18 September 2015

Di bulan Juli lalu, selain jalan-jalan di Pulau Boracay, kami juga menyempatkan diri untuk mampir di Manila. Karena hanya sehari di sini, tidak banyak yang kami kunjungi. Tapi paling tidak, kami sempat mendatangi beberapa tempat ini:

Rizal Park

Rizal Monument, di Rizal Park.
Sering kali disebut juga sebagai Luneta National Park, Rizal Park adalah salah satu tempat bersejarah di Filipina. Di sinilah tempat Dr. Jose Rizal, seorang pahlawan nasional Filipina, ditembak mati. Kami datang ke taman ini di Sabtu sore, dan kami menyaksikan sendiri betapa populernya taman ini di kalangan masyarakat Manila. Ramai banget! Bahkan, kami juga mendengar turis lokal (dari luar Manila) yang bersemangat untuk foto-foto di sekitar Rizal Monument. Di seluruh penjuru taman, kami melihat keluarga-keluarga, pasangan-pasangan, dan gerombolan remaja duduk-duduk ataupun jalan-jalan.
Kami datang ke taman ini menjelang jam 6 sore. Jadinya, kami tidak dapat mengunjungi taman-taman tematik ataupun diorama penembakan Dr. Jose Rizal karena sudah tutup. Ya sudah, kamipun memutuskan untuk mengelilingi bagian utama dari taman tersebut. Kami menghabiskan waktu sekitar 45 menit untuk berjalan santai sekaligus foto-foto mengelilingi Rizal Park ini. Rizal Park dibelah oleh Abenida Maria Orosa Street yang lumayan ramai.
Patung Sentinel of Freedom.
Bagian yang menonjol dari Rizal Park adalah Rizal Monument, kolam dengan air mancur dan jajaran patung pahlawan nasional Filipina, patung Sentinel of Freedom yang merupakan hadiah dari pemerintah Korea, dan Relief Map of the Philippines yang berupa kolam dengan pahatan pulau-pulau Filipina di tengahnya. Selain itu ada juga diorama penembakan Dr. Jose Risal, Chinese Garden dan Japanese Garden (ketiganya sudah tutup saat kami datang) serta Auditorium (dimana saat kami datang sedang ada pertunjukkan lokal).
Batas sebelah barat Rizal Park adalah Roxas Boulevard, yang merupakan salah satu jalan utama di Manila. Rizal Monument didirikan persis di tepi Roxas Boulevard, dan menghadap ke laut (ke barat). Di seberang jalan, satu garis lurus dari Rizal Monument, ada tugu Kilometer Zero dan Centennial Clock. Kilometer Zero adalah titik 0 dari seluruh pengukuran jarak di Filipina, sementara Centennial Clock adalah penghargaan pemerintah Filipina bagi para pahlawannya.

Intramuros

Intramuros: kota dibalik tembok.
Intramuros adalah kota tuanya Manila. Kota tua ini nuansanya Spanyol sekali. Daerah ini dikelilingi oleh tembok batu dan di dalamnya ada banyak bangunan-bangunan tua dengan gaya Spanyol. Banyak bangunan tua di sini sekarang dijadikan bangunan sekolahan. Selain itu, di sini ada beberapa bangunan pemerintahan seperti kantor Kementerian Ketenagakerjaan dan Kantor Keuangan Negara (Treasury).
Karena keterbatasan waktu, kami hanya mengunjungi beberapa tempat saja, yaitu Fort Santiago, Katedral Manila, dan Gereja San Agustin. Gereja San Agustin adalah bangunan tertua yang masih berdiri di Manila. Diantara ketiga tempat wisata ini, hanya Fort Santiago yang memberlakukan tiket masuk. Harganya 75 Peso per orang.
Sebagai turis yang mepet waktu dan malas jalan, kami menyewa kereta kuda untuk mengelilingi Intramuros. Menyewanya di dalam area Fort Santiago, jadi harganya sudah jelas terpampang di papan kayu di dekat loket tiket masuk. Harganya 500 Peso per orang. Oh ya, kami juga dapat tour guide. Tips untuk tour guide diluar harga di atas; tapi jangan khawatir, diberi 100 Peso juga sudah cukup. Total waktu sewa kereta kuda dan jasa tour guide, termasuk diantar keliling Fort Santiago dan mampir ke gereja-gereja untuk foto-foto, adalah 1,5 jam. Untung tour guide kami kocak dan sangat detil dalam menjelaskan seluruh bagian dari intramuros dan prosesi martir Dr. Jose Rizal, jadi kami cukup terhibur selama perjalanan.
Mejeng dulu di depan Fort Santiago.
Oh ya, kalau mau beli oleh-oleh, di halaman depan Fort Santiago (dekat pintu keluar) ada penjual suvenir. Tapi kalau mencari yang lengkap, di seberang Fort Santiago ada toko penjual suvenir yang lumayan lengkap, yaitu E.C. Mananzan Handicrafts. (Alamat lengkapnya di No. 8 Gen. Luna St., cor. Sta. Clara St., Bgy. 656 Zone 069, Intramuros, Manila.) Di sini ada macam-macam suvenir, dari yang murah meriah seperti gantungan kunci, sampai yang harganya wow banget macam lukisan dan patung-patung kayu.

Mall of Asia

Mall of Asia disebut-sebut sebagai mall terbesar se-Asia Tenggara. Mungkin juga sih. Mall ini terdiri dari empat gedung, dan masing-masing terdiri dari dua lantai. Kalau menurut saya pribadi, polanya hampir sama dengan Mall Kelapa Gading (MKG1, MKG2, MKG3, dan La Piazza dalam satu kompleks).
Tempat ini cukup terkenal di kalangan turis karena ada supermarket komplit, berbagai macam toko untuk segala jenis barang, bioskop, dan juga dokter dan layanan lainnya. Katanya sih ada penjual suvenir murah di sini. Tapi, setelah jalan kaki mengelilingi mall ini selama setengah jam lebih, saya pasrah karena tidak berhasil menemukannya.

Mabini Street, Ermita

Tempat kami menginap.
Kami menginap di Hotel Vieve di Mabini Street, Ermita, karena harganya masuk akal dan jaraknya lumayan dekat dengan Rizal Park dan Intramuros. Selain itu, cari makan gampang karena dekat dengan Robinsons Place, yang tampilannya mirip Mal Blok M. Yang kami tidak tahu adalah ... Mabini Street merupakan daerah red light district di Manila! Jadi, kebayang dong kagetnya kami pas pulang jalan-jalan dari Rizal Park, ketika kami menemukan deretan mbak-mbak dengan rok mini yang duduk manis di sepanjang jalan dengan selingan om-om genit dan preman bertato. Sayangnya, berhubung kami semua sudah capek, tidak ada satupun di antara kami yang berminat jalan-jalan untuk lihat-lihat bar dan mbak-mbak itu. Semuanya tidur pulas di kamar masing-masing!

0 Komentar:

Posting Komentar