13 Oktober 2022

Beberapa minggu yang lalu, saya diajak untuk mengunjungi keluarga yang tinggal di Yogyakarta. Kebetulan saat itu saya sedang berada di Solo, jadi saya menjadikannya alasan untuk berangkat ke Yogyakarta naik kereta. Kebetulan, saya belum pernah naik KRL (Kereta Rel Listrik) jalur Yogyakarta – Solo. Jadi, ini adalah kesempatan besar untuk saya mencoba moda transportasi ini.

Jalurnya sama seperti jalur kereta pendahulunya, Prambanan Ekspres atau yang sering dikenal sebagai Prameks. Tapi keretanya lebih bersih dan terasa lebih baru. Pengaturan tempat duduknya sama seperti KRL di Jabodetabek, yaitu kursi menempel ke dinding menghadap ke dalam dan area tengahnya luas sehingga bisa menampung penumpang yang berdiri lebih banyak. Tempat duduknya cukup nyaman. Keretanya desainnya menarik. Warnanya didominasi warna merah, dan dihiasi dengan corak batik. Ada juga gambar gunungan di dekat pintu.

KRL Yogyakarta - Solo saat berhenti di Stasiun Lempuyangan.

Sama seperti KRL Jabodetabek, untuk masuk ke stasiun KRL, penumpang harus tap in, dan saat keluar harus tap out. Kartu yang dapat digunakan cukup bervariasi, antara lain BCA Flazz, Mandiri eMoney, dan BNI TapCash. Untuk yang tidak punya kartu uang elektronik, di sini juga ada counter tiket KRL. Di sini calon penumpang bisa beli kartu multi trip (KMT), dan kalau saldonya habis bisa ditopup di counter tiket atau di mesin topup mandiri. Harga sekali perjalanan adalah Rp 8.000,-

Saya naik kereta dari Stasiun Solo Balapan dan turun kereta di Stasiun Lempuyangan. (Waktu kembali ke Solo, naiknya dari Stasiun Tugu Yogyakarta.) Waktu tap in, memang sempat antre. Tapi waktu menunggu kereta di sepanjang peron, penumpangnya masih belum banyak. Memang saya datangnya sekitar setengah jam dari sebelum keretanya datang, makanya masih sepi dan bisa dapat tempat duduk. Padahal ini hari Sabtu pagi. Sama seperti naik KRL di Jabodetabek, jangan pernah berharap dapat kursi. Kalau akhirnya bisa duduk, anggap saja rejeki.

Di stasiun Solo Balapan, untuk ke area KRL, kita harus naik jembatan penyeberangan (sky bridge) yang berada di atas rel. Jembatan ini juga yang menghubungkan antara stasiun Solo Balapan dan terminal Tirtonadi. Jembatan ini sangat membantu, lho. Karena semakin mempermudah orang yang transit dan menggunakan bus, kereta jarak jauh, ataupun KRL. Nanti di tengah jembatan ada penunjuk arah menuju ke gate masuk KRL. Kalau perlu beli tiket, sebelum menuruni tangga menuju ke arah peron, kita bisa melihat counter tiket yang ada di seberang tangga. Sedangkan mesin untuk top up mandiri adanya persis di sebelah gate masuk. Jalur KRL memang terpisah dari kereta lainnya.

Menuju ke peron KRL Solo - Yogyakarta.

Gate masuk KRL di Stasiun Solo Balapan.

Kami berangkat dari Solo Balapan jam 9 pagi dan sampai di stasiun Lempuyangan jam 10 lebih sedikit. Bisa dikatakan, jadwal kereta tepat waktu. Di sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan sawah dan kebun serta pemandangan desa dan kota kecil di sekitaran Jawa Tengah – Yogyakarta. Tentunya itu kalau kami melihat ke arah jendela ya. Kalau melihat ke dalam, yang dilihat ya penumpang lain, soalnya penumpangnya lumayan banyak juga. Banyak penumpang yang naik dan turun di stasiun-stasiun sepanjang jalan. Sampai Yogyakarta, kereta ini cukup penuh.

Di stasiun Lempuyangan, jalur KRL dan jalur kereta biasa masih bercampur. Tidak tahu bagaimana caranya petugas memilah siapa yang berhak naik KRL dan siapa yang tidak. Penumpang KRL perlu tap out di gate keluar, soalnya kalau tidak, dia akan kesulitan untuk menggunakan kartunya di lain waktu. Stasiun Lempuyangan tidak terlalu besar, tapi jumlah penumpang yang naik dan turun di sini lumayan banyak.

Di stasiun Tugu Yogyakarta, juga belum ada pemisah antara KRL dan kereta jarak jauh. Di waktu lain ketika saya datang naik kereta bandara dari Yogyakarta International Airport (YIA), saya bisa langsung bertemu dengan keluarga saya yang sudah datang terlebih dahulu dengan KRL dari Solo. Walau jalurnya berbeda, tapi tidak ada pemisahnya. Kalau habis turun dari kereta bandara saya mau lanjut naik KRL ke Klaten, mungkin bisa langsung ya... (Eh, jadi pertanyaan, bagaimana caranya petugas membedakan antara penumpang gelap KRL yang mengaku-ngaku turun dari kereta Joglosemarkerto dan penumpang yang memang beli tiket kereta Joglosemarkerto dan memang benar turun di Klaten, misalnya?)

Bagian dalam KRL Yogyakarta - Solo.

Yang jelas, KRL berguna untuk banyak orang yang selama ini menggunakan jasa kereta untuk berpergian di sekitaran Solo – Yogya. Karena harganya flat, alias sama untuk semua tujuan, memang lebih baik untuk jarak yang lumayan jauh. Tapi yang paling menguntungkan adalah cepatnya kereta ini. Solo – Yogyakarta bisa ditempuh dengan waktu sekitar satu jam. Lebih baik daripada jalanan yang kadang-kadang macet.

Kalau kapan-kapan saya naik KRL Solo – Yogyakarta lagi, ada dua hal yang ingin saya coba: 1) mencoba apakah KMT Commuterline Jabodetabek bisa dipakai untuk naik KRL Yogyakarta – Solo? Dan 2) apakah Tap Cash BNI saya yang JakLingko bisa dipakai untuk naik KRL ini juga? Kalau suatu saat nanti saya berkesempatan naik KRL, perlu dicoba dua hal ini.

0 Komentar:

Posting Komentar