26 Juli 2020

Keluar rumah di masa pandemi untuk jalan-jalan? Pikir-pikir dulu ...

Di masa pandemi gini masih mau jalan-jalan? Saran saya: jangan dulu! Bukan apa-apa, covid-19 bukan penyakit yang bisa disepelekan, terutama karena kita yang nampak sehat-sehat saja bisa jadi ternyata OTG alias orang tanpa gejala yang turut membantu penyebaran virus.

Tapi, setelah sekian bulan #dirumahaja, bosan nggak sih di rumah terus? Untungnya sih, saya termasuk orang yang secara berkala masih masuk kantor karena bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang tertentu yang masih boleh beroperasi di masa PSBB. Jadinya saya nggak pernah bener-bener tinggal di rumah lebih dari seminggu. Jadinya nggak bosan di rumah saja lah, ya.

Tapi kalau emang selama ini sudah di rumah terus dan sudah bosen di rumah, gimana? Sudah bosen nonton film online? Sudah nonton ngepoin aktivitas artis di Instagram dan Twiter? Sudah bosen baca buku di rumah? Sudah nyobain memelihara tanaman di rumah? Wah ... kalau memang sudah benar-benar bosan di rumah, ada beberapa hal yang dapat jadi alasan untuk jalan-jalan alias pergi ke luar rumah.

Belanja

Belanja adalah salah satu pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan di masa PSBB (sebelum memasuki PSBB Transisi) pun tempat perbelanjaan tetap buka. Nah, belanja bisa menjadi salah satu cara untuk mengusir kebosanan di rumah. Tapi ada syaratnya untuk bisa berbelanja dengan nyaman dan tanpa mengurangi kewaspadaan terhadap pandemi yang masih berlangsung ini.

Yang jelas, kita wajib memakai masker, cuci tangan sebelum memasuki tempat perbelanjaan, dan jaga jarak dengan pengunjung lain. Itu sudah jelas, lah ya. Ada hal-hal lain yang mungkin perlu dipertimbangkan:

Waktu belanja

Belanja pagi-pagi waktu tempat perbelanjaan buka lebih menyenangkan karena lebih sepi. Selain pramuniaga bisa memberikan perhatian lebih jika kita membutuhkan bantuannya, kita juga lebih bisa jaga jarak karena jumlah pengunjungnya masih sedikit. Kalau kita mau belanja baju, memang biasanya baru buka jam 10 pagi ya. Tapi kalau rencananya belanja di pasar, ya bangunnya harus pagi banget karena kalau siang sedikit kita akan bersaing dengan ibu-ibu  yang memang rutin berbelanja di pagi hari.

Menggunakan alat pembayaran non tunai

Sudah dengar kan kalau uang tunai itu bisa membantu penyebaran kuman? Maknya mendingan membayar dengan cara non tunai saja. Kartu kredit atau kartu debit bisa dipakai, tapi kita masih harus menyentuh tombol EDC (electronic data capture) waktu memasukkan nomer PIN. Kalau punya kartu kredit contactless, lebih baik lagi. Pilihan lain adalah melakukan pembayaran dengan metode scan kode QR (quick response) dari handphone. Yang ini lebih aman karena kita tidak perlu menyentuh apapun dari penjual karena kita cukup menscan kode QR. Gimana kalau belanja di pasar? Yah, karena penjual di pasar pastinya dibayar pakai tunai, ya harus jangan rajin-rajin cuci tangan. Jangan pegang-pegang masker sebelum membersihkan tangan.

Membeli makanan di rumah makan atau food chain populer

Kangen makan ayam KFC atau burger di MCDonald’s? Setelah rumah makannya buka, ya sudah pasti kita bisa ke sana. Lagi pula, daripada di rumah terus, boleh dong kita datang ke rumah makan favorit dan merasakan suasana baru. Tentunya, kita tetap harus mengikuti protokol kesehatan.

Take away

Paling aman sih kita beli makanan untuk dibawa pulang. Sampai di rumah, makanan bisa dihangatkan lagi sebelum dimakan. Sedangkan kotak pembungkusnya ya dibuang. Jadi kita tidak perlu terlalu lama berada di rumah makan tersebut. Tapi kalau hal ini tidak memungkinkan, misalnya karena jarak rumah makan ke rumah, atau karena kita makan di luar di saat jam makan siang kantor?

Bawa alat makan sendiri

Buat yang sudah biasa bawa alat makan sendiri (terutama sedotan) hal ini mungkin bukan masalah besar. Buat yang belum terbiasa, mungkin terasa merepotkan. Membawa alat makan sendiri lebih aman karena yang pegang-pegang pasti hanya kita. Dan tentunya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sendok dan sedotan plastik.

Olah Raga

Olah raga yang dilakukan tentunya olah raga yang membuat kita masih bisa menjalankan protokol kesehatan.

Lokasi yang tidak terlalu ramai

Makanya, dibandingkan ramai-ramai ke pusat keramaian seperti Gelora Senayan atau taman kota, mendingan lari-lari di sekitar kompleks rumah saja. Selain lebih sepi, paling ketemu tetangga, kita juga masih bisa merasakan suasana baru seperti pepohonan ataupun udara segar di luar rumah.

Mungkin ada juga yang lebih ingin mendaki gunung atau trekking. Tapi sebenarnya kalau kita mendaki gunung atau trekking, kemungkinan terlena dan tidak menjalankan protokol kesehatan lebih besar, lho. (Kebayang nggak sih, mendaki gunung bareng-bareng tapi jauh-jauhan. Nggak seru. Sedangkan kalau trekking sendirian, dimana kadang tempatnya suka nggak ada sinyal, kok saya merasa serem ya.)

Pemakaian masker

Waktu lari, banyak orang yang tidak mengenakan masker. Bener sekali, masker bisa membuat kita lebih susah bernafas, apalagi ketika ketika berolah raga dan membutuhkan banyak oksigen. Tentunya karena kita tidak memakai masker, ada hal-hal lain yang perlu dilakukan, misalnya jaga jarak dengan orang lain dan sebisa mungkin tidak bergerombol.

Pada intinya sih, kita semua berharap agar pandemi ini cepat reda. Tapi itu membutuhkan kerja sama banyak orang, termasuk kita dalam menjalankan protokol pencegahan penyakit ini. Ada yang punya pendapat lain mengenai jalan-jalan keluar rumah di masa pandemi?


20 Komentar:

  1. serba salah, gak belanja gak ada yang ngasih, belanja takut juga soalnya kalau kena covid itu di jauhin dan tetangga2 juga kena dampaknya dari dagangan gak laku karena ketahuan tetangga nya si A, bahkan mau beli makanan suruh di depan toko di situ saja pak biar nanti saya anter makananya karena udah terkenal bahwa si pembeli adalah tetangga si A, kasihan orang lain kan yang sakit siap yang terkena dampak lingkungan sekitarnya. berdoa saja semoga lekas pulih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ... sekarang orang yang kena covid-19 kesannya nista banget. Padahal yang menuduh juga nggak pernah tes rapid, belum tentu mereka bukan OTG. Semoga wabah ini segera mereda dan obatnya ditemukan.

      Hapus
  2. Bener sih Mba, kalau ga perlu2 banget mending kita jangan keluar2 ya.. Aki juga masih ngantor walau ga full seperti biasa, jd ga bosen juga. Anak2 paling yg bosen. Bahkan ngajak sekedar belanja atau drive thru aja aku jg blm berani ngajak mereka 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ... mana anak-anak kan memang dari sananya aktif dan nggak bisa diam. Apa boleh buat, harus banyak membuat kegiatan rumah untuk anak. (Dari ibu bekerja dan ibu di rumah, sekarang merangkap guru SD juga. Ahaha ...)

      Hapus
  3. elakkan berada di luar terlalu lama semasa wabak covid-19 ..

    better prevent dari cure

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepat sekali. Memang kalau nggak perlu ya nggak usah keluar rumah. Makanya jalan-jalan di sini bukan ke tempat wisata atau pergi ke mall, melainkan yang memang perlu.

      Hapus
  4. Kalau aku pribadi sih jalan-jalan di masa pandemi ya .. hora masalaaah 😚.
    Yang terpenting di manapum tetap mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan.
    Juga sprayer cairan diisfektan dalam botol kecil selalu kujadikan buat bekal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Daerahnya Oom Himawan masih zona hijau ya? Belum zona merah, kan? Ya nggak masalah, lah. Kalau yang tinggal di tempat padat penduduk seperti saya sih, sebenarnya agak serem kalau mau jalan-jalan.

      Hapus
  5. Aku tiap pagi jogging gak pake masker, sesek pakai masker. Untungnya jalanan desa sepi, jadi masih bebas menghirup udara pagi di sawah eheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau nggak ketemu orang lain sih, nggak masalah ya.

      Hapus
  6. aku belanja masih sih mba diah, buat makan sehari hari, tapi kuakalin pake sistem belanja per dwimingguan, jadi sengaja stok sayur dan lauk yang banyak buat 2 minggu, e tapi kalau sayur seminggu an deng, kalau lauk baru lah lebih awet

    soalnya sayur kalau kelamaan juga cepat kuning, jadi tetep aja belanja yang masih fresh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal tadinya mau tanya gimana caranya nyimpan sayur 2 minggu. Hahaha... Kalau sekarang, saya belanja dua kali seminggu, biar sayur dan buah selalu segar.

      Hapus
  7. Repot juga ya di Jakarta karena kasus korona masih banyak jadi harus jaga jarak dan sering cuci tangan plus wajib pakai masker. Apalagi kalo belanja di pasar tradisional tuh, selain harus bayar pakai uang tunai juga senggolan sama pembeli lain terutama ibu ibu.😊

    Betul sekali, semoga pandemi ini cepat selesai ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, kalau di pasar tradisional, lebih susah jaga jaraknya. Mendingan tunggu pedagang keliling di kompleks aja. Agak khawatir juga kalau di tempat yang ramai.

      Hapus
  8. Kalo utk olahraga, aku skr ini rutin workout di rumah aja mba.pake bantuan YouTube. Ga berani kalo hrs olahraga di luar :( .

    Sementara utk jalan2, aku memang blm yakin sih. Apalagi kalo pake kendaraan umum. Pertengahan Agustus ini aku hrs ke solo dan Jogja. Tp udh sepakat naik mobil pribadi. Jd ga ada gabung2 Ama org lain. Dan sampai di sana pun ga akan lepas dari faceshield dan masker. Biasanya aku seneng wiskul, kali ini liat situasinya dulu. Kalo rame ga deh. Mnding cari yg sepi, ato sebisa mungkin take away.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Mbak. Nggak usah semobil ama orang lain dulu. Kita kan gak tahu orang lain gimana. Yang penting sampai tujuan, kerjaan beres.

      Hapus
  9. Masih parno berlama2 keluar rumah. Apalagi harus ke Jakarta nih. Naik pesawatnya khawatir, pas di sana juga khawatir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Pak. Mana sekarang semakin tinggi aja angkanya.

      Hapus
  10. Sampai saat ini saya belum ada destinasi buat jalan-jalan keluar rumah. Masih pandemi dan kurang efektif aja sih mba.

    BalasHapus
  11. waktu awal pandemi terasa membosankan mbak, rutinitas hampir tiap harinya hanya kantor-rumah-kantor. kemudian ketika beberapa tempat belanja udah dibuka, cuci mata juga akhirnya hehehe. tapi tetep pake masker, bawa hand sanitizer, hindari kerumunan

    BalasHapus