8 September 2015

Nah ... ini informasi tambahan tentang Boracay. Kalau memang berminat untuk berkunjung, pastikan Anda sudah browsing tentang Boracay. Bukan hanya tentang harga-harga yah, namun juga cuaca.

Transportasi ke Boracay

Boracay adalah sebuah pulau kecil di ujung Pulau Panay. Pulau Boracay tidak memiliki bandara, jadi turis yang akan datang harus naik pesawat yang mendarat di Pulau Panay dan kemudian menyeberang selat kecil dengan menggunakan perahu. Pelabuhan di Boracay juga tidak bisa menerima kapal besar karena pantainya landai dan dangkal. Jadi, hanya kapal penumpang kecil saja yang bisa mendaratkan penumpangnya di Pulau Boracay.
Kami berangkat naik Tiger Air (yang murah!) dari Jakarta tujuan Manila, dengan transit di Singapura. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan pesawat Cebu menuju ke bandara Caticlan (Godofredo P. Ramos Airport). Seperti biasa, jadwal Cebu molor. Seharusnya kami berangkat dari Manila jam 12:05; akan tetapi keberangkatan tertunda menjadi sekitar jam 3 sore! Yah, apa boleh buat, kesempatan untuk menikmati pantai di Boracay menjadi tertunda. Kami tiba di bandara Caticlan sekitar jam 16:50.
Port Tabon di Pulau Panay.
Bandara Caticlan adalah bandara kecil yang hanya bisa menampung pesawat ukuran kecil. Hanya penerbangan lokal yang menuju kemari. Untuk pesawat yang lebih besar, biasanya mendarat di Bandara Kalibo. Bandara Kalibo lebih jauh daripada Bandara Caticlan. Kalau naik mobil dari pelabuhan, waktu untuk ke Bandara Kalibo masih harus tambah sekitar 2 jam.
Sebelumnya, kami sudah browsing mencari moda transportasi yang dapat mengantar kami ke pelabuhan (Port Tabon). Tadinya pilihan jatuh pada tricycle yang kabarnya biayanya 150 peso per kendaraan. Tapi begitu keluar bandara ... kami tidak menemukan tricycle lepasan. Tricycle yang ada sudah dipesan oleh calo travel. Yah, setelah dikerubungi oleh calo-calo yang menawarkan antaran langsung menuju hotel, kami akhirnya membayar 400 Peso per orang untuk pengantaran sampai hotel di Boracay. Mahal! Tapi kami tidak naik tricycle – biaya semahal itu ternyata mencakup biaya carter mobil menuju pelabuhan, biaya naik kapal menuju Pulau Boracay, dan biaya mobil di Boracay yang menjemput kami dan mengantar sampai di depan pintu hotel. Ya sudah lah ...
Nah, pas pulangnya, barulah kami mendapatkan cara transportasi bandara – hotel ala backpacking:
  • Bandara Caticlan – Tabon Port (pelabuhan Caticlan) : 90 Peso per orang, naik tricycle. (Untuk turis, satu tricycle hanya mau mengangkut dua orang, meskipun sebenarnya bisa untuk 6 orang.) Kalau mau jalan kaki, dekat juga. Nggak sampai setengah jam jalan kaki juga sampai.
  • Port Tabon (Panay) – Tambisaan Port (Boracay) : 125 Peso per orang,  untuk harga tiket kapal dan pajak lingkungan. Kalau perlu porter untuk membawakan tas, biayanya 20 Peso per barang yang dibawakan.
  • Tambisaan Port – hotel : 125 Peso per tricycle (sewa privat), untuk sekali jalan dengan tujuan hotel manapun. Bisa saja naik tricycle yang sedang “narik” untuk umum dengan membayar 10 Peso sekali jalan, tapi biasanya pengemudi tricycle langsung menawarkan sewa privat kalau yang menghentikan turis.

Tricycle yang bisa mengantar sampai ke pelabuhan.
Karena kami berkunjung di low season, di musim badai, maka kami masuk ke Pulau Boracay melalui Tambisaan Port. Kalau di peak season seperti akhir tahun, dimana cuacanya ramah dan tidak berangin, maka turis akan turun kapal di Cagban Jetty Port.


Penginapan di Boracay

Kami menginap di WaterColours Boracay Dive Resort, di Station 1. Sesuai namanya, hotel ini menyediakan jasa wisata diving dan bantuan untuk mendapatkan lisensi diving. Hanya saja, karena kami tidak bisa dan tidak berminat diving, maka kami memang hanya menginap saja di sini. Pilihan kami tidak salah, karena hotel ini langsung menghadap ke pantai. Jadi, kalau mau jalan-jalan di White Beach, kami bisa langsung keluar kamar hanya mengenakan busana pantai. Sandal kami taruh saja di dekat resepsionis. Tinggal sekali melangkah keluar area hotel, telapak kaki sudah langsung merasakan lembutnya pasir pantai Boracay.
Teras di atap hotel.
Hotel ini termasuk hotel yang banyak dipuji di website-website wisata. Tidak salah sih, soalnya pelayanannya baik dan stafnya ramah-ramah. Di saat kami datang, kami mendapatkan welcome drink dan waslap air hangat untuk membersihkan muka. Pilihan welcome drink-nya minuman beralkohol semua yah. Waktu pertama masuk kamar, kami sempat kaget melihat welcome fruit berupa mangga dan pisang. Kamarnya sih tidak mewah, tetapi bersih dan menyediakan banyak colokan listrik. Lumayan juga. Oh ya, kami booking melalui Agoda.com, harga per kamarnya sekitar 1,3 juta rupiah per malam.


Transportasi selama di Boracay

Satu hal yang perlu diingat: Pulau Boracay itu kecil. Menurut Wikipedia, luasnya hanya 10,32 km². Kalau waktunya banyak, sebenarnya wisatawan bisa jalan kaki kemana-mana. White Beach panjangnya 4 km, jadi kalau menginap di Station 1 dan berminat untuk makan seafood di Station 3, sebenarnya cukup jalan kaki selama setengah jam di sepanjang pantai. Bahkan, jarak antara bibir pantai White Beach di Station 2 dan pantai Bulabog (posisinya di balik pulau) hanya sekitar 1 km.
Tricycle yang mirip bemo tapi muat empat penumpang.
Nah, kalau waktunya pas-pasan (seperti kami) atau malas jalan, bisa sewa tricycle. Trycicle mengantarkan turis di sepanjang White Beach (Station 1, Station 2, dan Station 3) dengan harga 60 Peso sekali jalan. Kalau keluar daerah itu (misalnya ke Pantai Bulabog, atau ke Pantai Ilig-Iligan) lebih mahal. Harganya sekitar 80 Peso hingga 200 Peso untuk sekali jalan, tergantung jarak. Kalau naik tricycle yang sedang “narik” untuk umum, penumpang membayar 10 Peso untuk sekali naik. Oh ya, untuk sewa tricycle, tidak perlu khawatir ditipu. Sejauh pengalaman kami, harga yang disebutkan staf hotel dan harga yang ditawarkan oleh pengemudi tricycle untuk tujuan yang sama, selalu sama. Nampaknya sudah ada patokan harga yang standar di sini.
Tempat wisata tidak hanya bisa dicapai dengan jalan darat, namun juga bisa melalui laut. Island hopping adalah salah satu kegiatan yang patut dilakukan di Boracay. Island hopping menggunakan kapal kecil yang mengantar kita ke sekitar 3 atau 4 pantai/tujuan wisata, tergantung perjanjian sebelumnya. Sewa kapal kecil harganya 2300 Peso untuk 3 jam pertama, dan untuk setiap tambahan jam dikenai 500 Peso. Satu kapal bisa muat 6 orang. Kalau ikutan tour yang ditawarkan di pinggir-pinggir jalan, bisa dapat tur yang harganya antara 700 – 900 Peso per orang, tapi jadwal dan tujuannya tergantung operator turnya, plus pesertanya rame-rame.


Tinggal di Boracay

Orang Boracay, seperti umumnya orang daerah Visayas, berkulit gelap dan mirip dengan orang Indonesia. Saya sendiri sering kali dikira orang lokal. Orang Boracay umumnya ramah dan sangat membantu turis, hampir sama dengan kondisi di Pulau Bali. Jadi, tidak perlu khawatir kalau berminat untuk wisata di sana.
Fire dance di Boracay. Salah satu atraksi populer di malam hari.
Boracay adalah pulau yang di-“format” untuk menjadi destinasi wisata. Oleh sebab itu, umumnya harga-harga di sini agak menguras kantong. Selain itu, kehidupan malam di pulau ini sangat hidup, bahkan di musim hujan sekalipun. Bar dan rumah makan di tepi pantai berlomba-lomba menyajikan hiburan yang menarik. Untuk belanja, kaum backpacker akan membeli di toserba yang ada di area D’Mall (sayang saya lupa namanya). Kantor pos ada di Station 1, di dekat sebuah gereja.
Money changer ada di beberapa tempat, namun rate tukar uang di sini lebih merugikan dibandingkan di Manila. Ada bank dan ATM di sekitaran D’Mall. Untuk amannya, selalu bawa uang cash yang cukup banyak. Soalnya, banyak warung makan, terutama yang di luar White Beach, tidak mengenal metode bayar dengan gesek kartu kredit/debit. Dengan pengecualian White Beach, pantai-pantai di Boracay tidak mengenal ATM dan mesin EDC. Katanya, orang-orang di sini terima pembayaran dengan USD, tetapi biasanya harga barangnya jadi lebih mahal. (Yang ini saya tidak pernah mencoba.)


Cuaca di Boracay

Cuaca di Boracay sangat dipengaruhi oleh laut. Kami sendiri, waktu menentukan tujuan wisata kami ke Boracay, sama sekali tidak mencari tahu tentang cuaca di Filipina. Akibatnya, waktu mau berangkat sempat panik karena mendadak di internet muncul berita taifun di Filipina. Boracay sendiri juga cuacanya cenderung tidak baik di bulan Juli dan Agustus, karena sering hujan dan berawan tebal. Kami cukup beruntung, karena waktu kami di sana tidak ada hujan sama sekali.
Kain tipis yang dipasang di sepanjang pantai: mengganggu pemandangan?
Untungnya datang di Boracay di bulan Juni sampai Agustus adalah, harga-harga sedikit lebih murah karena sedang low season. Nggak enaknya? Ombaknya tinggi. Air pasang di siang hari bisa sampai ke depan hotel. Tidak ada foto sunset, karena matahari langsung sembunyi di balik awan tebal begitu menjelang petang. Arus lautnya kencang, jadi agak menyulitkan untuk snorkeling dan diving. Angin bertiup kencang siang dan malam, sehingga semua hotel dan rumah makan memasang kain tipis untuk mencegah pasir masuk ke dalam bangunan. Pemandangan pantai agak terganggu dengan adanya kain-kain itu.
Oh ya, karena posisi Filipina tepat di pinggir samudra Pasifik, maka negara ini sering dilewati taifun. Jadi, jangan lupa cek ke http://www.boracayweatherstation.com/ sebelum jalan-jalan ke Boracay.

(Selesai.)

0 Komentar:

Posting Komentar