11 Juni 2014

Bulan Juni adalah bulan yang paling meriah untuk penduduk Jakarta. Tanggal 22 Juni adalah hari yang ditetapkan sebagai hari ulang tahun Jakarta; dan untuk itu, sepanjang bulan Juni pemerintah menggelar berbagai kegiatan untuk memeriahkan perayaan tersebut. Sebagai warga Jakarta, saya juga ingin turut memeriahkan ulang tahun Jakarta tersebut. Jadi, dari pertengahan Juni hingga pertengahan Juli nanti, saya akan membahas tentang Jakarta di blog saya. Walaupun kegiatan yang saya tuliskan mungkin tidak dilakukan pada waktu ulang tahun Jakarta, namun paling tidak menunjukan kepedulian terhadap tempat-tempat wisata dan tujuan jalan-jalan yang ada di Jakarta.

Kawasan Kota Tua Jakarta di Tanggal Merah


Apa yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta? Orang mengenal dengan baik Museum Bank Mandiri, Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah), dan museum-museum lain yang ada di daerah Kota Tua. Tapi museum-museum tersebut tutup di hari Senin dan Hari Raya. Nah ... kalau ada tanggal merah, buat apa kita jalan-jalan ke kawasan Kota Tua?
Jangan salah! Di tanggal merah, atau hari raya, kawasan Kota Tua tetap ramai pengunjung. Dan, walaupun museum tutup, masih banyak hal-hal yang bisa kita lihat dan kita lakukan di sana. Saya menyempatkan diri berjalan-jalan di tanggal 27 Mei yang lalu, saat perayaan Isra Mi’raj. Di luar dugaan saya, kawasan Kota Tua ramai dipenuhi orang. Apa saja yang mereka lakukan?

1.       Wisata Kuliner

Hal yang menyenangkan dari Kota Tua adalah, ada banyak pilihan makanan. Dulu, satu-satunya tempat makanan di daerah situ hanya Cafe Batavia yang harga makanannya sudah seratus ribuan per porsi. Sekarang ada banyak jajanan di areal lapangan Fatahillah. Yang mudah ditemui adalah penjual batagor, cilok, dan cimol. Di depan Museum Wayang, ada ibu-ibu yang jualan pecel sayuran dan mie tradisional. Ada soto mie dan kerak telor. Di depan Restoran Batavia, ada penjual buah-buahan, es kelapa, dan es buah.
Pecel sayuran dan mie tradisional.
Mau cari makanan yang lebih mengenyangkan? Tengok-tengok saja di lorong-lorong di sebelah selatan areal Kota Tua (di sebelah Museum Wayang, atau di sebelah restoran Bangi Kopitiam). Di sana berjajar warung-warung seperti warung mie ayam, soto, dan lain-lain. Ada juga Alfamart dan Indomart di areal Kota Tua.
Untuk rumah makan, kalau berminat merasakan nuansa Batavia, boleh mempersiapkan dompet untuk masuk ke Cafe Batavia. Restoran ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sementara gedungnya sudah berusia lebih dari 200 tahun. Selain restoran ini, juga ada restoran-restoran lain di jalur “masuk” ke Taman Fatahillah dari arah Museum Bank Mandiri. Salah satunya adalah Restoran Bangi Kopitiam.

2.       Belanja

Penjual pernak-pernik jumlahnya puluhan di sini. Dari penjual gelang, kalung, kaca mata, topi, lukisan, sampai dompet, karya seni, dan lain sebagainya. Ada juga yang menawarkan tatoo. Melihat-lihat barang-barang yang ada saja kadang sudah cukup memenuhi rasa ingin tahu. Tapi kalau berminat, tidak ada salahnya membeli.
Jalan menuju Pelataran Fatahillah yang dipenuhi penjual.

3.       Happening Art

Komunitas Manusia Batu juga ada saat saya jalan-jalan ke sana. Dari jauh, mereka terlihat seperti batu berbentuk manusia. Tapi kalau Anda dekati dan mencoba memfoto, dia akan menoleh ke Anda dan tersenyum. Hiii ... Nggak, kok. Itu manusia betulan. Mereka adalah orang yang dicat berwarna-warni (kuning emas, atau putih, atau hijau) dan mematung selama beberapa menit. Atraksi mereka yang berdiri membatu di bawah terik matahari sering mengundang decak kagum orang-orang yang lewat.
Salah satu atraksi Komunitas Manusia Batu.
Ada juga atraksi lain, seperti misalnya tengkorak menari dangdut, atau kadang kala juga ada seniman jalanan yang berkreasi unik. Waktu saya datang, di depan Museum Sejarah Jakarta sedang dibangun tenda untuk persiapan kegiatan di hari Sabtu dan Minggu. Jadi ada beberapa atraksi yang berpindah dari posisi biasanya karena harus memberi tempat kepada tenda ini.

4.       Bersepeda onthel

Ini adalah atraksi yang paling populer. Anda akan dengan mudah melihat jajaran sepeda onthel, sering kali berwarna warni. Di beberapa tempat, persewaan sepeda juga menyediakan topi lebar yang serasi dengan sepedanya. Jadi pengunjung yang hendak mencoba sepeda tidak perlu mencari-cari topi untuk melindungi diri dari terik sinar matahari.
Persewaan sepeda onthel.
Ada juga yang menyediakan tour keliling Kota Tua dengan sepeda onthel. Tour yang ini tidak hanya seputaran pelataran Fatahillah, namun juga berkeliling sampai ke Jembatan Kota Intan dan area lain di sekitaran Kota Tua.

5.       Baca buku

Mau duduk-duduk sambil baca buku? Tapi lupa membawa buku? Ada perpustakaan rakyat di situ. Bentuknya tenda, dan duduknya ya di atas terpal. Layanan publik ini hanya buka di hari Sabtu, Minggu, dan hari besar saja. Lumayan juga kalau sekedar mau beristirahat setelah berjalan-jalan, sambil menimba ilmu.
Layanan perpustakaan umum.

6.       Fotografi

Sebenarnya saya merindukan Kawasan Kota Tua yang lengang dan tenang. Tujuh tahun yang lalu, saya duduk tenang di tangga salah satu museum dan menggambar gedung-gedung di sekitaran pelataran Fatahillah. Sekarang, sulit sekali melihat detil-detil bangunan tanpa melongok-longok karena ada orang-orang lewat yang menutupi pandangan.
Pelataran Fatahillah yang ramai.
Tapi memang, dengan banyaknya orang, justru menambah obyek-obyek lukisan yang bisa dituangkan ke atas kertas. Untuk penggemar fotografi, daerah Kota Tua sampai sekarang tetap menjadi salah satu tempat favorit untuk melatih kemampuan mengambil gambar. Hanya saja, hati-hati memfoto, ada beberapa orang yang sengaja memasang barang-barang unik dan meminta bayaran kalau ada yang memfoto barang-barang tersebut. Jadi tengok-tengok dulu sebelum menjepret.

Jadi, tanggal merah? Museum tutup? Tidak masalah. Kawasan Kota Tua Jakarta tetap layak menjadi tujuan wisata!

0 Komentar:

Posting Komentar