12 Januari 2019

Hari 3
Kyoto + Jalan-jalan malam di Osaka
Hari ini juga bangun siang. Beli makan juga di Lawson dekat stasiun. Jam 8 lebih baru berangkat dari stasiun JR Osaka naik shinkansen kembali ke Kyoto. Hari ini saya sudah lebih cerdas, saya beli dulu tiket one-day pass untuk bus lokal Kyoto. Jadi saya bisa ganti-ganti bus tanpa takut kemahalan bayarnya. Worth it, karena model jalan-jalan gaya saya bisa nyasar atau ganti haluan mendadak.
Jam 9 lebih saya akhirnya tiba di kuil Kinkakuji, naik bus lokal. Berhubung buru-buru, makan pagi saya dari Lawson di Osaka baru dimakan di halte bus dekat kuil Kinkakuji. Nggak apa, paling tidak saya bisa menikmati keindahan kuil Kinkakuji di pagi hari. Kuil ini terkenal, karena temboknya dilapisi dengan lembaran emas. Kuil ini berada di taman yang cantik banget, apalagi kalau musim gugur. Lain kali ingat-ingat ya, ke Kyoto-nya pas musim gugur. Pasti cantik banget. Dari kuil Kinkakuji, saya naik bus lokal ke kuil Ginkakuji. Satu bus ama tiga cowok turis korea yang tampangnya kinclong seperti artis K-Pop. (Informasi nggak penting.)
Salah satu sudut taman kuil Ginkakuji.
Ginkakuji adalah kuil berwarna putih yang modelnya sama dengan kuil Kinkakuji. Letaknya di ujung lain kota Kyoto, kalau dibandingkan dengan Kinkakuji. Waktu tempuh bus antara keduanya adalah sekitar 20 menit. Di dekat kuil Kinkakuji, ada jalan yang di pinggirnya ditanami pohon sakura. Jalan ini dinamai Philosopher’s Path, karena salah satu ahli filsafat Jepang bernama Nishida Kitaro dikatakan berjalan di sini sambil bermeditasi. Oh ya, di musim dingin, pohon sakura meranggas, hanya tinggal batang berwarna hitam saja. Jadi kurang menarik.
Dari Ginkakuji, saya naik bus lokal menuju ke Kyoto Imperial Palace, yang dulunya merupakan tempat tinggal kaisar sebelum restorasi Meiji. Istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah ini masih terpelihara sampai sekarang. Lumayan juga keliling istana dan sebagian tamannya sekitar satu jam. Dari sini, saya jalan kaki ke target wisata selanjutnya.
Jam 13:30, saya sampai di Nijo Castle. Nijo Castle dibangun untuk menjadi tempat tinggal Tokugawa Ieyasu di Kyoto. Dia adalah shogun pertama di jaman Edo. Nijo Castle ini diangap sangat bersejarah bagi orang Jepang karena tempat ini menjadi salah satu setting kisah sejarah dimana pada akhirnya shogun mengembalikan kekuasaan sepenuhnya kepada kaisar.
Tiba-tiba saja jam 3 sore dan saya belum makan siang. Jadi saya lalu memutuskan untuk nyemil snack tradisional plus minum teh hijau di kedai teh di dalam kompleks Nijo Castle. Setelah itu, saya memutuskan untuk segera balik ke Osaka saja. Besok sudah hari terakhir saya di Osaka dan saya belum ke Dotonburi!
Dotonburi, Osaka.
Setelah nyasar-nyasar mencari halte bus, saya akhirnya berhasil menemukan bus lokal yang bisa membawa saya ke stasiun JR terdekat. Supaya cepat, saya sengaja ambil shinkansen untuk kembali ke Osaka. Di Osaka, saya lalu ambil kereta ke Dotonburi. Supaya cepat, karena sudah jam lima dan saya sudah lapar, saya ambil kereta bukan JR, tapi metro, untuk segera sampai di Dotonburi.
Dotonburi adalah area hiburan terkenal di Osaka. Di sini dikenal sebagai surganya wisata kuliner Osaka. Dan saya sudah pasti mencoba makan okonomiyaki di rumah makan Mizuno. Setelah muter-muter, akhirnya saya menemukan kios yang di depannya ada antrean panjang banget. Itulah Mizuno. Biasanya orang antre 45 menit di sini. Tapi karena saya sendiri, ada tempat untuk satu orang, jadi saya cuma menunggu 10 menit saja. Hehehe ...
Setelah makan malam okonomiyaki, saya memutuskan untuk jalan-jalan sambil mencari logo Glico di tepi sungai yang menjadi landmark dari Dotonburi. Di tengah hujan yang lumayan deras, saya berhasil menemukannya. Untung sekali saya selalu bawa payung. Pas mau balik ke hotel, saya menemukan jalur jalan kaki yang nyaman dari Dotonburi ke stasiun JR terdekat, yaitu stasiun JR Namba. Baiklah, jadi ternyata JR Pass juga bisa mengantar kita ke Dotonburi.
Hari 4
Osaka
Walaupun saya menginap di Osaka, tapi baru di hari terakhir ini saya akan menjelajahi Osaka. Akibat perubahan itinerary mendadak dua hari yang lalu, saya jadinya baru muter Osaka sekarang. Padahal hari ini saya check out hostel dan harus tiba di Tokyo jam 7 malam karena janjian dengan teman. Di rencana awal, harusnya saya kemarin sudah muter Osaka, dan tidak perlu dua hari ke Kyoto. Tapi nggak apa-apa. Nggak rugi juga. Kyoto cantik.
Check out hostel jam 9 pagi. Dengan kereta saya menuju ke stasiun JR Tennoji, untuk menuju ke kuil Shitennoji. Jalannya menuju ke kuil dari stasiun sekitar 10 menit lebih, dan hujan pula. Terus, waktu sampai ke sana, kuilnya biasa aja. Hahaha. Tapi kuil ini adalah salah satu kuil Budha tertua di Jepang, karena pertama kali didirikan di abad ke-6. Sayangnya bangunannya sudah baru semua. Tapi saya tidak rugi berkunjung kemari karena kuil ini ternyata memiliki arti sejarah yang besar untuk orang Jepang.
Salah satu sudut dekat kuil Shitennoji.
Dari kuil Shitennoji, saya naik kereta lagi ke stasiun JR Osakajokoen. Jalan kaki sekitar 10 menit, saya tiba di Osaka Castle. Paling tidak, tempat bersejarah utama di kota Osaka bisa saya kunjungi di menit-menit terakhir perjalanan saya di Osaka. Osaka Castle adalah salah satu landmark klasik kota Osaka. Di Osaka Castle, kita bisa mempelajar sejarah perpindahan kekuasaan terakhir dari shogun kepada kaisar. Diorama, film, dan juga penjelasan tertulis mengenai sejarah sangat lengkap, sehingga kalau kurang minat dengan sejarah Jepang, bisa bingung karena penjelasannya memang sangat detil.
Sekitar jam satu siang, saya makan takoyaki di depan Osaka Castle, dan setelah itu saya kembali ke hostel untuk mengambil barang dan berangkat ke Tokyo. Sekitar jam tiga kurang, saya sudah naik shinkansen menuju ke Tokyo. Hampir jam setengah tujuh, saya sampai stasiun JR Tokyo, dan jam 7 sampai di hostel tempat menginap. (Itu pakai acara salah belok dan nyasar.) Yeay!
Jadi, itulah perjalanan saya ke Nara – Kyoto – Osaka selama 4 hari 3 malam. Sebetulnya harusnya perjalanan itu bisa lebih efisien, sih. Tapi karena ini kan kali pertama saya ke Nara, Kyoto, dan Osaka. Terus, saya sendiri pula dan hanya berpegangan pada GoogleMaps. Jadi, ada masa dimana saya salah belok, nyasar, bingung dulu mau mampir ke kios ini atau tidak, bengong kelamaan menikmati pemandangan, dan lain-lain. Tetap saja, saya menikmati solo travelling. Ada yang mau ke Jepang dalam waktu dekat?
(Selesai.)

20 Komentar:

  1. Ya ampun mbak, kebayang naik-turun kendaraan dan mompar-mampirnya. But, it was worth doing kan ya😉..

    Saya pingin ke Jepang. Kalo boleh, pingiiin ketemu sahabat pena saya dulu di Osaka. Itupun kalo dia masih ingat hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau sampai bisa ketemu lagi dengan sahabat pena jaman dulu, pasti keren banget ya. Semoga tercapai. Kata orang, menjalin hubungan dengan teman-teman lama membawa rejeki.

      Hapus
  2. wah, saya udah pengen banget ngacir ke Jepang. tapi sayangnya dalam waktu dekat malah belok ke destinasi yang lain. hiks..
    sementara cerita mbak Dyah kusimpen buat referensi dulu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat jalan-jalan ya. Kalau ada kemauan, pasti apapun yang diinginkan akan tercapai.

      Hapus
  3. Gak berpose ala Glico man mba hehe, trnyata baru pertama kali ke sana ya mba, udah kerenlah itu solo travel lagi kalo saya nyasar udh nangis dipojokan tuh, btw bagusan mana antara Tokyo sama kyoto mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas itu hujan, Mbak. Mau selfie juga susah. Buat saya sih, bagusan Kyoto daripada Tokyo ya. Lebih tradisional, soalnya.

      Hapus
  4. Jalan kaki di Dotonburi waktu malam asik juga ya mbak...btw kulinernya bisa bikin kantong menjerit kali ya mbak...???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan lah ya ... tapi daripada penasaran?

      Hapus
  5. Duh kayaknya Jepang friendly banget ya buat solo traveling. Next pengen nyobain solo traveling ke Jepang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Mbak. Solo travelling di Jepang aman.

      Hapus
  6. Wiiii, asyik banget wisata ke Jepang!
    Moga2 thn ini ada rezeki aku berangkat ke sana
    Aaamiiiin

    Kindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com

    BalasHapus
  7. Pas baca postingannya jadi pinginlah kesana. Eh, begitu mau komen, banyak juga cerita tentang Jepang. Jadi pingin cepat-cepat deh ke Jepang

    BalasHapus
  8. Hai dyah, sy elsa. Salam kenal yah.
    Pengen nanya2 minta pencerahan soal backpacker ke jepang, bisa? Di email atau via whatsapp bisa? Maaf merepotkan. Terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Elsa! Boleh kontak via instagram ya. Bisa klik tombol "view on instagram" di halaman ini, atau cari @sesukadee

      Hapus
  9. Seru sekali 😊 Belum ada rencana ke Jepang, tapi aku suka bacanya 😍

    BalasHapus
  10. Asik banget jalan2 ke Jepangnya, ajakin saya dong mbak Dyah. Jangan solo traveller terus...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha ... kasihan tanaman di rumah kalau ditinggal, lho...

      Hapus