20 September 2014

Sekitar dua bulan yang lalu, saya dan beberapa teman berkesempatan untuk jalan-jalan ke Vietnam. Tepatnya, pada tanggal 26 Juli – 3 Agustus 2014. Ada tiga kota yang dikunjungi: Hue, Hoi An, dan Ho Chi Minh. Kota pertama yang kami jelajahi adalah Hue.
Hue dulunya adalah ibu kota kerajaan pada masa pemerintahan Dinasti Nguyen. Dinasti Nguyen adalah dinasti kekaisaran terakhir di Vietnam (berkuasa tahun 1802 – 1945), jadi relatif masih baru. Sisa-sisa dari kebesaran kota ini antara lain adalah Citadel, yaitu kompleks yang dulunya adalah istana pada jaman Dinasti Nguyen, dan Royal Tombs, yaitu beberapa kompleks makam para kaisar jaman dahulu. Kota ini tercatat sebagai Warisan Budaya UNESCO pada tahun 1993. Hingga saat ini keturunan dari Dinasti Nguyen masih hidup dan tinggal di pengasingan di Perancis.
Gerbang timur dari The Citadel, kompleks istana kaisar jaman dahulu.
Setelah Vietnam menjadi negara komunis, kejayaan Hue meredup. Posisinya berubah menjadi kota biasa yang tidak terlalu tersentuh oleh modernisasi hingga akhir-akhir ini. Nampaknya, baru saat kami datang, kota ini baru mulai menggeliat untuk menggapai kembali kejayaannya. Waktu pertama kali tiba di kota Hue dan diantar dari bandara ke hotel, kami melewati suatu area perumahan yang nampak baru, dimana masih banyak tanah kosong. (Bayangkan daerah perumahan di Cibubur dua belas tahun yang lalu.) Mungkin lima tahun lagi Hue sudah menjadi kota bisnis dan pariwisata yang ramai dengan banyak perumahan baru.

 

Tujuan Wisata di Hue


Karena dulunya adalah kota kerajaan, maka di sini ada banyak sekali situs historis yang bisa menjadi tempat wisata. Ada kompleks istana, kompleks makam kaisar, gedung-gedung bersejarah, kebun atau taman bersejarah, dan juga pusat turisme modern seperti pasar dan wisata kuliner. Berikut adalah tempat-tempat yang kami kunjungi selama dua hari kami tinggal di sana.


Hue Imperial City (The Citadel)

Ini adalah kompleks istana kekaisaran pada jaman Dinasti Nguyen. Pada saat Perang Vietnam di tahun 1960-an, kompleks ini hancur akibat serangan dari pihak-pihak yang berperang, baik dari pihak Vietnam Utara maupun dari pihak Vietnam Selatan dan tentara Amerika. Posisi Hue yang strategis, yaitu dekat dengan perbataran Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menyebabkan tempat ini menjadi rebutan di antara kedua kekuatan tersebut. Di saat ini, sebagian kompleks istana ini sudah hancur dan sulit untuk diperbaiki lagi. 
Salah satu bagian dari The Forbidden Purple City yang tersisa.
Waktu masuk ke bagian dalam dari areal istana yang luasnya sekitar 4 km2 ini, praktis hanya ada reruntuhan gedung yang sudah sulit diduga wujud aslinya. Bagian dalam ini, juga disebut sebagai The Forbidden Purple City, dulunya adalah wilayah terbatas yang hanya boleh dimasuki oleh Kaisar dan orang-orang terpilih. Disebut "Purple" karena warna ungu adalah warna kekaisaran jaman dulu. Di salah satu selasar yang tersisa, dipasang foto-foto pada jaman istana ini masih lengkap dan digunakan sehari-hari. Sayang sekali, istana yang dulunya begitu mewah dan penuh dengan ukir-ukiran sekarang sudah hampir-hampir tidak ada sisanya lagi. Hanya ada beberapa bangunan dan bagian saja yang masih bisa dikunjungi.
Pada saat saya berkunjung, kompleks ini sedang direnovasi. Menurut Wikipedia, renovasi ini sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu, dan diharapkan selesai di tahun 2015. Untuk masuk, para pengunjung harus membayar tiket masuk seharga 105.000 Dong. Di dalam kompleks ini juga ada beberapa pertunjukan seni (jadwal tertentu), serta ada museum dan toko suvenir.


Thien Mu Pagoda

Thien Mu Pagoda.
Pagoda ini berada di tepi Perfume River, yang merupakan salah satu icon dari Kota Hue. Thien Mu Pagoda jaraknya hanya 15 menit dengan mobil dari Hue Imperial City. Pagoda ini didirikan di tahun 1601, oleh salah satu nenek moyang dari para kaisar Dinasti Nguyen. Di belakang pagoda ini ada kuil yang sampai sekarang masih digunakan oleh para pengikut agama Budha di situ. Sayang sekali, pagoda ini tidak dapat dimasuki. Jujur saja, kami tidak sampai sepuluh menit berada di areal pagoda ini. Masuk ke area pagoda, gratis.


Tu Duc Tomb

Ini adalah kompleks makam dari salah satu kaisar Dinasti Nguyen yang bernama Kaisar Tu Duc. Kompleks seluas 12 hektar ini dibagi menjadi dua areal, yaitu areal kuil (Temple Area) dan areal makam (Tomb Area). Kompleks ini dianggap sebagai kompleks makam kaisar yang paling indah, karena memiliki beberapa taman dan kolam yang melambangkan gunung dan sungai.
Prasasti yang berisikan autobiografi Kaisar Tu Duc (di dalam bangunan).
Pada umumnya, kompleks makam juga digunakan oleh tempat peristirahatan atau kadang-kadang tempat tinggal kaisar di hari tua. Jadi, di kompleks makam biasanya juga ada bangunan tempat tinggal kekaisaran, tempat para selir dan pelayan keluarga. Di Tu Duc Tomb, ada bangunan tempat peristirahatan kaisar, ruang teater tradisional Vietnam, kuil tempat berdoa, dan tentu saja mausoleum tempat peristirahatan terakhir sang Kaisar. Di sini juga terdapat prasasti batu terbesar di Vietnam, yang berisikan autobiografi Kaisar Tu Duc.
Bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks ini nampak tua, dan ada beberapa bagian yang nampak kurang terawat. Akan tetapi secara keseluruhan kompleks ini terlihat asri dan bersih. Di sekitar bangunan-bangunan utama, terdapat hutan pinus yang menambah keindahan kompleks kuburan ini. Harga tiket 80.000 Dong.


Minh Mang Tomb

Areal makam ini adalah tempat peristirahatan terakhir Kaisar Minh Mang. Kompleks ini sering juga disebut sebagai Hieu Tomb. Kompleks seluar 28 hektar ini berbentuk oval, dengan batas terluarnya berupa tembok sepanjang 1700 meter. Jaraknya dari kota Hue sekitar 1 jam dengan menggunakan mobil.
Salah satu bagian dari Minh Mang Tomb.
Areal ini dikenal dengan bentuk area yang hampir-hampir simetris. Penataan bangunan di sini menunjukkan adanya perencanaan yang detil. Dibandingkan dengan kompleks makam lainnya, Minh Mang Tomb termasuk yang paling terawat dan paling bersih. Padahal, kompleks ini termasuk yang tertua diantara kompleks pemakaman lainnya.
Pusat dari kompleks ini adalah kuburan sang Kaisar, yang berada di balik tembok dengan gerbang yang tidak pernah dibuka sejak upaca penguburannya. Di sekelilingnya, ada beberapa danau dan kolam. Dari gerbang ke gerbang kuburan, ada satu jalan batu lurus yang menjadi garis poros dari keseluruhan kompleks. Hampir semua bangunan dibangun secara harmoni di sekitar jalan utama ini. Harga tiket 80.000 Dong.


Khai Dinh Tomb

Kaisar Khai Dinh adalah kaisar yang memiliki kedekatan politis paling tinggi dengan Perancis dibandingkan dengan kaisar-kasiar lainnya. Oleh sebab itu, tidak heran kompleks makamnya tidak hanya memiliki unsur arsitektur Vietnam dan Cina, namun juga unsur arsitektur Eropa. Berbeda dengan kompleks makam lain yang saya kunjungi, kompleks ini tidak luas, tidak dikelilingi areal hutan atau taman yang luas. Gedungnya sudah sudah terlihat dari pinggir jalan.
Khai Dinh Tomb.
Dari jalan, pengunjung harus menaiki tangga untuk bisa melewati gerbang utama yang ukurannya besar. Dari situ, pengunjung yang akan ke makam harus naik beberapa tingkatan lagi sebelum bisa mencapai bangunan peristirahatan terakhir. Tidak ada makam yang indah dan luas, tidak ada kolam atau danau. Semuanya adalah lantai batu. Kelebihan kompleks makam ini adalah detil hiasan di gedung yang masih terawat dan indah. Bagian dalam bangunan makamnya dipenuhi dengan hiasan mosaik porselin yang warnanya cerah ceria. Rasanya warna porselin ini masih sama seperti saat pertama kali dipasang. Soal keindahan, dibandingkan kompleks makam yang sudah ada sebelumnya, bagian dalam gedung ini memang tidak ada duanya.
Di dekat mausoleum, ada tempat penjualan buku-buku sejarah Vietnam (dalam bahasa Vietnam) dan juga sebuah televisi jadul yang memutar film tentang sejarah Dinasti Nguyen. Tiket masuk harganya 80.000 Dong.


Nam Giao Esplanade

Tempat ini bukan tempat yang umum didatangi turis, karena tidak ada bangunan yang indah atau karya seni yang menarik. Di sini hanya ada sebuah piramid pendek tempat pemujaan para dewa dan hewan kurban di jaman Dinasti Nguyen. Saat kami datang, masih ada penduduk lokal yang memasang meja persembahan dan menaruh sesajen berupa buah-buahan dan makanan di kompleks ini. Setiap tahunnya, di sini dilakukan upacara kebudayaan sebagai bagian dari Festival Hue dua tahunan.
Foto-foto di Nam Giao Esplanade.
Kami datang ke sini karena tempatnya masih sejalan dengan perjalanan menuju salah satu kompleks makam. Walaupun tidak ada bangunan, tempat ini nyaman untuk didatangi karena teduh. Kompleks ini adalah salah satu sisa peninggalan dari pemerintahan Dinasti Nguyen yang tidak mengalami banyak perubahan hingga saat ini. Tentu saja karena bangunannya minimal, tempat ini tidak menjadi kancah perebutan kekuasaan saat terjadi perang. Mungkin pertikaian antar pasukan di sini tidak terlalu banyak, sehingga tidak ada kerusakan yang berarti di masa perang tersebut.
Yang menarik di sini adalah hutan pinus yang tertata rapi mengelilingi piramid tempat persembahan. Karena tempatnya bersih dan rapi, tempat ini enak untuk duduk-duduk dan foto-foto. Kalau bisa membandingkan tempat ini di musim yang berbeda-beda, mungkin menarik juga. Untuk masuk, tidak dipungut biaya apapun.


Dong Ba Market

Sesuai dengan namanya, ya ini adalah pasar. Dong Ba Market adalah pasar terbesar di Hue. Di sini orang bisa mencari berbagai macam barang, mulai dari oleh-oleh berupa pernak-pernik, pakaian jadi, tukang jahit baju, makanan tradisional, sepatu, perhiasan, emas, barang elektronik, dan lain-lain. Kalau dibandingkan dengan pasar di Ho Chi Minh, untuk pernak-pernik jelas pasti lebih murah di sini. Maklum, walaupun besar, tetap saja ini pasar di kota kecil.
Salah satu penjual makanan tradisional di pasar Dong Ba.
Pasar Dong Ba terdiri dari bagian yang berupa gedung bertingkat dan pasar “becek” dengan warung-warung dan lapak pinggiran. Saat kami tiba di sini, hujan deras. Jadi kurang asyik untuk berjalan-jalan di bagian “becek”. Tapi kalau ke bagian gedung, kurang afdol juga – ngapain jauh-jauh ke Vietnam kalau ketemunya mall sejenis ITC. Jadi kami memutuskan untuk bertengger di sebuah warung jajanan tradisional. Lumayan juga, sekali nongkrong, kami sudah mencobai banyak makanan tradisional Vietnam. Harganya pun lumayan. Per orang membayar 70.000 Dong dan itu sudah makan kenyang plus minum teh tawar sepuasnya!


Perfume River

Perfume River adalah salah satu landmark kota Hue. Atraksi yang paling ditonjolkan di sini adalah naik Dragon Boat di Perfume River, melewati bagian depan Citadel. Naik kapal di malam hari sama bagus pemandangannya dengan di siang hari.
Menjelang sunset di tepi Perfume River.
Untuk catatan, di sepanjang sungai ini banyak terjadi turis mengalami penipuan ataupun “dipaksa” untuk menaiki kapal dengan harga mahal. Kamipun juga sempat “dihadang” oleh seorang ibu-ibu yang memaksa kami untuk menaiki sebuah kapal dengan biaya 100.000 Dong per orang. Padahal kapal itu biasa saja. Untungnya, salah satu orang teman sudah browsing di internet dan memaksa agar kami mendapatkan harga 20.000 Dong per orang. Akhirnya si ibu itu mengalah dan kami berempat naik ke kapal. Selain kami, ada dua orang remaja yang juga ikut naik menjadi penumpang di kapal. Karena itu bukan tempat naik kapal yang resmi, kami jadinya harus melewati ilalang dan melompati pinggiran sungai yang sepertinya mau runtuh (!) untuk bisa nak ke kapal.
Untung saja pemandangan di Perfume River malam hari boleh juga. Jadi, perjalanan selama 30 menit ini tidak membosankan. Untuk harga yang kami bayar, sudah pasti tidak ada makan malam maupun pertunjukan seni. Kapal kami tadi adalah kapal yang sedang mengantre untuk membawa pengunjung yang membeli tiket di booth resmi Dragon Boat. Saya baru tahu ada tempat pembelian tiket resminya saat jalan kaki pulang ke hotel. Kalau Anda nantinya berkesempatan ke Hue, mendingan jalan-jalan dulu di sepanjang sungai jadi bisa melihat-lihat dan membanding-bandingkan penawaran Dragon Boat itu. Percayalah, tidak rugi untuk melihat-lihat dulu, karena di sepanjang sungai, ada banyak sekali Dragon Boat berjajar. Kalau beli di tempat resminya, bisa membeli paket makan malam sekaligus menonton pertunjukan musik tradisional di atas kapal.
Truong Tien Bridge yang warna-warninya dipantulkan oleh Perfume River.
Menurut browsing di internet, kalau mau menyewa kapal seharian atau setengah hari, bisa juga langsung ke pemilik kapal (atau lewat makelar kalau pas ketemu seperti kami), tapi hati-hati karena harganya sangat bervariasi. Kalau berminat untuk pergi ke banyak tempat dalam satu hari, mendingan sekalian sewa mobil yang bisa kemana-mana daripada kena harga mahal naik kapal.


Truong Tien Bridge

Ini adalah salah satu jembatan yang menyeberangi Perfume River. Jembatan besi ini dirancang oleh Pak Eiffel (yang merancang menara Eiffel di Paris) dan sudah beroperasi sejak tahun 1899. Jembatan ini terlihat menarik di waktu malam karena cahaya lampu yang berwarna-warni. Di pinggiran jembatan ada tempat khusus pejalan kaki sehingga orang bisa menyeberang sungai tanpa terganggu oleh sepeda motor yang seringkali jalan seenaknya.


Pasar Malam di sepanjang Perfume River

Pasar malam di sepanjang Perfume River. Yang di atas gambar itu bagian dari Truong Tien Bridge.
Karena kami datang di hari Sabtu, maka kami masih sempat menikmati pasar kaget akhir pekan di sepanjang Perfume River. Ada banyak pedagang, antara lain pedagang baju, makanan tradisional, buah-buahan, kerajinan tangan, jam tangan, bahkan juga lampu duduk. Pasar kaget ini ramai sekali dan kami harus berdesak-desakan dengan penduduk lokal untuk melewatinya. Di sini kami masih menyempatkan diri untuk mencicipi kue dadar tradisional yang dibakar di atas arang.
(bersambung)

0 Komentar:

Posting Komentar