4 Juli 2020

Melanjutkan cerita jalan-jalan ke Singapura bareng ibu dan adik saya yang lalu, saya mau cerita tentang pengalaman kami jalan-jalan di daerah Little India. Kebetulan kami bertiga menginap di dekat Bugis. Nah, dari tempat kami, tinggal jalan kaki sedikit sudah sampai ke Little India. Karena di hari kedua kami di Singapura kami tidak punya jadwal apapun, maka kami secara impromptu jalan kaki ke tempat-tempat di sekitar hotel saja.

Sedikit mengenai Little India di Singapura. Little India, sesuai namanya, adalah daerah yang banyak ditinggali oleh warga keturunan India. Jalan-jalan yang kami lalui dipenuhi oleh toko-toko elektronik, perhiasan, pakaian, dan tentu saja rumah makan India. Kami bertiga jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas, jadi benar-benar cuma keliling saja sampai ketemu stasiun MRT dan kemudian pindah ke lokasi lain.

Sri Veeramakaliamman Temple di Serangoon Road.

Ngomong-ngomong, daerah ini baru bernama Little India di tahun 1980-an lho. Tadinya daerah ini namanya Serangoon, seperti nama jalan besar yang melewati lokasi ini dan merupakan salah satu jalan utama di Singapura. Nama Little India muncul sebagai hasil usaha dari Singapore Tourist Promotion Board untuk melestarikan lokasi-lokasi budaya di Singapura. Jalan Serangoon sendiri masih ada. Sri Veeramakaliamman Temple, kuil yang juga merupakan salah satu tempat wisata utama Little India terletak di jalan ini.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, daerah Serangoon adalah daerah bisnis dimana bisnis utamanya terkait dengan ternak. Dulunya di sini ada banyak kolam dan rawa-rawa sehingga cocok untuk berternak kerbau dan sapi. Kerbau adalah hewan penting di masa itu karena kerbau digunakan untuk menarik kereta yang mengantar hasil produksi, menarik alat berat untuk meratakan jalan, dan juga menggerakkan mesin pengolahan makanan. Selain kerbau dan sapi, warga setempat juga memelihara kambing. Dulunya, di sekitar daerah yang sekarang namanya Little India ini, ada banyak rumah jagal, tempat pengolahan kulit hewan, dan industri yang memproduksi susu atau olahan susu.

Kerbau Road di Little India.
Buffalo Road di Little India, dekat Tekka Center.

Nah, di sini ada jalan yang namanya plus minus sama, yaitu Kerbau Road dan Buffalo Road. Kedua jalan ini letaknya sejajar. Kalau kita jalan kaki dari Mustafa Center ke Tekka Center, pas sebelum Tekka Center pasti bakal melewati belokan ke kedua jalan ini. Nggak heran kan, kenapa ada jalan dengan nama kerbau atau buffalo di sini? (Eh, bisa saja sih kerbau di Indonesia diterjemahkan sebagai water buffalo, tapi water buffalo termasuk buffalo kan ya?) Mungkin dulunya banyak orang memelihara kerbau di sekitar tempat ini.

Walau kami tidak sengaja melewati kedua jalan ini, tapi muter-muter sebentar di sini ternyata tidak rugi, lho. Di Kerbau Road terdapat sebuah bangunan kuno warna-warni yang cukup populer di kalangan instagrammer, yaitu House of Tan Tieng Niah. Tapi karena waktu saya kemari jalanan ramai banget, susah untuk dapat foto yang bagus.

Tan Tieng Niah adalah seorang pengusaha kaya yang bisnis utamanya adalah permen di awal abad ke-20. Sekarang, bangunan ini adalah yang tersisa dari segelintir villa milik pengusaha etnis China yang berada di sekitar Little India. Bangunan ini merupakan bukti bahwa di jaman keemasan industri Serangoon, daerah ini ditinggali oleh beberapa etnis, tidak hanya etnis India saja.

House of Tan Tieng Niah.

Ngomong-ngomong soal bangunan warna-warni, di Little India ada banyak bangunan yang dicat warna-warni. Mungkin karena faktor budaya, ya. Kuil-kuil mereka pun juga warna-warni. Makanya kalau jalan-jalan di sekitaran Little India, nggak mungkin nggak nemu rumah unik untuk foto-foto. Tapi saran saya sih, cukup foto-foto di depan rumah-rumah yang di pinggir jalan yang ramai saja ya. Biar nggak dituduh melangar privasi orang. (Kalau pinggir jalan padat pengunjung, kan memang banyak turis. Sudah biasa orang foto-foto.)

Di Little India juga terdapat pasar kaget pinggir jalan, dimana kios-kios penjual pernak-pernik dan perlengkapan sembahyang bercampur menjadi satu. Ada juga yang jualan makanan. Daerah pertokoan dan pasar di Little India sangat ramai, terutama karena kami memang datang ke sini di hari Minggu siang. Benar-benar sulit berhenti, apalagi foto-foto sembarangan, karena selalu ada orang yang lewat di dekat atau di depan kita.

Warna-warna mencolok terasa kalau kita lewat di depan kios penjual perlengkapan sembahyang, yang mana biasanya juga dijual kalung bunga-bunga yang warnanya kuning, merah, dan ungu. Tempat lain yang juga menjual barang-barang dengan warna mencolok adalah pedagang bumbu, tapi ini biasanya kalau kita agak masuk ke daerah pasar. Bumbu-bumbu di India warnanya sangat bervariasi, dari kecoklatan, kuning, sampai agak kemerahan. Pastinya sih kalau dipakai masak, rasanya tajam begitu ya.

Kami tidak terlalu lama berkeliling Little India karena begitu melewati Tekka Center, kami terus naik MRT ke Chinatown. Tapi paling tidak, kami sudah sempat mengeksplorasi salah satu lokasi budaya etnis bersejarah di Singapura, yaitu Little India.

Psst ... mau jalan-jalan ke lokasi budaya etnis lainnya? Coba kunjungi Kampong Glam. Lokasi etnis budaya Melayu dan Arab ini dijamin memukau pembaca.

14 Komentar:

  1. saya tak melihat pak tani dengan kerbaunya sejak membajak jalan disitu ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah ... waktu pak tani lewat, kita belum lahir, Kak.

      Hapus
  2. Oh ternyata little India itu dulunya bernama Serangoon ya mbak. Baru tahu saya.

    Apa bedanya kerbau dan buffalo ya? Bukannya buffalo bahasa Inggris nya kerbau. Kok keduanya dijadikan nama jalan. Tapi berarti bahasa Indonesia ada yang dipakai di Singapura juga ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu juga pertanyaan saya, kenapa ada dua jalan yang namanya seperti terjemahan satu sama lain. Tapi ya suka-suka yang memberi nama, lah ya.

      Hapus
    2. Mungkin pejabatnya ada yang dari Indonesia dan ada juga yang dari Inggris, jadinya daripada berantem, udah dikasih nama dua duanya, mungkin gitu kali ya.🤣

      Hapus
  3. ciri khas little India emang warna-warni kali yaa,, aku pernahnya ke Little India yang di Medan, dan memang di sana juga warna-warni..

    Kerbau road dan buffalo road, kok namanya "sama" gitu yaa.. kenapa yg satunya ngga cow road aja gituu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, little india di mana-mana warna-warni. Seru jalan-jalan di tempat yang meriah begini.

      Hapus
  4. Oh disana privasi sangat terjaga ya
    Jadi tak sembarangan asal jepret.
    Asal-usul wilayahnya menarik juga ya
    Dari tempat yang awalnya pusat ternak hewan, kini jadi menawan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman dulu kerbau dipakai buat transportasi. Lha sekarang semua orang naik MRT. Kerbaunya pindah ke kebun binatang.

      Hapus
  5. menurutku meski di Little India banyak bangunan yang dicat warna-warni tetap unik dan keren sih mbak. beda sama bangunan atau rumah2 di Indonesia yang sengaja banget dicat warna warni yg katanya biar kekinian tp malah terlihat kurang enak dipandang, hhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha ... mungkin masalah perawatan ya.

      Hapus
  6. Iya yaaa kalo aku inget2, tiap kali ke daerah little india , pasti tempatnya warna warni, ntah itu kuil atopun rumah mereka. Liat aja batu caves yg diksh cat warna warni juga di tangga :D. Kayaknya mereka memang suka seperti itu yaaa.

    Oke2 aja sih, apalagi kesan melihatnya jd LBH cheerful gitu . Trus difotopun jadi kliatan lebih cantik :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener. Lagian warna-warni begitu malah jadi meriah dan menarik.

      Hapus