18 Januari 2020

Surabaya bukan sekedar kota bisnis biasa. Surabaya memiliki posisi tersendiri dalam sejarah Indonesia, terutama pada masa perjuangan. Setiap kali kita membaca riwayat pahlawan dan kisah-kisah perjuangan, kita akan selalu menemukan nama Surabaya di situ. Salah satu tempat yang menyimpan banyak sejarah di Surabaya adalah kampung Peneleh.
Salah satu sudut di kampung Peneleh.
Kampung Peneleh adalah salah satu kampung kuno di Surabaya, yang sudah ada sejak sebelum jaman Majapahit. Nama Peneleh konon diambil dari nama penguasa Surabaya dari Kerajaan Singhasari yang bernama pangeran Pinilih. Kampung ini dikenal karena pernah menjadi tempat persinggahan Sunan Ampel di perjalanannya. Namun tempat wisata yang paling populer di sini adalah rumah HOS Tjokroaminoto yang pernah menjadi kos-kosan beberapa nama penting di peta politik Indonesia, antara lain Ir. Soekarno.
Bukti kunonya kampung ini adalah: ada banyak makam yang bertebaran di kampung ini. Bertebaran, artinya bisa ditemukan di mana saja, tanpa disatukan di areal pekuburan. Di jalan tempat rumah HIS Tjokroaminoto berada juga terdapat beberapa makam yang letaknya sporadis. Selain itu ada beberapa rumah yang bentuknya masih bernuansa kolonial.
Kami bertiga berkunjung kemari tanpa ada rencana sebelumnya. Tadinya kami hanya ingin mengunjungi taman-taman kota di Surabaya saja. Hanya gara-gara ada majalah di lobby hotel yang membahas tentang kampung ini, kamipun memutuskan untuk mengenali lebih dekat kampung Peneleh. Berikut tempat-tempat yang kami kunjungi di kampung Peneleh.
Rumah HOS Tjokroaminoto
Siapa yang tak pernah mendengar nama HOS Tjokroaminoto di buku pelajaran di sekolah? HOS Tjokroaminoto adalah pendiri organisasi pertama di Indonesia, yaitu Sarekat Islam. Pemikir besar dan salah satu penggerak awal perjuangan kemerdekaan Indonesia ini menjadi guru untuk banyak tokoh-tokoh politik Indonesia, termasuk Ir. Soekarno, Tan Malaka, dan SM Kartosoewirjo. Rumahnya dijadikan kos-kosan untuk pelajar dan seringkali dijadikan tempat diskusi para pemikir muda di jaman itu.
Bagian depan rumah HOS Tjokroaminoto.
Membaca sejarah perjuangan HOS Tjokroaminoto dan pendirian Sarekat Islam.
Rumah HOS Tjokroaminoto saat ini beralamat di Jl. Peneleh VII no 29-31, Surabaya. Rumahnya cukup besar dan ada loteng di bagian atasnya. Diyakini bahwa loteng di atas adalah area yang dulunya disekat-sekat dan dijadikan kos-kosan bagi para pelajar, termasuk presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno. Bagian bawah atau bagian utama rumah kini menjadi museum dan tempat pameran barang-barang dari jaman perjuangan. Sejarah kehidupan HOS Tjokroaminoto dan juga ringkasan hubungan antara para tokoh-tokoh perjuangan Indonesia yang terjalin selama tinggal di rumah ini dipampang pada papan informasi di tembok.
Ruang tamunya dihiasi dengan meja dan kursi yang merupakan replika kursi dan meja jaman Belanda. Ruang tidurnya juga berisi tempat tidur dan meja rias yang bentuknya kuno. Di sini juga terdapat beberapa buku tentang sejarah perjuangan yang dapat dibaca di tempat.
Toko Buku Peneleh
Toko buku Peneleh sudah ada sejak tahun 1800-an. Toko buku ini adalah salah satu tempat favorit Ir Soekarno saat masih bersekolah. Letaknya berdekatan dengan rumah HOS Tjokroaminoto. Salah satu toko buku tertua di Surabaya yang masih beroperasi hingga hari ini, toko tersebut masih menggunakan beberapa perabotan yang sudah ada sejak pertama beroperasi.
Toko ini menjual buku-buku sejarah dan keagamaan, termasuk yang terkait dengan Sarekat Islam. Bangunan toko buku ini masih asli seperti dahulu dengan nuansa arsitektur kolonial.
Masjid Jami Peneleh
Masjid Jami Peneleh adalah salah satu masjid tertua di Surabaya, peninggalan Sunan Ampel. Konon kabarnya masjid ini sudah berdiri sejak abad ke-15, namun bangunan yang ada sekarang ini merupakan hasil renovasi masyarakat setempat. Bangunan ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat dan bukan merupakan cagar budaya.
Masjid Jami Peneleh.
Rumah tempat kelahiran Roeslan Abdulgani.
Waktu kami datang kemari, sedang ada acara dan banyak orang duduk-duduk makan siang di tangga masjid. Jadi saya nggak enak untuk foto-foto dari depannya. Selain gangnya sempit sehingga susah cari sudut yang pas, nggak baik juga foto muka banyak orang buat dipajang di blog. Lagipula, karena bukan cagar budaya, alias milik swasta/masyarakat, ya nggak bisa memaksakan untuk foto-foto bangunan. Jadinya fotonya cukup bagian belakang dan menara airnya saja.
Masjid ini letaknya selisih dua gang dari rumah HOS Tjokroaminoto, tepatnya di Jl. Peneleh V, tepat di ujungnya.
Rumah Roeslan Abdulgani
Pak Roeslan Abdulgani adalah salah satu tokoh politik Indonesia yang pernah menjadi Menteri Luar Negeri di tahun 50-an dan Duta Besar Republik Indonesia untuk PBB di tahun 60-an.
Berbeda dengan rumah Pak HOS Tjokroaminoto yang sudah diserahkan oleh ahli warisnya kepada pemerintah Surabaya, rumah Roeslan Abdulgani ini masih ditempati oleh keluarganya. Jadi kami cuma bisa foto-foto dari depannya saja.
Makam Belanda Peneleh
Letaknya masih di Kampung Peneleh, tapi pintu masuk ke dalam kompleks makam ini lumayan jauh dari titik tolak perjalanan kami. Kami harus berjalan memutari kompleks makam, melewati pasar, dan masuk lewat Jl. Makam Peneleh, dekat puskesmas Peneleh. (Kalau mau ke sini dengan patokan GoogleMaps, cari saja Puskesmas Peneleh di Jl. Makam Peneleh. Pintu masuk kompleks pemakaman di dekat situ.)
Areal makam belanda Peneleh yang sudah tak terurus lagi.
Kelompok tur yang sedang mendengarkan penjelasan di makam Peneleh.
Makam Belanda Peneleh, sesuai namanya adalah areal pekuburan Belanda. Di sini terdapat makam-makam yang artistik yang sudah ada dari jaman Belanda. Di daerah sekitar pintu masuk, makamnya terawat dan kadang terlihat baru. Tapi areal makam yang lebih jauh, terutama yang dekat dengan tembok yang membatasi areal makam dengan pasar, sudah rusak dan berkarat karena terbakar. Konon dulu sempat ada kebakaran hebat di sini dan merusak makam-makam yang ada di situ.
Makam Peneleh adalah salah satu pemakaman modern pertama di dunia yang sudah ada sejak tahun 1814. (Ini hasil nguping penjelasan dari rombongan tur yang kebetulan saat itu juga berkunjung.) Di komplek pemakaman ini dulunya dicatat juga sisilah jenazah yang dimakamkan.
Di areal yang makamnya sudah rusak terbakar, saya melihat di bawah makam banyak terlihat rongga yang terbuka. Mungkin ada yang iseng menggali untuk mencari harta, mungkin juga sisa dari pembongkaran makam untuk memindahkan sisa jenazah ke tempat yang lain. Yang jelas, daerah yang rusak ini kini menjadi tempat kambing merumput dan sepertinya ada beberapa orang yang tidur di sini.
Katanya ada orang yang foto-foto prewed di sini, tapi biasanya lokasinya di areal makam yang masih bagus. Di areal kuburan ini, tidak ada pemisahan antar agama jenazah. Selama ada tempat, berbeda agama juga bisa bersebelahan atau di areal yang sama. Di sini terdapat makam biarawati, pastur, pejabat negara Belanda, dan juga rakyat Eropa kebanyakan yang tinggal di sekitar Surabaya.

Seru juga ya, jalan-jalan di kampung Peneleh. (Panas juga karena arealnya tidak rindang.) Tapi yang jelas, berada di kampung ini membuat saya mempelajari beberapa hal. Di rumah HOS Tjokroaminoto saya belajar bahwa yang namanya politik itu tidak mengenal kawan dan lawan. Yang ada hanya kepentingan. Berada di Makam Belanda Peneleh membuat saya sadar bahwa hidup itu hanya sementara. Setelah kita tiada, keturunan kita juga perlahan akan tiada, dan tempat kita akan digantikan oleh orang lain yang mungkin tidak tahu sama sekali tentang keberadaan kita sebelumnya. Apapun yang kita punya saat ini, nantinya juga hanya berpindah tangan kepada orang yang tidak kita kenal. Belajar sejarah memang seru, tapi yang lebih seru lagi adalah belajar tentang kehidupan.
Yuk, wisata sejarah di kampung Peneleh!

3 Komentar:

  1. wah belajar banyak kayaknya di daerah peneleh, saya sendiri kalo lewat peneleh juga hanya sekedar lewat saja, tanpa ada niatan masuk makam2 nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Jakarta, memang ada beberapa kelompok penggemar sejarah dan kuburan yang memang suka mempelajari makam kuno. Nggak berdoa ya, mempelajari sejarah saja.

      Hapus
  2. dan kampus its pada masa dulu juga dikenal dgn hos tjokroaminoto mba, karena letaknya dulu dekat sana hehe

    BalasHapus