21 Agustus 2020

Sejak tanggal 6 Juli 2020 yang lalu, pihak Transjakarta melakukan uji coba bus berbahan bakar listrik di jalanan Jakarta. Trayek yang dilayani adalah Blok M – Balai Kota, melewati Jl Jend. Sudirman dan Jl MH Thamrin. Dengan perkembangan teknologi saat ini, wajar sih kalau Jakarta mulai punya bus listrik. Selain ramah lingkungan, bus ini juga menjadi pembuka jalan untuk penggunaan mobil hybrid dan mobil listrik di kota-kota lain di masa mendatang.

bus listrik
Bus Listrik Transjakarta

Bus listrik yang dioperasikan oleh Transjakarta saat ini ada dua, yaitu bus ukuran besar dan ukuran sedang. Bus yang besar ukurannya seperti bus Transjakarta biasa (bukan gandeng) dengan dua pintu. Sedangkan yang bus ukuran sedang hanya punya satu pintu, tapi ukurannya sepertinya tetap lebih besar dari bus Transjakarta ex-Kopaja. Bus ukuran besar dapat memuat 25 penumpang, sedangkan yang ukuran sedang 11 orang.

Bus Listrik memiliki baterai yang dapat dipakai untuk menjalankan bus sejauh 200 km per pengisian daya. Untuk sekali mengisi daya (charging) dibutuhkan waktu sekitar 4 jam. Bus listrik ramah lingkungan, dengan emisi 0% dan baterainya 100% dapat didaur ulang. Oke banget kan, untuk kota yang tingkat polusinya termasuk tinggi seperti Jakarta.

Selama tiga bulan masa uji coba, penumpang yang naik bus listrik tidak dikenai biaya. Hanya saja, penumpang tetap harus tap in dan tap out di card reader alis mesin pembaca kartu. Kartu apa saja bisa. Saya pakai BCA Flazz. Penumpang lain yang juga naik, ada yang pakai Mandiri e-money dan kartu JakLingko.

Saya sendiri sebelumnya sudah beberapa kali melihat bus listrik lewat di sekitaran Sudirman – Thamrin, tapi selalu pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk naik. Misalnya, saya sudah terlanjut berada di dalam halte BRT atau memang sedang buru-buru masuk kantor. Tapi untung sekali, tanggal 19 Agustus 2020 yang lalu saya berkesempatan untuk naik bus ini. Bus yang saya naiki adalah bus yang berukuran besar. Kode koridornya adalah EV-1. Saya naik dari depan Ratu Plaza dan turun di Bundaran HI.

Selfie dulu di dalam bus listrik. Mumpung masih sepi.

Sesuai dengan protokol kesehatan, sebelum naik bus, penumpang akan diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas. Setelah masuk, penumpang wajib tap in di card reader. Sempat ada ketidaksepakatan antara petugas dan sopir, ketika ada sepasang muda mudi yang mau tap dua kali dengan kartu yang sama. Menurut petugas, satu kartu bisa tap dua kali, tapi menurut sopir tidak bisa karena nanti ‘kan harus tap out. Karena pasangan ini cuma punya satu kartu uang elektronik, dan busnya juga masih uji coba, akhirnya pasangan ini cuma tap in sekali meskipun yang masuk dua orang.

Sempat juga ada satu penumpang yang, setelah masuk, kebingungan karena dia tidak punya kartu. Petugas akhirnya bilang bahwa karena masih gratis, penumpang ini masih boleh masuk tanpa tap in. Sebenarnya sudah ada bus Transjakarta non-BRT yang mewajibkan penumpang untuk tap in di saat masuk dan tap out di saat keluar bus. Hanya saja, karena belum semua orang memiliki kartu uang elektronik, masih ada petugas yang membawa kartu dan bisa bayar pakai tunai. Harusnya sih ada edukasi masyarakat mengenai penggunaan kartu uang elektronik. Tetapi karena masa pandemi ini banyak bus non-BRT yang tidak beroperasi, bus yang mewajibkan tap in dan tap out jadinya jarang. Mungkin masa edukasi masyarakat mengenai penggunaan kartu uang elektronik akan lebih lama dari yang sebelumnya diperkirakan.

Setelah tap in, penumpang dapat duduk di kursi yang ada. Sesuai dengan protokol kesehatan, penumpang tidak dapat duduk bersebelahan. Ada kursi yang diberi tanda silang dan tidak dapat diduduki. Hal ini sama dengan bus-bus Transjakarta lain selama masa pandemi Covid-19 ini. Bus melaju dengan kecepatan yang sama seperti bus gratis yang sebelum masa pandemi biasa beroperasi di sekitaran Sudirman – Thamrin. Di setiap halte non-BRT bus ini berhenti untuk menaikkan ataupun menurunkan penumpang.

Bagaimana rasanya duduk di bus listrik? Ya biasa saja, sih. Bagian interior bus listrik kurang lebih juga sama dengan bus Transjakarta lainnya. Warna kursinya saja yang beda. Pada pegangan tangan untuk penumpang berdiri terdapat tulisan-tulisan yang terkait dengan fakta bus listrik ini. Menarik juga. Fungsional sekaligus edukatif.

bus listrik
Tampak samping bus listrik Transjakarta

Sama seperti bus Transjakarta lainnya, ada juga kursi prioritas di sini. Tempatnya di tengah bus, dekat pintu belakang. Ada juga tombol untuk bel berhenti, seperti bus non-BRT lain yang baru. Tapi tombol ini nggak umum dipakai (atau mungkin dimatikan suaranya) karena bus ini kan berhenti di setiap halte yang dilalui.

Ketika petugas mengumumkan bahwa bus akan mendekati halte Bundaran HI, saya dan beberapa penumpang mulai berdiri dan bersiap. Petugas mempersilahkan penumpang mulai tap out saat bus akan berhenti, supaya ketika bus benar-benar berhenti penumpang dapat langsung keluar. Setelah tap out dan bus benar-benar berhenti, para penumpang satu-persatu turun dari bus.

Setiap berhenti di halte bus, selalu ada orang yang mendatangi petugas dan bertanya trayek bus ini. Karena memang baru dua bus yang beroperasi, nggak heran bus trayek ini jarang terlihat. Beberapa orang mengurungkan niatnya karena trayek bus ini tidak sesuai dengan tujuan mereka. Tetapi ada juga yang naik karena memang penasaran. Hehehe ... Saya salah satunya.

Secara umum, saya mendukung penggunaan bus listrik di Jakarta. Tentunya pemerintah harus memperhatikan ketersediaan tempat pengisian bahan bakar dan kondisi-kondisi darurat yang mungkin terjadi, misalnya kalau ada banjir dan kemacetan parah yang akan menghambat perjalanan bus. Perlu juga dipertimbangkan hal-hal lain seperti suhu ideal mesin beroperasi dan juga kelembaban udara kalau musim hujan. Tapi bahwa sekarang sudah kita sudah mulai menggunakan kendaraan listrik, itu adalah langkah yang baik.

Jadi, sudah terobati rasa penasaran saya terhadap bus listrik ini. Semoga saja semakin banyak armadanya.

12 Komentar:

  1. kelebihan bas listrik ini tidak ada pencemaran alam..

    kereta pun ada cuma lagi popular..

    jika tidak...industri Oil & gas akan jatuh merundum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang pun perusahaan minyak dan gas juga sudah mengalami penurunan bisnis karena harganya jatuh. Memang bagian dari siklus bisnis, selalu ada suatu yang baru dan harus ada perubahan.

      Hapus
  2. Kelebihan dari bis listrik ini memang tidak ada polusi ya mbak, mana tidak berisik lagi. Lumayan lama juga ya pengisian baterai nya sampai empat jam.

    Masih ada yang harus dibenahi ya, seperti antara petugas dan sopir tidak sepakat masalah tap kartu untuk naik bis, belum lagi penumpang yang tidak punya kartu. Tapi insya Allah nanti lancar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya sih, semakin lama orang akan semakin paham caranya naik bus listrik ini. Harusnya sih, lama-kelamaan semakin banyak bus yang pakai bahan bakar listrik. Terus PR-nya Pemerintah adalah: ketergantungan pembangkit tenaga listrik terhadap batu bara harus semakin dikurangi.

      Hapus
  3. Mba Dyah itu keliatan sepi emg karena masih pagi ya?
    Yang pasangan itu beruntung ya, tap sekali masuk 2 orang hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sepi karena kan di Jakarta semua kantor wajib menjalankan WFH dengan maksimal pegawai masuk 50%, jadi memang tidak terlalu banyak orang di jalan. Selain itu, karena bus ini relatif baru, banyak orang yang tidak mau naik karena tidak tahu trayeknya ke mana.

      Hapus
  4. mengapa orang suka naik bus? padahal saya disebelah bus aja udah pusing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa? Ya karena nggak punya kendaraan pribadi, lah. Nggak mungkin naik ojek tiap hari. Boros.

      Hapus
  5. penasaran di suara mesinnya,, apakah bener2 sunyi senyap atau masih ada deru yaa??

    untuk ke depannya semoga semakin banyak armada bus listriknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di dalam bus sih, suaranya biasa aja. Tapi kalau dari luar, emang suaranya tidak sekeras kendaraan berbahan bakar BBM.

      Hapus
  6. Wah enak banget nih bisa nyobain bus gratis. Saya udah lama gak ke Jakarta sejak Mei 2020. Di Depok bae, hahaha... Karena pandemi. Ternyata masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan soal kartu elektronik ini ya. Harus nambah edukasi nih.

    Semoga ke depannya semakin bertambah bus listrik ini, biar mengurangi polusi di Jakarta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha... padahal Depok tinggal selangkah menuju Jakarta ya. Tapi naik KRL masih riskan sekarang. Semoga sehat selalu ya.

      Hapus