12 Juli 2020

Salah satu tempat wisata yang sangat populer di Singapura ternyata berada di dalam bandar udaranya. Siapapun yang pernah transit di Singapura pasti akan menyempatkan diri untuk mengunjungi Jewel Changi Airport. Jewel adalah tempat wisata, belanja, dan makan, dimana di sini dibuat taman serta hutan yang hijau dan mengitari sebuah air terjun indoor tertinggi di dunia. The Rain Vortex, nama air terjunnya. Air terjun ini adalah salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi di Changi Airport. Di tahun 2019, bisa dikatakan orang belum puas jalan-jalan di Singapura kalau tidak foto-foto dengan latar belakang The Rain Vortex.

Jewel Changi Airport mulai beroperasi di bulan April 2019. Walaupun masih relatif baru, namun ketenarannya sudah membuat para travel blogger membahasnya di sepanjang tahun 2019. Sebetulnya harusnya saya membahasnya tahun lalu, ya. Kan, jalan-jalannya sudah lama juga, waktu saya ke Universal Studios Singapore dan mampir ke Little India. Tapi entah kenapa perjalanan yang ini kemarin-kemarin kelewatan didokumentasikan lewat artikel.

The Rain Vortex, pusat atraksi di Jewel Changi Airport.

Jewel Changi Airport berada di bagian airside bandara, alias di dalam area transit. Jadi, penumpang pesawat yang sedang transit dan tidak bermaksud masuk ke Singapura juga bisa datang ke sini. Tak heran setiap hari (sebelum wabah covid-19 ya) pengunjungnya bisa mencapai ratusan ribu per hari. Selain tempat wisata berupa alam buatan, pengunjung juga bisa makan-makan dan belanja di Jewel.

Bangunannya sebenarnya terpisah dari terminal bandara, namun masih bisa dicapai dari Arrival Hall di Terminal 1 dan bisa dicapai melalui jembatan penghubung dari Terminal 2 dan Terminal 3. Kebetulan pesawat kami berangkat dari Terminal 3, jadi kami berjalan menuju ke Jewel melalui jembatan penghubung. Buat yang nggak mau capek jalan, jangan khawatir karena ada travelator di sepanjang jembatan ini.

Jewel memang disiapkan untuk memikat para traveller, jadi di sini ada tempat penitipan koper, tempat penukaran mata uang asing, dan juga persewaan power bank. Lumayan kan, jadi nggak usah ribet waktu mau jalan-jalan kemari. Karena bentuknya taman yang disusun menyerupai hutan, jadi jalan-jalannya tidak semudah itu untuk dilalui sambil membawa gembolan besar. Kecuali kalau memang minatnya cuma mau nongkrong di rumah makan atau cafe sambil melihat air terjun, sebaiknya kita tidak bawa banyak barang atau tas ukuran besar waktu kemari.

Hutan yang mengitari air terjun disebut sebagai Shiseido Forest Valley, sesuai dengan nama sponsornya. Daerah hutan yang mengelilingi air terjun terasa lembab, dan kalau kita berjalan semakin mendekati air terjun akan terasa ada titik-titik air yang menjatuhi kita seperti sedang gerimis. Bukan karena atapnya bocor, melainkan karena air yang jatuh dari ketinggian 40 meter itu bisa terlempar cukup jauh. Tapi jangan buru-buru buka payung, ya. Di sini dilarang buka payung.

Areal hutan di sekitar The Rain Vortex (atau HSBC Rain Vortex kalau sekalian lengkap dengan nama sponsornya) adalah hutan vertikal, alias bertingkat sesuai dengan tingkatan lantainya. Kalau kita sedang di areal air terjun, rasanya segar sekali karena di dekat air terjun dan pepohonan. Tapi jalan sebentar melewati deretan pohon tersebut, kita sudah tiba di pertokoan modern khas Singapura.

Tingkatan paling atas adalah tempat wisata berbayar. Di sana ada jembatan kaca yang bisa dilewati pengunjung dan ada juga jaring-jaring yang bisa dilewati sambil menikmati pemandangan 23 meter di bawahnya. Selain itu, ada juga taman yang terletak di tingkat tertinggi dimana kita bisa serasa bersantai di puncak dunia. Buat yang berminat kemari, yah siapkan dana secukupnya. Karena waktu itu kami memang hanya tertarik untuk melihat air terjunnya saja, kami tidak masuk ke daerah berbayar.

Bagian bawah dari The Rain Vortex. Pola airnya seperti lurik.

Oh ya, untuk menikmati air terjun, kita bisa melihatnya dari hutan buatan dimana kita melihat air jatuh dari ketinggian dan masuk ke dalam semacam cawan kaca yang menampung seluruh limpahan air tersebut. Tapi, kita juga bisa mengunjungi areal kuliner di bawah dan melihat pola air yang mengalir di balik cawan kaca raksasa itu. Air yang mengalir di cawan kaca itu membentuk pola seperti lurik, juga menarik untuk dijadikan latar belakang foto-foto.

Kalau memang minat menikmati seluruh atraksi yang ada di sini (berbayar maupun gratisan) siapkan waktu sekitar 3 jam, belum termasuk jalan kaki dari/ke terminal/gate menuju ke gedung Jewel. (Buat jalan kaki dari/ke terminal/gate siapkan sekitar 30-60 menit ya, karena bandara cukup luas. Itu belum pakai nyasar.) Bukan hanya karena areanya cukup luas dan atraksinya lumayan banyak, namun juga karena ada beberapa titik wisata yang harus antre. Tapi kalau minatnya hanya lewat di hutan buatan dan melihat air terjun, tanpa makan-makan atau belanja, satu jam saja sih cukup.

Yah, semoga pandemi bisa segera mereda dan kita bisa kembali jalan-jalan. Buat yang lagi menyusun rencana jalan-jalan ke Singapura, Jewel Changi Airport bisa jadi salah satu tujuan wisata yang dimasukkan dalam list tempat wisata yang perlu dikunjungi.

20 Komentar:

  1. wow bagus banget ya, liat di foto aja sudah nyenengke tenan opo meneh kalau kita datang kesana, bisa bikin air terjun di tengah kota ya :D, kemarin aja ke air terjun di antara gunung merapi dan merbabu itu pas di tutup akhirnya jalan kaki 30 menitan karena muter lewat pekarangan warga hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi tetap saja, alam yang sebenarnya tetap lebih bagus dibandingkan yang buatan.

      Hapus
  2. Bandara sini selalu selangkah bahkan beberapa langkah lebih maju dari kita ya. Entah kenapa banyak penerbangan ke eropa harus transit di sini.

    ~ Bang Day

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemampuan lobbying dan dagang yang membuat mereka bisa membuat pesawat transit di mereka. Tapi Indonesia nggak perlu menjadikan dirinya tempat transit kalau cuma mau bikin bandara penuh: kita sudah negara kepulauan yang memerlukan moda transportasi yang cepat; transportasi dalam negeri saja sudah bikin petugas bandara repot.

      Hapus
  3. Singapura memang bagus ya, negaranya kecil tapi bisa memikat para wisatawan, salah satunya ya karena air terjun buatan Jewel Changi Airport ini. Lihat fotonya saja sudah kagum apalagi kalo kesana langsung.

    Ada juga bagian yang bayar ya, tapi kalo saya pilih yang gratis saja sih, duitnya buat jalan jalan beli makanan.😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha ... idem. Makanya saya nggak masuk ke tempat yang berbayar.

      Hapus
  4. duh rasanya jauh juga ya kalau harus jalan kaki sekitar 30-60 menit, apalagi belum nyasarnya. ahahaha
    tp semoga suatu saat aku bisa ke sana mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha ... jalan kaki 30 menit dekat, lah. Apalagi kalau banyak yang bisa dilihat.

      Hapus
  5. ya pada dasarnya, wisata di singapur emang itu itu aja ya mba hehe. saya tunggu mba nanti kalau jalan ke arah timurr indonesia hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, nih ... begitu pandemi beres, langsung cuss dah!

      Hapus
  6. Pernah ke Changi Airport, tapi langsung masuk ke singapura, bukan transit. Jadinya malah ngga pernah mengunjungi lokasi ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Kalau langsung keluar malah susah ke sininya. Mendingan menyisihkan waktu buat jalan-jalan di bandara kalau mau ke sini.

      Hapus
  7. Sebelum Corona akhirnya sempat juga ke Jewel di Changi yang ngehits itu :D

    BalasHapus
  8. The Rain Vortex ini kayaknya tempat wajib yang dikunjungi klo ke Singapore ya. Selalu kalau ada yg jalan2, pasti psoting foto depan Rain Vortex ini 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, Mbak. Bahkan ada yang bela-belain transit ke Singapura cuma mau lihat Rain Vortex ini aja.

      Hapus
  9. tempat yang wajib dikunjungi kalau ke Singapura karena ikonik bgt, sayang aku belum sempat ke sana

    BalasHapus
  10. Thank you for sharing this wonderful post keep your awesome work
    I have many hobbies. I love to travel and read. But my favorite hobby is cooking. Let me tell you why! First, I'll tell you a little bit about why I started cooking. Secondly, I'll give you some information about what I like to cook. Third, I will say how I use the vietnamese food for cooking.

    When I started cooking, I was 10 years old. My mom wants me to be a chef. She has always believed that girls have to make different types of food, because one day they will get married. In my country, it is normal for girls not to cook. I feel lucky because I can cook many dishes. Now that I cook some of the dishes my children and husband love, I become happy and proud of my mother and myself. i am a food blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. Well, I only started to cook when the pandemic started since now I have more time at home. But I think cooking is a good hobby.

      Hapus