11 Januari 2020

Sekitar bulan November tahun lalu, kami sekeluarga berlibur ke Surabaya, sengaja untuk melihat langsung taman-taman kota di Surabaya yang kabarnya elok itu. Setelah drama penjemputan di stasiun Surabaya Gubeng berakhir mulus, kami sekeluarga mulai perjalanan kami untuk melihat taman-taman kota di Surabaya. Inilah taman-taman kota di Surabaya yang kami kunjungi.
Foto-foto di Taman Bungkul, Surabaya.
Taman Bungkul
Taman wisata yang terletak di Jalan Raya Darmo. Taman Bungkul disebut demikian karena di sana terletak makam Ki Ageng Bungkul atau Ki Ageng Supo, yang merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Surabaya dan sekitarnya. Kompleks makamnya sendiri terletak di belakang taman dan cukup ramai dikunjungi orang.
Taman Bungkul termasuk taman yang sangat populer bagi warga Surabaya. Taman yang cukup luas ini memiliki banyak fasilitas umum, seperti plaza tempat panggung terbuka, jogging track, skateboard track, dan juga tempat bermain anak-anak. Ada juga wifi gratis, tapi saya tidak mencobanya. Taman Bungkul layak mendapatkan penghargaan karena penataannya yang apik dan rapi. Bagian yang ditanami dijaga kebersihannya sehingga terlihat hijau dan asri.
Waktu kami datang kemari, sekitar jam 12 siang di hari Sabtu, area yang paling banyak dikunjungi orang adalah area pujasera. Di area pujasera terdapat banyak pilihan makanan, namun yang cukup banyak didatangi adalah warung rawon Kalkulator, yang tentunya menjual makanan khas Jawa Timur rawon. Banyak turis lokal (orang dari luar Surabaya) yang datang kemari untuk mencicipi rawon yang tersohor ini.
Main-main di taman Bungkul.
Di dekat taman Bungkul terdapat sebuah bangunan unik yang ternyata merupakan sebuah gereja de vrije katholike kriek, yaitu bangunan gereja Katholik Bebas St. Bonifacius. Gereja independen ini sudah berdiri sejak tahun 1923. Sayangnya, waktu kami lewat, gereja ini sedang tutup sehingga kami tidak tahu seperti apa bagian dalamnya. Saat kami mengintip-intip bangunan tersebut, beberapa turis domestik muda masuk ke dalam halaman gereja dan berfoto-foto dengan riang.
Tak jauh dari taman Bungkul, terdapat Perpustakaan Bank Indonesia. Perpustakaan yang beralamat di Jl. Mayangkara no. 6 ini menempati bangunan kuno yang sudah berdiri sejak tahun 1921. Dulunya bangunan perpustakaan ini disebut sebagai Worning voof Agent van Javasche Bank. Setelah berganti-ganti fungsi, sejak tahun 2012 bangunan ini menjadi perpustakaan yang menyimpan buku-buku yang terkait dengan ekonomi, moneter, dan perbankan. Di depan perpustakaan, terdapat Monumen Bahari yang dibangun oleh TNI AL di tahun 1968.
Wajar taman Bungkul banyak dikunjungi orang karena letaknya memang strategis dan di tengah kota. Sedikit lagi kami berjalan kaki dari perpustakaan Bank Indonesia, kami tiba di kebun binatang Surabaya dengan patung Sura dan Baya yang menjadi salah satu ikon kota Surabaya. Di akhir pekan, kebun binatang ini cukup ramai dikunjungi. Sedangkan untuk berfoto dengan latar belakang patung Sura dan Baya, orang rela antre di bawah sinar matahari.
Perpustakaan Bank Indonesia yang tak jauh dari taman Bungkul.
Taman Surabaya
Taman Surabaya terletak di daerah Embong Kaliasin dan posisinya berada di kiri dan kanan dari taman Bambu Runcing. Disebut taman Bambu Runcing karena di tengahnya ada patung bambu runcing. Sedangkan taman Surabaya, mungkin dinamai demikian karena letaknya di tengah kota Surabaya. Pada dasarnya, tidak ada apa-apa di taman kota ini. Satu-satunya bagian yang menarik perhatian adalah patung bambu runcing. Namun bagian lainnya kurang menarik dan terkesan biasa saja. Bahkan, kursi-kursinya terkesan agak terbengkalai.
Kami mampir ke taman ini karena sebelumnya kami mampir ke toko es krim Eskimo untuk membeli beberapa potong es krim. Toko es krim yang letaknya hanya satu blok dari taman Surabaya sebenarnya lebih dikenal sebagai penjual es krim tart dan lebih banyak menerima pesanan. Toko ini tidak menyediakan tempat duduk, jadi semua pembelian harus take away. Tapi tidak perlu khawatir. Cuma beli es krim tiga potong saja tetap diberi dry ice untuk menjaga suhu es krim, jadi es krim tetap bisa dibawa pulang.
Dari penampakannya, es krim Eskimo ini adalah es krim jadul. Bahan esnya sepertinya tanpa tambahan macam-macam, karena begitu dikeluarkan dari kota dry ice, es krimnya langsung meleleh. Rasanya luar biasa enak. Kami makan es krim ini sambil duduk-duduk di bangku taman di taman Surabaya.
Patung bambu runcing di taman Surabaya.
Arca Joko Dolog
Dari Taman Surabaya, kami berjalan kaki ke Arca Joko Dolog. Arca Joko Dolog adalah sebuah arca perwujudan Prabu Kertanegara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singhasari. Arca ini aslinya ditemukan oleh arkeolog Belanda di daerah Trowulan. Pemerintah Belanda berencana untuk membawa arca ini ke Belanda namun nampaknya rencana tersebut dibatalkan dan arca ini kemudian ditinggal di tengah kota Surabaya. Kini arca ini menjadi destinasi wisata sejarah bagi warga Surabaya dan sekitarnya. Oleh pemerintah setempat, area ini kemudian dihiasi juga dengan patung-patung lain yang juga ditemukan di Trowulan.
Saat saya berkunjung ke sana, komplek arca ini sudah tutup. Memang kami tiba di sana sekitar jam 5 kurang dan mungkin kebetulan hari itu daerah ini sepi pengunjung. Akibatnya, saya hanya bisa melihat dari jauh arca ini.
Dari kompleks arca Joko Dolog, kami kemudian berjalan kaki ke taman Apsari yang letaknya memang sangat dekat dengan lokasi patung ini.

Arca Joko Dolog dari kejauhan.
Taman Apsari
Taman Apsari adalah taman yang sudah ada sejak jaman Belanda. Kini taman ini menjadi salah satu lokasi kegiatan populer bagi masyarakat kota Surabaya. Di dekat taman Apsari terdapat tempat latihan futsal. Saat kami lewat, lapangan futsal terbuka ini dipenuhi remaja yang sedang berolah raga. Selain olah raga, taman ini juga menjadi tempat instalasi karya seni dan tempat kegiatan bebas warga. Terdapat bangku yang bisa menjadi tempat menghilangkan kepenatan sambil menikmati hijaunya tanaman yang ditanam di sini.
Di tengah taman terdapat patung gubernur pertama kota Surabaya, yaitu Gubernur Suryo. Patung Pak Suryo ini terletak di tengah kolam dengan pancuran. Di seberang jalan terdapat gedung Grahadi, salah satu peninggalan jaman Belanda yang masih berdiri megah hingga sekarang. Gedung Grahadi kini adalah rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Buat yang lapar saat jalan-jalan di sini, bisa menemui beberapa penjual keliling yang suka mampir di sini. Tapi kalau mau makan di rumah makan, tidak perlu khawatir. Di sebelah taman ini ada Pizza Hut.
Patung Gubernur Suryo.
Taman Pelangi
Setelah makan malam, kami memutuskan untuk pergi ke taman Pelangi. Taman Pelangi ini ternyata letaknya di tengah jalan! Maksudnya, area taman ini dikelilingi oleh jalan yang cukup ramai. Kecuali kita memang bawa kendaraan sendiri atau naik taksi, agak susah juga berkunjung kemari.
Kami tiba di taman ini sebelum jam setengah delapan malam. Waktu kami datang, air suasana sudah cukup gelap sehingga kami tidak dapat menikmati hijaunya tanaman yang dirawat di situ. Akan tetapi, pertunjukkan utama taman ini di malam hari bukan tanaman, melainkan permainan lampu di pancuran yang terlihat seperti tarian pelangi di malam hari.
Saat kami tiba di taman Pelangi, air mancurnya belum ada dan lampunya masih menyala biasa. Kami sempat kecewa melihat pancuran yang biasa saja. Akan tetapi, tepat jam 19:30, air mulai memancur keluar dan lampu hias kolam mulai berganti-ganti warna menyerupai pelangi yang hidup. Saat pertunjukkan dimulai, rasa kecewa kami hilang dan berganti dengan rasa kagum. Saat air mancur mulai menyala, beberapa pengunjung mulai berdatangan. Mungkin mereka sudah tahu jadwal air mancurnya sehingga datangnya ngepas.
Berfoto dulu di taman Pelangi.
Sayangnya waktu kami tidak cukup untuk mengunjungi seluruh taman-taman kota yang ada di Surabaya. Jika suatu saat ada kesempatan untuk mengunjungi kota ini lagi, kami akan dengan senang hati melihat-lihat taman-taman kota yang lain di Surabaya.

15 Komentar:

  1. Dari lima diatas cuma taman pelangi yang pernah aku singgahi.😄😄

    Tetapi kota surabaya panas nya melebihi jakarta nggak kaya dulu lagi.😄😄 Dan harga2 juga lebih mahal ketimbang Jakarta.


    Jadi kalau menurut saya lebih enak tuh ke Jatim cari kedaerah yang lebih pedalaman dikitlah.😄😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau memang mau backpacking, ya mendingan ke Malang, lah. Tapi Surabaya emang panas banget. Walaupun banyak taman kota, tetap panas.

      Hapus
  2. belum ada satu pun yang kukunjungi.. waktu ke surabaya mainnya hanya ke mall2nya aja :D

    aku paling pengen ke taman bungkul, karena penasaran sama rawon kalkulatornya,, kayanya enak.. :D

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rawon kalkulator emang enak. Katanya sambalnya enak. Tapi berhubung gue gak suka pedas, ya nggak nyobain sambalnya.

      Hapus
  3. patung bambu runcingnya sama kek yang di Pontianak tuh...

    btw... yang motoin di taman pelangi siapa tuh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya belum pernah ke Pontianak. Hmm, yang motoin? Ssst ...

      Hapus
  4. Wah, jadi pernah ke surabaya juga ya, saya sebagai salah satu Warga Surabaya sepertinya sudah biasa dengan panas nya yang seperti itu, memang butuh yang namanya penyesuaian suhu kalo main2 kesini, mungkin bisa juga berkunjung ke daerah seperti mangrove atau kebun bibit yang agak rimbun dedaunannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, gue malahan belum tahu ada daerah mangrove. Boleh juga nih, kapan-kapan.

      Hapus
  5. sudah sampai surabaya saja ya mba, mungkin next time kalau mampir saya bisa jadi guide yang baik mba hehe

    BalasHapus
  6. Wahhh saya ke Surabaya juga cuma numpang lewat saja karena acara kampus dan gak sempat ekplor2. Baca artikelnya jadi pengen jalan2 di Surabaya khusus buat eksplor destinasi2 mainstream dan anti mainstream

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Surabaya banyak tempat menarik, kok. Ini saya masih penasaran ama museum-museumnya.

      Hapus
  7. Dulu singgah ke Surabaya cuman nangkring di stasiunnya saja karena mau lanjut kreta ke Banyuwangi, belum sempat keluar kota. Saya harus nyatet ini semua kalo nanti kesana.

    Membaca destinasi diatas terkesan sekali ya Surabaya sbg kota Pahlawannya..


    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, emang banyak Pahlawan yang sejarah kehidupannya terhubung dengan kota Surabaya.

      Hapus