12 Oktober 2014

Pemandangan di perjalanan dari Hue ke Hoi An.

Berangkat dari Hue

Setelah dua hari bersantai-santai di Hue, kami melanjutkan petualangan kami ke Hoi An. Berdasarkan hasil browsing, kami memutuskan untuk menyewa mobil untuk perjalanan kami. Tentu saja tujuannya supaya kami bisa lebih santai dalam mendatangi tempat-tempat wisata di perjalanan. Kami berangkat dari hotel di Hue jam 10:30. Karena jarak antara Hue dan Hoi An tidak terlalu jauh (mungkin sama dengan jarak Jakarta – Bandung), kami tidak merasa perlu berangkat pagi-pagi. Di antara Hue dan Hoi An, kami akan melewati satu kota, yaitu Da Nang. Di sepanjang perjalanan, kami melewati beberapa tempat yang menarik.

Lang Co Beach

Kami tidak berhenti di Lang Co Beach. Lebih tepatnya, kami hanya berhenti di lereng bukit dimana kami dapat memfoto keindahan Lang Co Beach.
Lang Co Beach dari kejauhan.
Lang Co Beach terletak tepat sebelum Van Hai Pass. Jadi, posisinya adalah tepat di batas pegunungan Truong Son. Lang Co Beach adalah pantai dengan pasir putih, yang sebenarnya terletak di sebuah peninsula dengan jembatan/jalan tol sebagai penghubung dengan daratan utama. Pulau resort ini banyak dikunjungi turis asing yang berminat untuk bersantai-santai di tepi pantai.

Hai Van Pass

Sebelum kami berangkat dari Hue, kami ditanya, apakah kami hendak menuju ke Da Nang melewati Hai Van Pass, atau melewati Hai Van Tunnel. Kalau lewat Hai Van Pass, kami bisa melihat-lihat pemandangan di pegunungan Truong Son sebelum masuk ke kota Da Nang. Kalau lewat Hai Van Tunnel, kami akan melewati terowongan terpanjang di Asia Tenggara, dan akan menghemat waktu perjalanan 30 menit. Karena kami lebih memilih pemandangan daripada kecepatan, maka kami memilih untuk melewati Hai Van Pass.
Di kejauhan terlihat kota Da Nang dengan pantai putihnya.
Hai Van Pass sebenarnya seperti Puncak Pass. Dulunya Hai Van Pass adalah satu-satunya jalan yang menghubungkan Hue dan Da Nang melewati pegunungan Truong Son. Jalan ini berada di lereng pegunungan, dimana di sebelah kanan ada tebing yang menjulang, dan di kiri ada jurang yang langsung menuju ke laut – pantai yang sangat curam. Pemandangan sepanjang perjalanan bagus banget.
Di puncak salah satu bukit, mobil bisa berhenti dan menikmati pemandangan. Dari sini, kota Da Nang terlihat di kejauhan. Daerah puncak ini dulunya adalah tempat strategis yang menjadi perbatasan antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Dari jaman kekaisaran, sampai masa serangan Amerika Serikat, tempat ini sering menjadi rebutan. Sebagai saksinya, di puncak ini ada sisa-sisa bunker tentara Amerika yang sudah hancur.

Kota Da Nang

Kami hanya lewat saja di kota ini. Secara umum, kalau menurut saya, kota Da Nang rapi, bersih, dan sepi. Jalannya luas dan banyak gedung-gedung, tapi kendaraan yang lalu lalang di jalanan tidak terlalu banyak. Padahal kami lewat di situ sekitar jam 13:00. Kota Solo atau Malang saja jauh lebih ramai. Kota Da Nang terkenal sebagai kota jembatan. Karena kota ini adalah kota pelabuhan, yang dibelah oleh sungai besar, memang di sini ada banyak jembatan yang menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Jembatan yang terkenal di sini antara lain adalah Dragon Bridge, Tran Thi Ly Bridge, dan Han River Bridge.
Han River Bridge.
Kebetulan, kami berkesempatan untuk melewati Han River Bridge, dan melihat dari jauh Dragon Bridge serta Tran Thi Ly Bridge. Han River Bridge adalah jembatan dengan model suspension, alias menggantung pada tali besi. Di dini hari, jembatan ini akan berputar untuk memberi jalan kapal-kapal yang akan melewati sungai. Kalau lihat di youtube, Han River Bridge di malam hari indah dengan lampu-lampu yang berwarna-warni. Sayangnya, kami tidak berkesempatan untuk menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

My Khe Beach

Kota Danang terletak di tepi pantai. Pantai di sepanjang kota Da Nang berpasir putih, dengan laut biru tua. Pokoknya pemandangannya bagus banget seperti di kartu pos-kartu pos. Banyak bagian dari pantai-pantai itu sedang dibangun untuk menjadi private beach untuk hotel-hotel mewah. Dari daerah umum yang tersisa, salah satu pantai yang menjadi tempat favorit wisatawan adalah My Khe Beach. Hari itu, kami makan siang di salah satu seafood restaurant di situ.
Tak lupa foto-foto di My Khe Beach!
Kalau soal seafood, tidak udah dibahas di sini yah. Yang jelas udang dan ikannya enak dan segar. Air di sini bersih dan sedikit polusi. Jadi hasil lautnya segar. Kami makan steamboat beramai-ramai. Oh ya, sebenarnya kami makan ke sini karena terpaksa. Si sopir memaksa untuk berhenti di sini; ya sudah – daripada repot-repot, makanlah kami di sini. Padahal, harganya mahal ... kami habis sekitar 500.000 Dong berempat. Itu sudah pilihan yang paling murah loh, yah.
My Khe Beach ini sering dijuluki oleh orang Amerika sebagai China Beach, dan merupakan tempat hiburan tentara pada saat masa serangan tentara Amerika di tahun 60-an. Memang, daerah ini indah karena lautnya tenang dan pasir putihnya halus banget! Pantai ini dilindungi oleh peninsula Son Tra sehingga ombaknya tidak terlalu tinggi, dan anginnya tidak terlalu kencang.
Lady Buddha dari kejauhan.
Sambil duduk-duduk di pantai, kami bisa melihat patung Lady Buddha di peninsula Son Tra di kejauhan. Patung setinggi 67 meter yang juga disebut sebagai Bodhisattva of Mercy atau Dewi Kwan Im ini terletak di kompleks pagoda Linh Ung. Sayang kami tidak ada waktu untuk mengunjunginya lebih dekat.
Di pantai My Khe sepanjang 900 meter ini, ada banyak hotel dan tempat-tempat hiburan yang biasa dikunjungi turis. Tapi orang Vietnam dan turis bule, sukanya jalan-jalan di sore atau pagi hari, karena tidak tahan sinar matahari. Jadi, saat kami jalan-jalan di My Khe Beach sekitar jam 14:00, hampir-hampir kami tidak bertemu dengan orang lain. Serasa pantai milik sendiri!

Marble Mountains

Keluar dari Da Nang ke arah selatan, kami dibawa ke Marble Mountains. Marble Mountains adalah tempat wisata wajib bagi turis yang melakukan perjalanan dari Da Nang ke Hoi An ataupun sebaliknya. Nama Marble Mountains sebenarnya merupakan istilah orang asing untuk kompleks perbukitan kapur di daerah Ngu Hanh Son. Orang lokal kadang-kadang tidak tahu istilah Marble Mountain.
Patung-patung hasil kerajinan industri lokal.
Daerah Ngu Hanh Son terkenal sebagai pusat kerajinan patung marmer. Di pinggir jalan, berderet-deret toko dan kios patung marmer. Harganya, ya harga patung marmer, dalam rupiah bisa sampai jutaan tergantung ukuran. Tapi kalau dibandingkan dengan harga patung marmer di Indonesia, sebenarnya harga di sini masih lebih murah.
Titik utama wisata di Marble Mountains adalah sebuah bukit kapur yang menjadi tempat pemujaan Buddha. Bukit ini disebut sebagai gunung air, atau Thuy Son. Di atas bukit ini, ada beberapa kuli yang dipahat di dinding bukit dan juga patung-patung Budha serta dewa-dewa lain yang diukir sangat detil. (PS: Walau bahasa Inggrisnya “mountain”, saya tetap menyebutnya bukit karena memang ukurannya masih kategori bukit. Kalau disebut gunung, ntar dikira sebesar gunung Galunggung. Hehehe ... )
Pemandangan Marble Mountains, difoto dari bukit Thuy Son.
Untuk naik ke atas bukit, tidak perlu capek-capek mendaki. Cukup naik lift untuk langsung tiba di puncak bukit. Di atas bukit Thuy Son, ada banyak pagoda dan gua-gua. Pagoda yang pertama dijumpai adalah pagoda yang bisa terlihat dari pinggir jalan raya, yaitu Xa Loi Tower. Pagoda lain tersebar di beberapa tempat di pucuk bukit ini. Selain pagoda, bukit marmer ini juga memiliki banyak gua-gua kapur. Gua-gua itu diukir menjadi kuil untuk tempat sembahyang masyarakat sekitar. Di dalam kuil-kuil ini diukir patung-patung Budha berukuran besar. Gua yang terbesar adalah Huyen Khong Cave, dimana disitu ada patung Budha besar yang dipahat di tembok gua.
Walau naik bukit bisa pakai lift, turunnya tidak bisa pakai lift. Pengunjung diminta turun menggunakan tangga batu di sisi bukit. Jalannya lumayan juga, bisa bikin betis berotot. Tapi saat kami berkunjung ke sana, salah seorang teman yang agak sakit tidak ikut berputar-putar mengunjungi gua-gua; dia hanya duduk-duduk menikmati pemandangan pantai dan kota Da Nang di dekat Xa Loi Tower, lalu turun ke bawah pakai lift. Entah gimana ceritanya dia bisa dibolehkan turun naik lift. Kalau saya dan beberapa teman lainnya, turun tangga batu sambil foto-foto narsis. Hahaha!
Patung Budha raksasa yang diukir di dinding Huyen Khong Cave.
Tiket untuk masuk ke bukit Thuy Son harganya 15.000 Dong. Harga tiket untuk naik lift ke puncak bukit juga 15.000 Dong.

Tiba di Hoi An

Kami tiba di Hoi An sekitar jam 16:30. Masih sore. Jadi kami masih bisa santai-santai di kamar dan istirahat, sebelum jalan-jalan sampai larut malam di sekitaran kota tua Hoi An. Seperti apa Hoi An? Tunggu saja di artikel berikutnya!
(Bersambung)

0 Komentar:

Posting Komentar