3 Desember 2016

Bulan Juli yang lalu saya berkesempatan jalan-jalan ke Tokyo, Jepang. Tinggalnya nebeng adik yang tinggal di Kashiwa, jadi pagi-pagi naik kereta ke Tokyo dan malem pulang lagi ke kamar tebengan. Sama seperti orang yang main ke Jakarta tapi nginep di tempat saudara di Bogor. Hehehe ...
Saya datang ke Tokyo tanggal 9 Juli 2016 sore dan berangkat ke Jakarta tanggal 12 Juli 2016 siang. Dengan tempat tinggal yang lumayan jauh (tapi gratis), maka saya hanya punya waktu dua hari penuh  untuk jalan-jalan. Jadi, di kesempatan kali ini, saya memutuskan untuk bener-bener jalan-jalan ke tempat-tempat yang dianggap beken di sekitaran Tokyo.
Suasana alam di tengah Kota Tokyo - di Ueno Zoo.
Oh ya, ini adalah kali kedua saya mengunjungi Tokyo. Di tahun 2013, saya juga pernah jalan-jalan ke Tokyo, tapi cuma punya waktu satu hari untuk jalan-jalan. Jadi, paling tidak ada beberapa landmark yang sudah pernah saya kunjungi di tahun 2013 dan saya rasa saya tidak perlu kunjungi lagi di tahun 2016 ini.
Untuk seri kali ini, saya akan mengulas tempat-tempat wisata yang saya kunjungi di kunjungan saya kali ini, plus sedikit informasi tentang kunjungan saya ke Tokyo di tahun 2013. Siapa tahu ada yang mau menggabungkan itinerary dari kedua perjalanan tersebut.

Imperial East Garden (Koukyo Higashi Gyoen)

Di hari pertama kunjungan saya (Minggu, 10 Juli 2016), saya memutuskan untuk jalan ke sekitaran Tokyo Imperial Palace. Daerah tempat tinggal Kaisar Jepang ini merupakan tempat wisata favorit yang mudah ditemukan di peta, karena selalu digambarkan sebagai daerah hijau yang sangat luas. Tidak salah sih, daerah ini terdiri taman-taman yang luas dan indah, dan istananya sendiri memang dikelilingi oleh halaman luas yang hijau.
Hijaunya Imperial East Garden.
Saya tidak berminat untuk mengunjungi istananya, jadi saya tidak cari-cari tahu tentang tur yang membawa masuk ke situ. Saya memang hanya berminat untuk berputar-putar di taman-taman di situ. Karena keterbatasan waktu, saya juga tetap harus memilih-milih daerah mana yang akan dikunjungi. Itulah sebabnya saya memilih untuk masuk ke Imperial East Garden, yaitu kebun cantik yang dulunya adalah tempat berdirinya istana di jaman Edo (Edo Castle).
Jadi, pagi-pagi saya naik kereta dan turun di stasiun Tokyo (Tokyo Station) lalu langsung cari petunjuk menuju ke Tokyo Imperial Palace. Nggak perlu khawatir, petunjuk jalannya ada banyak dan semua ada bahasa Inggrisnya. Di sini saya pakai acara nyasar karena beberapa bagian dari stasiun ini sedang direnovasi, tapi tetap saja saya berhasil sampai di pintu tengah stasiun. Pas di depan stasiun ada papan lumayan besar yang memampang peta daerah sekitar stasiun. Bersama dengan beberapa turis asing lain, saya mengamati peta itu dan mencari jalan menuju ke kompleks istana kaisar Jepang.
Untungnya sewa mobile wifi selama saya berada di Jepang adalah, saya bisa semena-mena menggunakan Google Maps untuk mencari jalan. Jadi, nggak ada istilah tersesat selama saya muter-muter Tokyo.
Lapangan hijau di Imperial East Garden.
Kompleks istana Kaisar adalah daerah hijau yang sangat luas, dimana terdapat banyak taman dengan berbagai tema. Ada taman yang menonjolkan air mancur cantik, alun-alun dengan cycling track, dan juga taman modern tempat Science Museum dan National Museum of Modern Art. Akan tetapi, saya tidak banyak berkeliling dan langsung fokus menuju ke Imperial East Garden.
Imperial East Garden sebenarnya adalah halaman dari istana, namun bagian ini dibuka untuk umum. Masuknya gratis. Setiap pengunjung akan mendapatkan karcis yang harus dikembalikan pada saat keluar. Taman yang super luas ini, memiliki keistimewaan karena masih menyimpan sisa-sisa istana kaisar dari jaman Edo. Selain melihat tanaman yang ditata dengan indah, pengunjung juga bisa melihat sisa-sisa tembok istana asli dari jaman Edo. Taman bersejarah ini merupakan salah satu landmark kota Tokyo, jadi sangat disayangkan kalan jalan-jalan ke Tokyo tetapi tidak mampir ke sini.
Salah satu titik bersejarah di taman ini adalah sisa tembok yang mengelilingi istana di jaman Edo. Tembok yang dibuat dari potongan batu yang besar-besar dan tersusun rapi tanpa celah ini ternyata menyimpan rahasia yang baru ketahuan pada saat dilakukan pemugaran. Ternyata, di beberapa bagian, batu-batu besar itu disambung oleh perunggu, dan disangga oleh besi. Hal yang jarang dilakukan pada bangunan dari balok batu. Selain tembok, sisa-sia bersejarah lainnya adalah bagian inti dari istana di jaman Edo yang disebut sebagai Tenshudai Donjon Base.
Tenshudai Donjon Base.
Dari Imperial East Garden, saya jalan kaki memutari kompleks istana dan menuju ke stasiun Metro (kereta bawah tanah) Hanzomon. Pintu masuk stasiun Metro umumnya Cuma berupa pintu kecil dan menyaru dengan pintu masuk gedung. Jadi, selama rajin tengok-tengok mencari lambang Metro, niscaya tidak akan kelewatan. Selanjutnya, saya naik kereta bawah tanah (metro) ke Meiji Jingu.

Meiji Jingu

Meiji Jingu adalah salah satu kuil terkenal di Tokyo, yang didirikan untuk menghormati Kaisar Meiji dan Permaisuri Shoken. Kaisar Meiji adalah kaisar modern pertama di Jepang, yang mana pada jaman pemerintahnya Jepang mulai berkembang menjadi negara industri yang juga memiliki militer modern yang kuat. Kaisar Meiji sendiri berkuasa di masa sebelum perang dunia pertama.
Gerbang masuk ke kompleks kuil.
Meiji Jingu (Kuil Meiji) adalah kuil Shinto. Letaknya di Distrik Shibuya. Kompleks kuil ini terdiri dari beberapa bangunan, dan semuanya masih aktif dipakai berdoa oleh para penganut Shinto. Walau ada banyak turis, kegiatan keagamaan tetap berlangsung di sini. Waktu saya datang, saya bahkan melihat ada sepasang kekasih yang menjalankan upacara perkawinan di sini. Karena ini adalah tempat ibadah, maka pengunjung diharapkan berlaku sopan dan tidak sembarangan foto-foto di dalam bangunan.
Saya turun kereta di Stasiun Metro Yoyogi. Ada banyak stasiun metro di sekitaran  Meiji Jingu, dan kita bisa memilih mau turun di mana, yang penting naik jalurnya yang benar. Karena saya ambil kereta metro dari Hanzomon di jalur Hanzomon (Hanzomon Line), maka jalur paling cepat ke Meiji Jinggu adalah berpindah kereta di Stasiun Aoyama-Itchome dan ambil kereta Oedo Line untuk turun di Yoyogi Metro Station. Dari Yoyogi Station jalan kaki sekitar 10 menit menuju ke Meiji Jingu.
Kuil utama Meiji Jingu.
Meiji Jingu terletak di tengah taman kota yang sangat luas dan hijau. Pepohonan di sini rimbun sekali, sehingga membuat lupa kalau kita sebenarnya berada di tengah kota metropolitan. Di kompleks ini, selain kuil utama (Meiji Jingu), terdapat juga Treasure Museum (yang waktu saya datang sudah tutup). Salah satu tempat yang sering dipakai untuk foto-foto di sini, selain daerah kompleks kuil utama, adalah barisan barel sake dan anggur impor di dekat perbatasan antara areal Meiji Jingu dan Yoyogi Park. Persis di sebelah hutan yang mengitari Meiji Jingu, ada satu taman kota yang populer bagi orang muda di Tokyo, yaitu Yoyogi Park.

Yoyogi Park

Yoyogi Park adalah salah satu taman terluas di Jepang, yang di akhir pekan dipenuh oleh remaja Tokyo dengan berbagi aktivitas. Yoyogi Park letaknya sangat dekat dengan Harajuku, jadi tidak heran tempat ini banyak dijunjungi remaja Tokyo.
Waktu saya datang kemari, kebetulan adalah hari minggu, hampir setiap penjuru taman dipenuhi oleh orang. Semua daerah rindang sudah dipenuhi oleh gerombolan anak muda – jadinya mencari pojokan untuk duduk saja susah. Selain ada keluarga muda yang mengajak anak-anak kecil jalan-jalan, ada juga happening art, konser penyanyi jalanan, orang-orang bermain skateboard, siswa SMA latihan drama atau bikin film indie (ini saya lihat sendiri), ada yang foto-foto, dan ada juga yang nyebur ke salah satu kolam kecil di tengah taman (tapi yang nyebur ini tampangnya dekil dan kulitnya gosong – mungkin seniman nyentrik).
Bersepeda di Yoyogi Park.
Masih di lingkungan Yoyogi Park, terdapat Yoyogi National Stadium, yang menjadi salah satu tempat perlombaan gimnastik di Olimpiade tahun 1964. Di dekatnya ada kantor pusat NHK, stasiun televisi Jepang, dan NHK Studio Park. Waktu saya di sini, Ayumi Hamasaki konser di Yoyogi National Stadium, jadi daerah sekitaran stadion dan kantor NHK dipenuhi fans Ayumi Hamasaki. Karena ramai banget, saya memutuskan untuk cukup melihat dari jauh saja. Antrean orang-orang yang mau masuk ke dalam stadion saja sampai meluber ke pinggir jalan raya.
Dari Yoyogi Park, saya janjian dengan adik saya untuk jalan-jalan di sekitaran Harajuku. Tapi catatan tentang Harajuku dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya ada di artikel berikutnya.

Tambahan : Ueno Park

Karena temanya adalah tempat jalan-jalan yang hijau di Tokyo, saya ingin menambahkan satu lagi tempat jalan-jalan alam di tengah Tokyo, yaitu Ueno Park. Saya datang ke Ueno Park di tahun 2013, bulan Maret. Jadi sudah lama yah. Tapi, walaupun sudah lama, masih boleh lah, diceritakan sedikit.
Ueno Park adalah salah satu taman kota yang wajib dikunjungi, terutama kalau pas datang ke Tokyo di awal musim semi saat bunga sakura mekar. Ueno Park ditanami banyak banget pohon Sakura yang berbunga sangat cantik di musim sakura. Ueno Park dulunya adalah tempat berdirinya kuil keluarga Shogun Tokugawa, namun kuil ini dihancurkan saat perang di era Restorasi Meiji. Kini Ueno Park menjadi tempat jalan-jalan keluarga muda dan orang pacaran. Oh ya, tempat ini juga tempat berkumpulnya TKW dan TKI yang bekerja di sekitaran Tokyo saat akhir pekan.
Hanami: Menikmati Sakura di Ueno Park.
Di Ueno Park, terdapat banyak museum, antara lain Tokyo National Museum, Tokyo Metropolitan Art Museum, dan juga ada beberapa kuil yang terlihat cukup tua. Di sini juga terdapat Ueno Zoo, yang merupakan kebun binatang tertua di Jepang. Karena semua tempat-tempat yang dapat dikunjungi itu berbayar, maka saya (yang anggarannya pas-pasan) harus memilih satu saja yang dapat dikunjungi – dan saya memilih kebun binatang. Kebun binatang Ueno menyimpan banyak hewan-hewan khas Jepang, termasuk panda merah, kera salju, dan burung bangau mahkota merah khas Jepang. Oh ya, alasan saya masuk ke sini adalah karena di sini ada Giant Panda yang didapatkan dari Pemerintah Cina. Di sini adalah untuk pertama kalinya saya melihat panda hidup!
Selain tempat-tempat di atas, di Tokyo ada banyak teman kota dan jalur hijau yang enak untuk jalan-jalan. Tapi, Tokyo sebagai kota metropolitan tidak hanya bisa membanggakan taman kota. Tempat-tempat wisata lain dan juga tempat-tempat perbelanjaan juga menjadi kebanggaan Tokyo dan tempat turis berkunjung. Di artikel selanjutnya, saya akan menuliskan tentang tempat-tempat perbelanjaan di sekitaran Tokyo. Sampai jumpa!

Panda!

2 Komentar:

  1. Indah banget! Jepang emang overall oke banget sih buat sightseeing dan jalan-jalan. Seandainya di Jakarta ada lebih banyak zona hijau kyk gini, pasti keliatan lebih asri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya di Jakarta ini ada banyak tempat hijau, tapi kurang terawat. Kecuali taman-taman kota di sekitaran Menteng, rata-rata daerah hijau di Jakarta malahan terkesan kumuh. Sayang yah ...

      Hapus