20 Juni 2014

Pesta Rakyat Jakarta di Monas sudah selesai minggu lalu. Pesta Rakyat Jakarta yang merupakan kegiatan gratis ini diselenggarakan dari tanggal 10 hingga 15 Juni 2014 di pelataran Monas. 
Monas di malam hari.
Jujur saja, saya pun sempat penasaran dengan kegiatan tersebut. Maka Jumat minggu lalu, tanggal 13 Juni 2014, saya dan teman-teman iseng mendatangi pesta rakyat tersebut. Tentunya, untuk menghindari penuh sesaknya pengunjung dan ketidaknyamanan karena cuaca yang panas (atau hujan), maka kami datang ... jam 10 malam. Dan jangan salah, Jumat malam bukan waktu dimana penduduk Jakarta tidur cepat! Pesta Rakyat Jakarta jam 10 malam juga tetap penuh dan ramai – walau tentu saja tidak sepadat siang hari.
Penjual mainan dan hiasan yang menyala-nyala.
Malam hari, sebagian besar penjual di tenda-tenda sudah beres-beres lapak. Bahkan ada yang sudah meninggalkan area. Di kiri-kanan tenda-tenda putih, sudah bertumpuk sampah sisa-sisa pengunjung. Heran juga, acara seramai ini, tapi tim kebersihannya kurang banyak. 
Melewati tenda putih, kami tiba di bagian dalam pelataran Monas. Di situ ada banyak penjual mainan dan pakaian menawarkan dagangan. Karena malam hari, yang menarik adalah penjual mainan yang menyala-nyala. Ada juga pedagang kerak telor – jajanan yang selalu ada di tempat-tempat wisata Jakarta.
Panggung rakyat. Puncak acara Pesta Rakyat Jakarta.
Waktu saya mengelilingi areal Monas, saya menemukan ada tiga panggung pertunjukkan. Jam 10 mungkin adalah menit-menit terakhir pertunjukkan, karena saya hanya sempat melihat satu panggung – dan tidak mendapatkan pertunjukkan di dua panggung lainnya. Di panggung yang sempat saya lihat, sedang ada pertunjukkan dangdut. Orang banyak berkerumun di depan panggung. Pedagang-pedagang juga ada yang ikut-ikutan berkerumun, menjajakan minuman. Di antara penonton, ada saja yang menggelar pertunjukkan sendiri, seperti perlombaan catur atau lomba mendirikan botol dengan tali.
Lomba catur di antara penonton dangdut.
Yang unik, di salah satu sudut areal pelataran Monas, ada juga permainan anak-anak a la pasar malam. Ada komidi putar, ada ferris wheel kecil (itu apa bahasa Indonesianya, yah?), dan ada juga permainan sejenis Kora-Kora Dufan (ukuran kecil juga).
Pesta rakyat kurang lengkap tanpa permainan khas pasar malam.
Mungkin kalau siang hari pesta rakyat ini lebih meriah. Tapi, membayangkan keadaan yang penuh sesak dan padat, sepertinya berkunjung di malam ini saja cukup. Saya pulang lewat Stasiun Gambir, yang menurut saya sudah semakin rapi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selamat malam!

0 Komentar:

Posting Komentar