bisa bikin bingung. Padahal lapangan terbuka, ya.

      Hapus
  18. ke Monas itu duluuu banget mbak, memang harus ke sana lagi buat refresh deh..
    melihat seperti apa Monas sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... sekarang tamannya bagus. Monasnya sih ya gitu-gitu aja.

      Hapus
  19. kurang nonton air mancur neh mba setiap malem minggu sama malam senin hehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha... saya malah gak pernah dapat air mancurnya, lho. Selalu nggak pas waktunya.

      Hapus
  20. Saat ngekos di kwitang, ini tempat malam mingguan bagi anak kost jomlo dan tak berpunya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... mengenang jaman dulu nih ya?

      Hapus
    2. banget mba, mengenang makan nasi lauknya tempe 1.
      Alhamdulillah setahun kemudian ada kemajuan. Nasi + tempe 2

      Hapus
    3. Kirain kemajuannya 2 nasi satu tempe ...

      Hapus
  21. Thanks for share, saya belum pernah kesana tuh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha... semoga kapan-kapan sempat berkunjung kemari.

      Hapus
  22. Masuk Monas waktu masih SD dulu. sampai sekarang belum kelakon lagi. dulu lihat bajaj dari puncak kayak lihat kura-kura hihi. aaah, jadi pengen ke sana. agendain ah!

    BalasHapus