4 Oktober 2017

Di hari kedua kami di Belitung, kami langsung diantar ke Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini adalah dermaga yang mengantar turis ke pulau-pulau di sekitar utara Pulau Belitung. Yup, hari ini kami rencananya island hopping. Dengan harapan semoga cuaca baik, kami pun naik kapal yang mengantar kami untuk mengunjungi pulau-pulau yang ada.
Melompat ke pulau-pulau! Eh... berperahu ke pulau-pulau, maksudnya.
Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Pasir. Seperti namanya, Pulau Pasir adalah pulau yang terdiri dari pasir. (Ya iya, lah!) Pulau ini hanya ada di saat laut surut. Semakin siang, pulau ini akan semakin tertutup air laut. Sekitar jam 10-an, pulau ini biasanya sudah hilang dari pandangan. Bersamaan itu, menghilang juga para pengunjungnya, turis manusia dan juga bintang laut atau ubur-ubur yang kebetulan terdampar.
Tempat tujuan selanjutnya adalah Pulau Batu Berlayar. Dinamakan demikian karena ada batu-batu besar yang bentuknya seperti layar kapal. Menurut saya, itu tergantung imajinasi yang melihat saja sih. Memang ada dua batu besar sejajar yang menyerupai layar. Pulau ini juga semakin tertutup air sejalan dengan semakin tingginya matahari.
Pulau Batu Berlayar. Kelihatan nggak, mana layarnya?
Selanjutnya, kami pergi ke Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas menarik karena ada mercusuar berwarna putih yang nampak kuno. Konon kabarnya, dulu orang bisa naik sampai ke puncaknya dan menikmati pemandangan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Belitung ini. Namun saat kami datang, pengunjung hanya boleh naik sampai maksimal lantai tiga. Paling tidak, kami masih bisa melihat pantai dari ketinggian – meskipun tidak terlalu tinggi. Hehehe ...
Pulau Lengkuas cukup besar, jadi bisa dieksplor dengan jalan kaki. Di sini ada banyak batu-batu besar khas Bangka Belitung, yang sering dijadikan pengunjung latar belakang saat foto-foto cantik. Di beberapa tempat, batu-batu besar itu membentuk ceruk yang digenangi air dan menjadi kolam-kolam kecil. Tidak hanya untuk tempat foto-foto dan berenang, kolam-kolam kecil ini juga didatangi ikan yang mungkin bisa dimakan. Oh ya, pulau ini cukup lengkap kelengkapan wisatanya. Ada WC umum dan ada tempat makan. Lumayan, bisa minum air kelapa muda sambil istirahat setelah beberapa lama di dalam kapal.
Pulau Lengkuas yang cantik.
Setelah puas menginjakkan kaki di Pulau Lengkuas, kami melanjutkan perjalanan ke spot snorkeling, yang letaknya sebenarnya tidak jauh dari Pulau Lengkuas. Air di sini jernih dan ikannya banyak. Cocok untuk tempat snorkeling. Kalau untuk yang sudah pengalaman, mungkin agak membosankan. Soalnya tempatnya relatif datar dan tidak terlalu luas. Tapi kalau untuk yang jarang turun ke laut macam saya dan keluarga, pengalaman snorkeling di sini cukup memuaskan dan menghitamkan. (Lho?)
Dari sini, kami menuju ke Pulau Kepayang. Tujuannya adalah: makan siang. Di Pulau Kepayang, ada rumah makan seafood. Lumayan, kepiting dan ikan bakar langsung mengisi perut kami. Pasir di Pulau Kepayang putih dan pantainya sangat landai. Cocok banget untuk berenang. Habis makan, saya langsung nyemplung ke laut untuk berenang ... dan tersambar oleh ubur-ubur! Saya langsung histeris begitu merasa seperti kena kejutan listrik di bagian kaki. Untung masih sempat berenang ke pantai. Yah, intinya, lautan luas dan alam semesta ini punya bersama, baik manusia maupun mahkluk hidup lainnya. Jadi memang sudah menjadi resiko, kalau berenang di laut tersambar ubur-ubur atau kena bulu babi. Yang penting selalu waspada. Untung saya masih bisa melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya.
Foto yang indah ini, diambil hanya lima belas menit sebelum saya terkena ubur-ubur.
Pulau terakhir yang kami kunjungi adalah Pulau Kelayang. Keistimewaan pulau ini adalah adanya kolam kecil yang merupakan air laut yang terperangkap di antara batu-batu raksasa. Batu-batu yang seperti mau roboh ini membentuk semacam gua yang bisa dimasuki, dan juga kolam yang bisa dipakai untuk berenang. Tentu saja saya tidak melewatkan kesempatan untuk berenang di kolam ini. Rasa sakit karena ubur-ubur? Ya sudahlah. Toh, obat untuk mencegah racun ubur-ubur menyebar adalah air laut. Jadi berenang di air laut kan masuk akal untuk saya. (Alasan saja sih.)
Puas berjalan-jalan dari pulau ke pulau, kami kemudian digiring untuk makan seafood (apa lagi) di restoran Dynasty Chinese Food. Kepiting dan Ranjungan adalah menu utama kali ini. Sepertinya beberapa hari di Bangka Belitung membuat saya puas banget makan kepiting dan ranjungan.
Gua di Pulau Kelayang. Jadi pengin berpetualang, nggak sih?
Keesokan paginya, saya dan adik saya memutuskan untuk mengeksplor kawasan di sekitar hotel. Pantai Tanjung Pendam yang enak dipakai untuk olah raga pagi menjadi sasaran pertama. Setelah puas jalan-jalan di tepi pantai, kamipun berjalan menuju ke Rumah Eks Tuan Kuase, yang mana dulunya adalah rumah mantan pejabat Belanda di Belitung. Rumah yang didirikan di tahun 1862 ini kini menjadi wisma untuk tamu PT Timah.
Dari situ, kami berjalan kaki menuju ke Museum dan Kebun Binatang Tanjung Pandan. Museum ini didirikan di jaman kejayaan PT Timah. Isinya adalah temuan arkeologi dan geologi yang didapat saat penggalian, hewan-hewan istimewa yang diawetkan (misalnya ikan arwana raksasa), dan juga penjelasan proses ekstraksi timah. Di belakang museum, terdapat taman dan kebun binatang yang cukup luas. Ada buaya, celepuk, dan rusa. Seluruh hewan berada dalam kondisi yang menyedihkan, karena seperti kurang terawat. Taman juga terlihat parah, catnya banyak yang hilang dan agak kotor. Mungkin seiring dengan berkurangnya pendapatan PT Timah di Belitung, bantuan dana ke museum dan kebun binatang ini juga berkurang. Di sini juga ada kandang ular, tapi kosong semua. Semoga kandang ular kosong karena isinya sudah dipindahkan semua, bukan karena lepas sendiri. Hiii ...
Rumah Eks Tuan Kuase yang sudah dicat ulang dan dibersihkan.
Sepulang dari museum, kami check out dan menuju ke Danau Kaolin. Danau Kaolin adalah bekas galian tambang, yang karena pengaruh zat-zat kimia, membuat air yang terjebak di situ menjadi berwarna biru muda. Dengan bukit-bukit tepung putih sisa galian dan air warna biru muda, tempat ini memang terlihat eksotis. Sayangnya, waktu kami berkunjung, cuacanya mendung sehingga foto-foto cermin yang biasanya menjadi andalan pengunjung di situ tidak  kami dapatkan.
Selanjutnya kami makan di Mie Atep. Makan lagi? Yah ... sayang kalau jalan ke Bangka Belitung tanpa wisata kuliner. Mie Atep menjual mie khas belitung. Dengan potongan timun, tahu goreng, dan kentang, semangkok mie yang enak banget ini langsung hilang ditelan mulut-mulut yang kelaparan.
Danau kaolin dengan tepung putihnya.
(Rasanya nggak pas kalau bilang pasir putih.)
Selanjutnya, kami mengunjungi pantai yang paling termahsyur di Pulau Belitung, yaitu Pantai Tanjung Tinggi, yang terkenal sejak dijadikan tempat shooting film Laskar Pelangi. Pantai yang cukup luas ini memang unik karena di sini terdapat banyak batu-batu raksasa. Bahkan ada batu yang besarnya serumah! Tempat ini sangat fenomenal dan banyak dipakai untuk foto-foto cantik instagram. Dari sisi manapun juga, foto yang dihasilkan terlihat bagus dan unik. Tour guide kami mengajak kami untuk berjalan-jalan melewati batu-batu ini, dari naik ke atasnya, turun di bawahnya, berjalan di sela-sela batu, dan nyemplung ke air karena batu-batunya juga menjorok ke arah laut. Pengalaman seru untuk orang yang kerjanya cuma mondar-mandir di tengah kota macam saya.
Pantai Tanjung Tinggi yang keren banget. Tempat wajib untuk foto-foto.
Batu-batu besar yang menjadi ciri khas Pulau Belitung.
Wow! Bahkan ada batu sebesar rumah!
Setelah puas jalan-jalan di pantai, kami diberi bonus makan siang (lagi) di Rumah Makan Benaria. Ikan bakar bumbu kuning dan sop ikan kuah kuning menjadi makanan yang kami lahap dengan gembira. Oh ya, rumah makan ini letaknya persis di tepi pantai. Jadi seolah-olah rumah makan ini punya pantai privat. Setelah bersantai-santai di gubug, kami jalan-jalan di tepi pantai yang semakin pasang.

Yak, inilah akhir wisata keluarga kami ke Bangka Belitung karena setelah ini kami langsung ke bandara untuk bertolak kembali ke Jakarta. Jadi, bagaimana tanggapan saya tentang Bangka Belitung? Pemandangannya bagus, terutama pantainya. Makanannya juga enak-enak. Tapi kalau saya suatu saat kembali lagi, saya mau fokus di wisata kulinernya saja. Sepertinya masih belum puas makan kepiting dan chinese food di sini. Hehehe ...
(Selesai)

0 Komentar:

Posting Komentar