25 Oktober 2022

 

Akhirnya saya bisa mencoba mendarat dan naik pesawat di Bandara Internasional Yogyakarta. Walau saya cukup sering berpergian ke Yogyakarta, tapi biasanya naik kereta. Atau kalau naik pesawat, ya sebelum pandemi. Setelah masa pandemi mereda, akhirnya saya bisa lebih merasa bebas jalan-jalan, termasuk mencoba bandara Yogyakarta yang baru ini.

Dulu, kalau mau jalan-jalan di Yogyakarta, keluar bandara Adi Sucipto (bandara yang lama) kita bisa langsung ambil bus atau taksi untuk jalan-jalan ke tengah kota. Bahkan, bandara Adi Sucipto lokasinya sangat dekat dengan candi Prambanan, sehingga memudahkan kita untuk berwisata ke situ. Tapi sekarang, kalau posisi menginapnya di sekitaran Yogyakarta, harus memperhitungkan jarak perjalanan dari pusat kota ke bandara baru ini. Bandara Internasional Yogyakarta (atau sering disebut YIA – Yogyakarta International Airport) lokasinya di ujung kabupaten Kulon Progo, bahkan sangat dekat dengan perbatasan provinsi Jawa Tengah.

Bandara Internasional Yogyakarta letaknya di tepi pantai. Lokasinya cantik banget. Kalau datang kemari, setelah turun dari mobil pengantar dan sebelum masuk ke dalam gedungnya, coba lihat ke arah utara. Di sana terlihat perbukitan yang merupakan bagian dari pegunungan Menoreh. Nah, sebelum masuk gedungnya nih, jalan dulu ke ujung tempat area pengantaran sampai bisa melihat area landasan pesawat. Di kejauhan akan terlihat garis laut. Tengok ke utara dan kita melihat pegunungan, dan tengok ke selatan dan kita dapat melihat garis pantai.

Mulai dari area lobby sampai masuk ke dalam gedung, pengunjung disambut dengan suasana modern dengan sentuhan budaya Yogyakarta. Di tengah rangka bangunan yang berjajar-jajar, dinding kaca, dan langit-langit berwarna metalik, terdapat bangun tambahan yang memberikan sentuhan Yogyakarta, misalnya bentuk gapura, lampu jalanan seperti yang ada di Malioboro, gambar wayang di tembok, dan hiasan pola batik. Di areal tunggu terdapat patung dan hiasan tembok yang menunjukkan seni serta suasana kota Yogyakarta.

Buat yang mau check in, nggak usah bingung antre panjang-panjang. Selain bisa check in dari aplikasi sebelum tiba di Bandara, kita juga bisa check in mandiri di mesin check in otomatis yang tersedia di sini. Kalau mau makan dulu sebelum masuk ke areal tunggu penumpang, di sini ada beberapa pilihan restoran.

Di dalam area tunggu penumpang bandara ini terdapat pusat oleh-oleh yang disebut Pasar Kotagede. Pusat oleh-oleh ini menjual berbagai barang, antara lain tas kain dan kulit, perhiasan perak dan imitasi, berbagai jenis camilan, dan berbagai minuman siap saji yang bisa dijadikan buah tangan untuk keluarga dan rekan di kota tujuan. Tidak hanya menjual barang-barang kerajinan dan olahan pangan dari provinsi Yogyakarta, tempat ini juga menjual hasil UKM dari sekitaran Purworejo (yang memang berbatasan langsung dengan Kulon Progo).

Di area tunggu penumpang, terdapat beberapa pilihan tempat makan dan penjual kebutuhan harian. Paling tidak ada Indomaret, A&W, dan Starbuck. Tapi kalau ada kendala operasional dan pesawat berangkat terlambat, semua itu tidak bisa diharapkan karena jam operasionalnya hanya sampai jam 6 sore.

Kalau kita datang dari luar kota dan bergerak keluar bandara, setelah mengambil bagasi kita juga bisa makan dulu kalau jemputan masih lama datangnya. Seperti di berbagai penghubung transportasi di Pulau Jawa, di sini ada Roti O yang siap menyajikan camilan pembunuh waktu. Selain itu, kita juga bisa menuju ke areal UKM yang letaknya lebih dekat ke Stasiun Bandara. Di sana ada beberapa penjual makanan dan pernak-pernik, tapi jumlahnya memang tidak terlalu banyak. Oh ya, buat tim penjemput yang menunggu penumpang, ada KFC juga lho.

Yang menyenangkan dari bandara ini adalah, ada kereta api bandara yang menghubungkan bandara ini dengan kota Yogyakarta. Ini sangat bermaanfaat, karena lalu-lintas jalanan tidak dapat diprediksi. Kalau hujan deras, kendaraan pasti akan berjalan lebih lambat. Kalau ada jalan rusak, atau kecelakaan misalnya, perjalanan dengan kendaraan bisa terganggu. Tapi dengan kereta, waktu tempuh bisa dikatakan dapat diprediksi dengan baik, yaitu sekitar 40 menit. Harga tiketnya pun murah, yaitu Rp 20.000,- per orang.

Saya menghitung waktu jalan kaki saya dari persis setelah turun dari pesawat sampai dengan pintu masuk stasiun kereta bandara. Waktu tempuhnya adalah sekitar 20 menit. Jalan santai sambil melihat-lihat pemandangan di sekitar dan sempat foto-foto sebentar, ya. Ini dengan catatan tidak pakai menunggu bagasi.

Pas masuk ke dalam bandara, ada antrean panjang calon penumpang yang mau beli tiket di mesin otomatis penjual tiket. Untungnya, saya sudah beli duluan tiket kereta bandara melalui aplikasi KAI Access, jadi saya tinggal melenggang ke gate masuk peron. Penumpang baru boleh masuk peron setelah keretanya tiba ya. Masuk ke peron juga antre, karena selalu ada kasus tiket tidak terbaca atau barcode dari aplikasi KAI Access tidak terbaca.

Jadi untuk amannya, kalau beli tiket kereta untuk ke Yogyakarta secara online, sebaiknya beri jarak 1 jam dari kedatangan pesawat (atau lebih kalau bawa bagasi). Kalau beli tiketnya untuk menuju ke bandara, sebaiknya ya berangkatnya 2,5 jam sebelum jadwal keberangkatan.

Nah, waktu saya menuju ke bandara dari kota Yogyakarta, saya naik mobil. Perjalanan menghabiskan waktu lebih dari 1,5 jam. Kebetulan hari itu tidak hujan. Saat itu memang sedang ada perbaikan jalan di sekitaran perbatasan Kulon Progo, tapi secara umum sih, perjalanan cukup lancar.

Bandara ini dibangun di daerah yang rawan tsunami. Oleh sebab itu, di bagian kedatangan ada penjelasan mengenai konstruksi bangunan ini. Di lantai juga ada petunjuk keselamatan jika terjadi bencana, terutama bencana tsunami. Kalau datang kemari, tidak ada salahnya kita melihat dulu penjelasan dan petunjuk keselamatan yang ada.

Sayangnya, bandara ini masih belum operasional penuh. Lift di depan lobby area kedatangan dan keberangkatan masih belum operasional. Jadi banyak penumpang yang datang dari stasiun kereta dan mau naik ke atas ke lobby kedatangan harus membawa kopernya naik tangga ke atas. Kebayang nggak repotnya. Terus tangga penghubung bagian depan lobby rusak karena banyak yang bawa koper berat lewat sini. Terus daerah pengembangan UKM juga relatif masih sepi, belum banyak penjualnya.

Tapi secara umum, bandara ini sudah cukup berfungsi dengan baik dan interiornya juga cukup menarik. Kereta bandara juga sudah berfungsi, jadi ada alternatif transportasi selain mobil atau bus. Semoga kedepannya bandara ini semakin ramai dan semakin berfungsi secara optimal.

0 Komentar:

Posting Komentar