18 Juni 2022

Gapura di bagian depan Ereveld Menteng Pulo

Sudah lama saya mendengar tentang makam Belanda di daerah sekitar Tebet, Jakarta Selatan, namun baru kali ini saya berkesempatan untuk mengunjunginya. Ya, di dekat TPU Menteng Pulo, yang lokasinya tidak jauh dari terowongan Casablanca, ada satu areal kuburan Belanda. Kawasan ini dikelola oleh yayasan makam kehormatan Belanda yang nama aslinya adalah Oorlogsgravenstichting (OGS). Kompleks pemakaman ini menjadi tempat peristirahatan terakhir korban perang yang gugur semasa Perang Dunia II dan masa revolusi setelahnya. Makam kehormatan Belanda semacam ini dikenal dengan nama Ereveld.

Di Indonesia, terdapat tujuh Ereveld, dimana dua di antaranya ada di Jakarta. Salah satu ereveld tersebut adalah Ereveld Menteng Pulo. Ereveld lainnya ada di daerah Ancol. Tidak semua orang yang dimakamkan di Ereveld adalah tentara Belanda, banyak juga orang Indonesia, wanita, anak-anak, sipil – yang semuanya adalah korban perang. Beberapa yang dimakamkan di sini adalah pindahan dari beberapa Ereveld luar pulau Jawa, yang di sekitar tahun 1960-an secara bertahap ditutup.

Kalau kita datang ke Ereveld Menteng Pulo, setelah memasuki area parkiran, kita akan disambut dengan gapura yang bertuliskan Ereveld Menteng Pulo. Gapura sederhana ini berada di atas undakan dan di tengahnya terdapat pot tanaman yang landasannya menampilkan logo dari OGS.

Setelah memasuki area pemakaman, di sebelah kiri terdapat papan yang memberikan penjelasan singkat mengenai Ereveld Menteng Pulo. Di belakang papan tersebut terdapat sebuah gazebo tempat kita bisa duduk-duduk. Di sini ada brosur mengenai Ereveld, namun saya kurang tahu apakah brosur ini gratis atau ada harganya. Dari gazebo kita bisa langsung mengagumi area pemakaman ini. Oh ya, WC umum ada di dekat gazebo ini.

Satu hal yang selalu disebutkan di semua blog ataupun komentar mengenai Ereveld Menteng Pulo adalah kata “rapi”. Memang, hal yang paling menonjol dari kompleks kuburan ini adalah kerapian dan kebersihannya. Seluruh kuburan ditata dengan baik sehingga tidak ada yang lebih istimewa dari yang lain. Tidak ada yang lebih mewah, tidak ada yang lebih kotor, semua sama. Rumput yang tumbuh di antara nisan penanda juga terawat. Tidak ada sampah sama sekali di sini.

Penanda kuburan semuanya berwarna putih. Bentuknya bisa berbeda-beda, disesuaikan dengan kepercayaan orang yang dikuburkan di situ. Ukuran petak untuk masing-masing orang juga sama. Memang, di Ereveld, semua orang diperlakukan sama dan setara.

Ada bangunan seperti gereja di sini, yang disebut sebagai Gereja Simultaan. Bangunan ini tidak digunakan sebagai gereja, melainkan sebagai tempat acara peringatan dan upacara semua agama. Di dalamnya terdapat sebuah salib yang dibuat dari kayu bantalan rel kereta api di Burma. Di jaman perang dunia dua, banyak orang Belanda dari Indonesia yang dikirim untuk kerja paksa di Burma.

Bangunan gereja ini bentuknya unik. Fasad depannya kotak, dan di atasnya terdapat bagian yang meninggi untuk tempat lonceng. Pintu utamanya dari kayu dengan teralis yang bentuknya unik. Di bagian belakangnya terdapat menara yang atapnya berbentuk melengkung. Di bagian dalamnya, terdapat ruangan yang cukup besar dengan jendela yang besar dan terbuka. Lebih maju lagi, terdapat ruangan altar kosong, yang dihiasi dengan jendela kaca patri warna-warni.

Gereja Simultaan dan sebagian areal pemakaman.

Menempel pada gereja, terdapat Columbarium yang menyimpan 754 guci abu militer Belanda yang gugur sebagai tawanan perang di kamp kerja paksa Jepang selama perang dunia kedua. Saya tidak masuk ke Columbarium, namun dari Gereja Simultaan, saya bisa mengintip bagian dalam dari Columbarium. Di tengahnya ada kolam, dan di dinding terdapat ceruk yang membentuk lemari tempat menaruh guci-guci. Di pojokan terdapat bangunan yang atapnya berbentuk membulat.

Di dekat Ereveld, ada kompleks pemakaman Inggris yang dipagari secara terpisah. Pemakaman ini memang pengelolanya berbeda, yaitu dari persemakmuran Inggris. Makam di sini penandanya berbeda. Bentuknya lebih menyerupai plakat mendatar yang ditata di bawah pohon palem merah.

Kalau kita berjalan mengikuti jalan setapak, kita akan melewati beberapa kursi di pagar di kiri-kanan pemakaman, dimana kita bisa duduk di sini dan memandangi deretan penanda kuburan berwarna putih yang berbaris dengan rapi. Jalan setapak tersebut akan memutari kompleks pemakaman dan nantinya akan sampai ke terowongan yang temboknya adalah tanaman. Di sini ada bangku-bangku tempat kita bisa berteduh kalau kebetulan cuaca sedang panas.

Ereveld Menteng Pulo buka untuk umum setiap hari dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Ada yang jaga, cuma biasanya gerbangnya ditutup. Untuk yang mau datang ke Ereveld Taman Pulo naik kendaraan pribadi, tidak perlu khawatir. Jalan kemari bisa dilewati mobil dan ada tempat parkir. Jalan paling dekat adalah dari Casablanca lewat TPU Makam Pulo, keluar lewat belakang. Kalau sudah lewat SMA Negeri 79, siap-siap masuk ke kanan. Lokasinya persis di sebelah apartemen Puri Casablanca. Jangat keterusan. Kalau sudah melewati Kantor Lurah Menteng Atas, berarti Anda sudah kelewatan gerbang masuk Ereveld.

Kalau naik kendaraan umum, jangan khawatir. Anda tidak perlu jalan kaki melewati kuburan TPU Menteng Pulo. Ada jalur alternatif, khusus untuk pejalan kaki. Saya datang kemari naik bus Transjakarta koridor 6 dan turun di halte busway (BRT) GOR Sumantri. Saya jalan kaki dari halte busway, melewati jalan di antara Plaza Festival dan Rumah Sakit MMC. Jalan kaki terus, melewati sungai, sampai di kompleks apartemen Taman Rasuna. Tetap jalan terus sampai melewati masjid Al-Bakrie dan juga pos Pemadam Kebakaran. Di dekat pemadam kebakaran, temboknya sudah dilubangi seukuran pintu. Bisa dilewati orang. Itu akan menembus ke perkampungan di belakang kompleks apartemen.

Nah, lewati saja lubang di tembok itu, terus belok kanan (ke arah selatan). Jalan kaki terus, sampai kita melewati tempat penampungan sampah sementara di sebelah kanan dan kemudian pasar di sebelah kiri. Ketika kita sampai di persimpangan, kita lurus saja. (Jangan jalan yang ke kiri ataupun yang ke kanan.) Kalau kita segera melewati Kantor Lurah Menteng Atas, maka kita berada di jalan yang benar. Nah, di seberang kantor lurah, ada tembok. Itulah tembok kompleks Ereveld. Ikuti saja sampai melihat pintu pagar. Kita bisa masuk dari pintu pagar tersebut. Total waktu yang dibutuhkan untuk jalan kaki sekitar 15 menit.

Kalau mau balik ke halte busway GOR Sumantri, tinggal ikuti jalan yang tadi saja. Tapi ingat, begitu melihat warung-warung yang menempel di tembok di kiri jalan, mata harus jeli melihat lubang di tembok. Lubang di tembok berada di antara warung-warung itu.

Kalau datang ke Ereveld, ingat baik-baik untuk jaga kebersihan dan tidak merusak apapun atau memetik bunga/daun. Ini tempat peristirahatan terakhir orang, jadi kita perlu sopan juga kepada mereka. Kalau mau ambil foto, pastikan tidak menunjukkan nama-nama yang tertera di situ. Apalagi sampai upload foto yang menunjukkan nama. Ini masalah privasi keluarga dari yang dikuburkan di situ. Sebaiknya foto penanda kuburan dari belakang saja, dan bukan hanya untuk selfie gaya-gayaan.

Ereveld menjadi pengingat generasi masa kini bahwa perang selalu menimbulkan korban. Semua yang terbaring di sini adalah korban. Seluruh monumen perang, apaun bentuknya, baik gedung, obelisk, menara, ataupun pemakaman, mengingatkan manusia bahwa perang selalu memakan korban dari berbagai pihak.

0 Komentar:

Posting Komentar