10 Desember 2016

Saya bukan tipe traveller yang hobi belanja. Dan pada dasarnya saya juga nggak punya duit buat belanja. Tapi pas di Tokyo kemarin, rencana saya memang mengunjungi area di Tokyo yang namanya banyak dikenal orang di Indonesia – dan tempat-tempat yang banyak dikenal orang itu, kalau bukan landmark ya tempat belanja. Tempat-tempat bertema khusus biasanya hanya dikenal oleh orang-orang tertentu yang memang suka, misalnya Gundam Cafe untuk penggenar Gundam dan Ghibli Museum untuk penggemar film-film besutan Hayao Miyazaki. Kalau tempat belanja, biasanya sudah menjadi tujuan wisata umum. Jadi, jangan heran saya muter-muter di sekitaran tempat belanja hanya karena tempat itu terkenal.
Oh ya, karena saya datang di tengah-tengah musim panas dan ada yang pas akhir pekan, jadi saya datang tepat di mana pusat-pusat belanja ini padat dipenuhi lautan manusia. Apalagi, saya datang di sekitaran libur lebaran di Indonesia – sering banget ketemu turis dari Indonesia. Sepertinya, di setiap langkah saya selalu mendengar orang berbicara dalam bahasa Indonesia. Nah, ini dia tempat-tempat belanja yang saya kunjungi di bulan Juli 2016 ini.

Harajuku

Tempat yang dikenal sebagai tempat kumpul-kumpul remaja ini memang selalu ramai di akhir pekan. Waktu saya datang, selain dilewati orang-orang yang mau menonton konsernya Ayumi Hamasaki di Yoyogi Stadium, Harajuku juga dipenuhi oleh remaja Jepang yang mau ngopi-ngopi cantik dan turis mancanegara. Saya datang ke sini karena letaknya sangat dekat dengan Meiji Jingu yang memang menjadi tujuan wisata saya.
Takeshita Street pas weekend.
Tempat paling ramai di Harajuku adalah Takeshita Street (Takeshita Dori). Jalan yang lebih cocok disebut gang senggol ini letaknya cukup dekat dengan Harajuku JR Station, jadi cukup strategis. Buat yang mau cari cemilan lucu-lucu dan baju-baju ngetren, boleh coba belanja di Takeshita Street ini. Di sepanjang jalan, penjual pernak-pernik dan kaos-kaos warna-warni berjajar menjajakan dagangan mereka. Yang beli? Jangan tanya – banyak orang Indonesia yang terdengar sedang memilih-milih baju. Buat yang mau cari oleh-oleh murah meriah, bisa mampir ke Daiso di Takeshita Street ini untuk memborong barang-barang unik seharga seratusan yen per buah. Oh ya, untuk yang suka barang-barang boyband asal Johnny’s Enternainment, di salah satu gang dekat Takeshita Street ini ada outlet barang-barang resminya.
Buat yang pengin nongkrong dan merasakan kehidupan remaja Tokyo, bisa memilih duduk manis di salah satu dari kafe-kafe di sekitaran Takeshita Street ini. Selain kafe yang menjual makanan standar seperti crepes atau takoyaki, di sekitaran sini juga ada kafe yang menjual makanan manca negara, misalnya kafe yang menjual makanan khas Brazil. Karena target marketnya adalah remaja, maka harga-harga di sini cukup masuk akal dibandingkan dengan tempat perbelanjaan lain.
Jalan kaki di Omotesando Avenue.
Dekat dengan Takeshita Street, ada Omotesando Avenue. Omotesando Avenue adalah jalan yang berada persis di seberangnya Yoyogi Park. Nah, kalau Takeshita Street bentuknya macam gang senggol, Omotesando Avenue bentuknya adalah jalan raya yang dimana gedung-gedung bertingkat berjajar. Dan kalau Takeshita Street dipenuhi barang-barang lucu murah meriah, Omotesando Avenue dipenuhi etasale elit yang menjual barang-barang kelas atas.
Kalau minatnya adalah belanja barang-barang merek ternama dan berkualitas, maka silakan jalan-jalan di Omotesando Avenue dan di Omotesando Hills, sambil lihat-lihat, siapa tahu ada barang keren yang bisa dibawa pulang.

Shibuya

Kalau kita jalan kaki dari Yoyogi Park menelusuri Omotesando Avenue, kita akan tiba di perempatan Omotesando, persis sebelum Omotesando Hills yang merupakan daerah pertokoan elit. Nah, kalau di perempatan ini kita belok kanan dan jalan lurus sekitar 15 menit, maka kita akan tiba di daerah pertokoan Shibuya. Habis lihat McDonald, tinggal belok ke kanan dan jalan sedikit, dan kita akan tiba di Shibuya Crossing yang terkenal itu.
Shibuya Crossing.
Di salah satu sudut Shibuya Crossing ini ada patung anjing Hachiko yang merupakan lambang kesetiaan. Kalau jalan-jalan ke Tokyo, sangat disarankan untuk menyeberang di Shibuya Crossing ini, karena tempat ini sangat sering muncul di film-film Hollywood yang berlatar belakang Tokyo modern. Daerah di sekitaran Shibuya Crossing ini dipenuhi dengan toko-toko yang menjual berbagai barang, mulai dari DVD, buku, manga (komik), kosmestik, sampai pakaian dengan harga yang bervariasi. Tempat paling beken bagi turis di sini adalah Starbucks di Tsutaya Building dimana orang bisa minum kopi sambil melihat keramaian di Shibuya Crossing.
Oh ya, buat yang ingin berbelanja barang-barang kelas menengah di Tokyo, bolehlah mampir di Shibuya dan membeli barang-barang yang menarik hati. Tempat perbelanjaan seperti Loft, Seibu, dan Tokyu siap menerima pengunjung yang berminat berbelanja.
Shibuya Crossing ini sangat dekat dengan Shibuya Station, yang merupakan stasiun kereta JR sekaligus Metro.

Roppongi

Nah ... buat yang mau tahu mall di Jepang itu seperti apa, cobalah mampir ke Roppongi Hills. Letaknya di Roppongi, salah satu daerah elit di Tokyo dimana banyak ekspat dan artis berkeliaran. Daerah Roppongi sendiri terkenal dengan kehidupan malam yang suasananya lebih “bule” dibandingkan klub malam di daerah lain. Harga-harga rumah makan dan kafe di sana juga lebih “elit”, jadi kalau minatnya backpackeran, cukup jalan-jalan sambil foto-foto saja.
Mori Tower di Roppongi Hills.
Saya datang ke Roppongi ini buat melihat dari dekat Mori Tower, yang merupakan salah satu gedung tertinggi di Tokyo. Iseng sih, ini hanya gara-gara Mori Tower bisa kelihatan jelas dari Tokyo Tower, dan dari peta jaraknya tidak terlalu jauh. (Waktu itu saya sebenarnya hanya berminat ke Tokyo Tower saja.) Jalan kaki dari Tokyo Tower ke Roppongi Hills sekitar setengah jam. Nggak pakai nyasar, karena saya pakai GoogleMaps.
Berhubung saya sampai di Roppongi Hills jam makan siang, saya sempat browsing-browsing mencari tempat makan murah ... dan itu susah banget. Sepanjang jalan di sekitaran Roppongi juga yang terlihat kafe mahal. Untung di Roppongi Hills ada McDonald segede gaban. Jadi saya memilih makan siang di McDonald, bersama dengan pegawai kantoran sekitar dan keluarga ekspat yang mungkin apartemennya di sekitaran situ. Lumayan, makan siang di Roppongi Hills cuma mengeluarkan 790 yen. Mungkin kalau suatu hari saya jalan ke Tokyo bukan sebagai backpacker tapi sebagai turis mewah ala Shahrini, saya bakalan makan siang di salah satu restoran di dalam Roppongi Hills dan mengeluarkan sekitar 7000 yen sekali makan.
Oh ya, di sekitaran Roppongi Hills terdapat studio Mori Art Museum, studio TV Asahi, dan juga Mori Garden yang sebetulnya adalah “halaman”-nya TV Asahi.

Yanaka Ginza

Yanaka Ginza adalah tempat belanja yang suasananya mirip dengan Tokyo jaman dulu. Kontras dengan Roppongi Hills yang berupa gedung pencakar langit nan modern, Yanaka Ginza adalah jalan tempat pedagang berjualan makanan dan pernak-pernik lucu dengan tatanan tradisional. Jalan di sini serasa jalan di tengah pasar di film Samurai X.
Yanaka Ginza.
Yanaka Ginza letaknya dekat dengan Nippori Station ataupun Sendagi Station. Jalan kaki cukup sekitar 10 menit. Yanaka Ginza bentuknya juga mirip gang senggol, seperti Takeshita Dori, Harajuku. Bedanya, kalau Takeshita Dori nuansanya kekinian, kalau Yanaka Ginza suasananya tempo doeloe.
Buat yang ingin makan makanan murah, boleh berpuas diri di Yanaka Ginza. Di sini banyak pedagang makanan tradisional dengan harga yang masuk akal. Ada penjual sate khas Jepang (yakitori) bermacam-macam bentuk yang terkenal banget seantero Tokyo karena ... harganya murah! Satu tusuk yakitori harganya 50 yen atau 75 yen. Adik saya sampai beli dibawa pulang untuk lauk di rumah (tinggal masak nasi). Selain itu, di sini juga dijual banyak pernak-pernik berbentuk kucing – termasuk kue yang bentuknya kucing. Ada juga penjual barang-barang khas Jepang, es krim, dan makanan tradisional. Oh ya, di sini ada penjual nasi bungkus yang laris karena harganya lumayan murah – letaknya di ujung jalan. Tempat ini adalah surganya backpacker, dan sayang kalau nggak mampir ke sini.
Penjual yakitori murah yang enak banget!
Daerah di sekitar Yanaka Ginza suasananya old town banget. Jadi, nggak rugi untuk mondar-mandir di perkampungan di sekitaran sini. Di beberapa tempat jalannya kecil banget dan belok-belok khas kampung. Kalau mata jeli, bisa melihat rumah-rumah yang bentuknya jaman dulu banget. Tapi hati-hati kalau mau foto-foto di sini ya, karena banyak penduduk yang tidak suka dengan turisme yang dianggap bisa mengganggu privasi dan ketenangan hidup. Jadi, kalau mau foto, mendingan foto jalannya saja. Oh ya, di sekitaran sini ada banyak banget kafe yang lucu-lucu. Mungkin karena letaknya relatif dekat dengan kampus, jadi pas banget untuk tempat nongkrong mahasiswa. Dari Yanaka Ginza, saya jalan kaki 30 menit ke kampus Hongo – University of Tokyo, dan di sepanjang jalan saya menemukan beberapa mahasiswa yang nongkrong di kafe-kafe ini.

Oh ya, di tahun 2013, saya sempat jalan ke beberapa tempat belanja yang cukup populer juga. Ini dia catatan singkatnya:

Asakusa

Asakusa sebenarnya adalah kompleks kuil Buddha yang dikenal dengan nama Sensou-Ji atau Asakusa Kannon Temple. Kuil ini adalah kuil tertua di Tokyo yang masih berdiri. Nah, di kompleks Asakusa ini, terdapat satu jalan yang memang dibuat untuk menjadi pusat perbelanjaan oleh-oleh turis, namanya Nakamise Dori. Daerah ini memang sudah menjadi pusat perbelanjaan sejak abad ke 17, dan banyak toko yang sudah ada di sini dan dikeluarga keluarga secara turun-temurun. Kalau minatnya mencari barang-barang khas Jepang, seperti kipas bergambar, yukata, selop kayu, sumpit cantik, dan lain-lain, memang mendingan datang ke sini.
Nakamise Dori di pagi hari. Kalau sudah agak siang, langsung penuh manusia.
Oh ya, di sekitaran Asakusa ada banyak hotel untuk backpackers, jadi buat yang pengin backpackeran ke Tokyo sebaiknya mampir ke Asakusa. Oh ya, di sini ada beberapa warung ramen yang harganya masuk akal (sekitaran 500 – 700 yen). Kalau makan di warung ini di pagi hari, akan barengan dengan bapak-bapak berjas yang makan sambil buru-buru karena mau berangkat ke kantor.

Akihabara

Saya dulu datang ke sini karena pas lagi makan onigiri di halte bus depan Akamon (Red Gate) University of Tokyo saya beberapa kali dilewati oleh bus jurusan Akihabara. Dasar traveller iseng, saya terus naik ke salah satu bus dan turun di Akihabara.
Persis di depan stasiun dan terminal.
Akihabara terkenal sebagai pusat elektronik. Di sini ada banyak toko-toko kecil yang menjual barang-barang elektronik. Tapi karena saya cuma pengin jalan-jalan saja, maka waktu itu saya langsung masuk ke Yodobashi-Akiba yang letaknya persis di depan stasiun kereta Akihabara. Yodobashi-Akiba ini mirip ITC, ada sekian lantai dan masing-masing lantai menjual barang yang berbeda-beda. Dari TV, radio, kamera, vacuum cleaner, semua ada di sini. Saya akhirnya beli barang-barang anime di lantai paling atas. Lumayan, ada puzzle dan kartu bergambar karakter dari Ghibli Studio.

Ginza


Saya ke sini cuma buat jalan-jalan menghabiskan waktu sebelum kembali ke hotel. Ini bukan Yanaka Ginza yah. Ginza Street adalah tempat pertokoan mewah dimana orang-orang membeli perhiasan seperti emas dan berlian. Di sini ada tempat terkenal yaitu Kabukiza Theater yang menjadi tempat pertunjukan Kabuki. Di sini saya bener-bener cuma jalan dari satu pintu stasiun Metro ke pintu stasiun Metro lain karena nggak mungkin banget belanja di sini.
Ginza Wako yang menjadi ciri khas daerah pertokoan Ginza.

Yah, itulah sekilas pengalaman saya mampir ke Tokyo. Siapa tahu ada rejeki bisa mampir lagi ...

(Selesai.)

2 Komentar: