31 Agustus 2019


Males kerja di kantor? Ingin kerja freelance, biar bisa bebas mengatur waktu untuk jalan-jalan? Enak, yah. Kerja dan jalan-jalan sesuka hati. Tapi kalau sakit bagaimana? Kena malaria waktu jalan-jalan di Wamena, tertabrak motor waktu jalan-jalan di Martapura, kena demam berdarah waktu jalan-jalan di Bengkulu? Waduh, ya jangan sampai, dong ...
Banyak orang yang bilang, kalau penjual asuransi kerjanya menakuti-nakuti orang dengan penyakit. Penyakit ini, penyakit itu ... terus biaya kesehatan mahal ... Itu ada benarnya juga sih. Makanya saya juga sering menghindari teman-teman penjual asuransi karena hobi mereka yang satu ini. Hahaha!
Tapi saya punya asuransi kesehatan pribadi, lho. Tanpa perlu berlama-lama mendengarkan celotehan penjual asuransi, saya dengan sukarela membeli asuransi kesehatan. Walaupun saya bukan pekerja freelance dan kantor tempat saya bekerja saat ini menyediakan asuransi kesehatan plus BPJS kesehatan, saya tetap punya asuransi kesehatan sendiri.
Masa depan itu tidak pasti: warna-warni yang cerah itu bisa tertutup tirai kelabu juga.
Alasan saya membeli asuransi kesehatan adalah untuk kebebasan dari ketidakpastian. Semuanya adalah kemungkinan, yang mana apapun itu bisa saja terjadi dan bisa saja tidak terjadi. Nah, buat teman-teman yang pernah belajar tentang resiko atau probabilitas di kampus, mungkin sudah biasa dengan ketidakpastian. Berapa besar kemungkinan keluar satu gambar Garuda kalau kita melemparkan lima koin Rp 500,-? Sama saja dengan pertanyaan ini: berapa besar kemungkinan kita harus menjalani rawat inap di usia 25 tahun? Nah, berapa coba ... (Catatan: saya sudah lewat usia 30 dan belum pernah dirawat di rumah sakit.)
Terbebas dari pembengkakan biaya rumah sakit
Alasan utama saya memiliki asuransi kesehatan sendiri adalah untuk mencegah pembengkakan biaya kalau tiba-tiba harus rawat inap di rumah sakit. Kan kita tidak pernah tahu, kapan kita tiba-tiba sakit atau kecelakaan. Ketika dibutuhkan, paling tidak biaya yang dikeluarkan bisa berkurang karena ada tanggungan dari asuransi. Lumayan kan, terbebas dari pembengkakan biaya rumah sakit. Sejauh ini sih, saya belum pernah memanfaatkan asuransi kesehatan pribadi saya. Dan kebetulan, saya belum pernah dirawat di rumah sakit juga. Tapi harapan saya sih, seluruh pegawai perusahaan asuransi yang jumlahnya ratusan itu, turut mendoakan saya supaya sehat selalu dan tidak perlu klaim asuransi. Hehehe ...
Tapi kan kita harus membayar setiap tahun atau setiap bulan untuk premi, sementara benefit-nya belum tentu digunakan? Oh, itu pasti. Namanya juga jaga-jaga, bisa dipakai bisa tidak. Tapi yang namanya asuransi itu bukan kopi susu yang kalau kita beli terus langsung kita minum sampai habis. Mengeluarkan uang untuk asuransi itu sama seperti alasan kenapa kita memilih untuk makan salad organik yang lebih mahal: karena saat ini kita sehat, tapi belum tentu bisa bertahan sehat untuk selanjutnya.
Mengurangi resiko biaya kesehatan meskipun pindah-pindah pekerjaan
Dulu, alasan saya beli asuransi kesehatan adalah karena saya menginginkan kebebasan untuk pindah kerja. Kalau setiap kali saya pindah kerja saya hanya mau di perusahaan yang ada asuransi kesehatannya, saya tidak akan berani bekerja di tempat-tempat yang lebih menantang seperti agensi internasional, LSM yang proyeknya di Waingapu, start-up company yang benar-benar baru buka, atau jadi freelance travel blogger. Dan ... dengan memiliki asuransi kesehatan sendiri, saya memang lebih berani untuk menantang diri bekerja di sebuah agensi internasional (sebagai konsultan), LSM yang punya banyak proyek di Indonesia Timur, dan di start-up company yang mengelola jasa pengiriman uang. Kebetulan, saat ini saya kembali bekerja di perusahaan konvensional. Tapi kan, siapa yang tahu masa depan nanti bagaimana?
Saat ini, saya juga mempertimbangkan untuk jadi wiraswasta. Siapa tahu bisa buka usaha travel sendiri, atau buka kafe sendiri. Nah, kalau nanti waktu sudah siap jadi pengusaha kita, apa iya kita lalu takut melangkah karena takut resiko kesehatan?
Biaya asuransi lebih murah kalau dimulai waktu masih berusia muda
Nah, alasan saya membeli asuransi kesehatan pribadi juga karena mumpung masih muda. Kalau saya baru mulai beli asuransi kesehatan waktu sudah punya modal untuk menjadi wiraswasta, mungkin saat itu premi asuransinya sudah jauh lebih mahal. Berhubung saya cukup disiplin dalam mengatur uang, jadi waktu masih di awal-awal masa kerja saya sudah punya alokasi dana untuk asuransi kesehatan. Asumsinya, waktu saya sudah jadi pengusaha (ea...) premi asuransinya tidak terlalu mahal karena saya sudah mulai dari usia muda. Dan kalau misalnya waktu sudah jadi pengusaha mandiri saya terpaksa harus masuk rumah sakit, saya masih lebih bebas menggunakan uang saya untuk modal kerja karena ada asuransi kesehatan.
Atas dasar hal-hal di atas, makanya saya punya asuransi kesehatan pribadi. Nah, memilih asuransi kesehatan juga harus penuh perhitungan, lho. Jangan pernah beli asuransi kesehatan tanpa melihat seluruh terms and condition yang ada. Rajin baca seluruh persyaratan yang ada. Jangan mau tanda tangan apapun sebelum membaca semua pasalnya sampai selesai. Kenapa? Karena setiap produk asuransi selalu memiliki persyaratan, kondisi, dan pengecualian masing-masing. Kita membeli asuransi karena mencegah resiko di masa yang akan datang, dan membaca seluruh pasal adalah untuk mencegah resiko tidak dibayarkannya klaim di masa yang akan datang.
Saya juga memiliki beberapa pertimbangan saat memilih asuransi kesehatan. Ada hal-hal yang mendasar yang perlu diperhatikan, antara lain adalah kondisi umum pada asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan pribadi umumnya hanya mengganti klaim terhadap rawat inap. Kenapa? Karena penyakit yang tidak perlu rawat inap umumnya masih bisa kita tangani sendiri biayanya. Lagipula, kita masih bisa pakai BPJS Kesehatan kalau perlu.
Selain itu, umumnya asuransi kesehatan tidak membayar klaim yang terkait dengan hal-hal yang memang beresiko tinggi, misalnya penerbangan tidak terjadwal. Contoh penerbangan tidak terjadwal adalah kalau kita sewa pesawat untuk melihat puncak Himalaya. Kenapa? Karena kalau kita mengikuti kegiatan yang jelas resikonya tinggi, kita tentunya sudah tahu konsekuensinya. Lagipula, seharusnya kita sudah diikutkan asuransi tersendiri oleh penyedia jasanya.
Sequis adalah salah satu penyedia jasa asuransi kesehatan. Selain asuransi kesehatan, perusahaan ini juga menyediakan asuransi jiwa dan asuransi berbasis investasi. Namun di antara semua produk asuransi, asuransi yang benefit-nya sudah pasti kita gunakan adalah asuransi kesehatan. Kan klaim bisa dilakukan kalau kita memang sakit, dan tidak perlu menunggu sampai kita meninggal. Menurut saya, nggak ada ruginya punya asuransi kesehatan, meskipun hasil medical check-up selalu menunjukkan kesehatan yang prima.
Untuk yang penasaran dengan asuransi kesehatan dari Sequis, bisa buka saja websitenya di www.sequis.co.id. Ada beberapa produk yang ditawarkan. Yang mana yang paling baik? Ya itu tergantung masing-masing orang ya. Masing-masing orang memilih asuransi kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Umumnya pertimbangan saya memilih asuransi kesehatan adalah faktor resiko yang ditanggung. Ambil contoh Sequis Q Health Platinum Plus Rider, yang memberikan manfaat rawat inap dengan minimum perawatan 6 jam. Bisa untuk operasi kecil (dengan persyaratan tertentu). Apalagi pakai tambahan Rider, alias bisa menanggung pembayaran premi jika kita tiba-tiba tidak mampu membayar premi sama sekali. Akan tetapi, harga preminya juga lumayan sih. Kalau suatu saat nanti jadi pengusaha (ea...) dan mau bebas dari ikatan perusahaan, kita bisa tetap melanjutkan asuransi ini sampai tua. Tipe asuransi seperti ini cocok kalau kita memang sudah mampu memperhitungkan resiko sampai usia tua.
Kalau ingin yang preminya bisa kembali, bisa cek Q Health Easy Insurance. Ada pengembalian 50% premi di akhir periode perlindungan asuransi. Biayanya lebih murah, tapi memang perlindungan yang ditawarkan tidak sebanyak produk yang lain. Kalau baru mau mulai belajar tentang asuransi boleh cek Q Health Easy Insurance. Kalau kita masih baru mulai bekerja, dan bekerja di sebuah instansi atau agensi internasional yang mewajbkan kita untuk membeli sendiri asuransi kesehatan dan mereka hanya membayar sejumlah uang untuk premi, mungkin produk ini lebih cocok.
Selain produk asuransi di atas, masih banyak produk asuransi lain yang sifatnya tambahan. Contohnya adalah My Critical Protection yang memberikan perlindungan terhadap penyakit kanker, serangan jantung, ataupun stroke. Tapi pada dasarnya, dalam melakukan pembelian produk asuransi tambahan, kita harus memperhitungkan kemampuan kita saat ini dan juga ekspektansi kita jika suatu saat nanti penyakit itu datang. Ekspektansi kita itu terkait dengan berbagai faktor, ya. Contohnya, antara suami tulang punggung keluarga terkena stroke dan istri terkena stroke, dampaknya terhadap keluarga bisa sangat berbeda.
Itulah alasan saya memiliki asuransi kesehatan pribadi. Tujuan utamanya adalah: menjamin kebebasan saya untuk mengatur masa depan saya. Masa depan ya, termasuk pilihan karir dan pekerjaan, pengelolaan keuangan, dan juga tantangan resiko jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena mau tidak mau saya harus mengakui, kesehatan adalah modal yang sangat penting untuk menjalani hidup ini menuju ke masa depan.

10 Komentar:

  1. Setuju mba, asuransi itu penting, penting banget malaaaah~ hehehe, apalagi asuransi kesehatan, dan beberapa asuransi lainnya. Termasuk asuransi perjalanan hehe, soalnya nggak seru kalau lagi jalan-jalan terus sakit, masih mending kalau sakitnya di negeri sendiri, coba kalau di luar negeri, pasti biaya rumah sakitnya bisa membuat kantong jebol~ :D

    Sayangnya masih banyak yang nggak mau pakai asuransi karena berpikir kalau nggak butuh-butuh bangets, semoga suatu hari nanti orang-orang lebih banyak pakai asuransi asal tepat sesuai kebutuhan, pastinya akan membantu kita saat ketidakpastian datang :D

    Thanks untuk tulisannya mba, sangat bermanfaat! <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... banyak yang nggak sadar manfaat asuransi. Sayang, ya.

      Hapus
  2. Asuransi pendidikan dan kesehatan itu biasanyany yang utama, menjadi pilihan keluarga ya mbak :) Cari yang preminya bisa disesuaikan dengan anggaran rumah tangga. Ada pilihan sekian tahun dan keuntungan positif lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Asuransi memang harus disesuaikan dengan kemampuan.

      Hapus
  3. asuransi itu wajib mbak di jaman sekarang ini, karena memang ujung-ujungnya adalah menanggulangid ari biaya perawatan selama di rumah sakit. bagian terpentingnya adalah memilih asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan saja mbak.

    saya sendiri juga pakai asuransi kesehatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sekarang semakin banyak orang yang sadar pentingnya punya asuransi kesehatan.

      Hapus
  4. aku termasuk yg pakai asuransi sendiri walopun dari kantor ada dan aku jg punya bpjs. Bpjs ga diernah dipake sih.. kalo kantor selalu. tp utk jaga2, aku beli lg asuransi kesehatan utk penyakit2 kritis :). penting krn kita g tau kan bakal seperti apa kedepannya.

    buatku sih, asuransi itu utk perlindungan banget.walopun dlm setahun kita ga sakit, tp proteksinya itu yg bikin aku nyaman dn g kuatir. so ga masalah walo ga kepake. yg ptg aku tau, ada proteksi kalo suatu saat aku sakit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, Kak. Yang penting merasa aman kalau suatu saat sakit dan harus masuk rumah sakit.

      Hapus