15 April 2015

Perahu naga di Setu Babakan.

Daerah yang dikembangkan sebagai perkampungan budaya Betawi ini memang sedang naik daun. Dulunya, Setu Babakan hanya tempat wisata bagi penduduk di daerah Jagakarsa. Sekarang, penduduk Jakarta dan sekitarnya juga sudah tertarik untuk mengunjungi kawasan wisata cagar budaya  ini.
Setu Babakan, atau Situ Babakan, sebenarnya adalah danau buatan yang terletak di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Letaknya di tengah perkampungan dan agak jauh dari jalan raya, sehingga memang tidak terlalu bersahabat dari segi transportasi umum. Untuk pengguna mobilpun, perlu perjuangan ekstra untuk datang ke tempat ini karena harus melewati jalan di tengah perkampungan yang tidak terlalu lebar. Akan tetapi, ketika sudah tiba di Setu Babakan, duduk-duduk di pinggir danau sudah cukup untuk menghilangkan penatnya perjalanan menuju kemari.
Jajaran warung dengan hidangan khas Jakarta.
Sejak tahun 2001, daerah Setu Babakan dijadikan perkampungan budaya Betawi. Diharapkan, daerah ini menjadi etalase budaya Betawi yang membantu mempertahankan kelestarian budaya penduduk asli Jakarta ini. Dari tahun ke tahun, kawasan Setu Babakan semakin bebenah. Sekarang, sebagian besar jalan yang menuju dan mengelilingi situ-situ (danau) sudah dipaving sehingga tidak becek jika hujan. Warung-warung juga semakin banyak, dan banyak dibangun bangunan baru.
Sebagai pusat kebudayaan Betawi, pengunjung dapat melihat bentuk asli rumah Betawi sekaligus menikmati kebudayaan khas Betawi. Setiap hari Minggu, diselenggarakan pentas kebudayaan Betawi. Marawis dan Lenong Betawi adalah contoh sajian acara yang dapat dilihat di sini. Biasanya kegiatan ini dilakukan di Minggu siang, sekitar jam 13:30 sampai selesai. Kegiatan diselenggarakan di panggung utama, di tengah kampung budaya Betawi. Di luar kegiatan, panggung ini juga dipakai untuk latihan tari sanggar-sanggar kebudayaan setempat atau untuk acara pemuda sekitar.
Salah satu rumah tradisional Betawi.
Selain acara panggung, pengunjung juga dapat merasakan makanan-makanan khas Betawi. Soto Betawi dan kerak telor adalah salah satu yang mudah dijumpai di sini. Toge goreng dan bir pletok juga dijual. Tentu saja, jenis-jenis makanan lain juga tersedia, misalnya soto mie Bogor atau bakso. Untuk yang ingin membeli baju khas Betawi atau souvenir khas Betawi, tersedia beberapa toko yang menjual barang-barang bernuansa Betawi. Bahkan, di sekitaran danau juga ada rumah batik Betawi. Buat yang bawa keluarga, sepeda air dan keliling danau naik perahu naga bisa menjadi penghibur anak-anak.
Wisata air di Setu Babakan.
Kabarnya, di kampung penduduknya (yang kampung beneran yah) ada homestay yang dimana wisatawan bisa merasakan hidup di tengah budaya Betawi. Kalau waktu Lebaran, sepertinya asyik banget yah, merayakan kemenangan dengan hidangan khas Betawi. Sayangnya saya tidak pernah benar-benar mencari tahu, yang mana rumah yang bisa menjadi homestay. Kalau cuma punya waktu sebentar untuk berkunjung kemari dan ingin merasakan nuansa Betawi, boleh mampir ke toko khusus yang berjualan lagu-lagu khas Betawi, termasuk lagu-lagu Benyamin S.
Tempat nongkrong.
Kebetulan hari saya berkunjung ke Setu Babakan adalah hari libur yang jatuh di hari Jumat. Akhir pekan panjang, maksudnya ... Jadi, saya tidak kaget saat menjumpai kawasan ini penuh dengan remaja tanggung yang nongkrong di warung atau duduk di atas sepeda motor. Memang, meski diperkenalkan Pemerintah sebagai pusat kebudayaan Betawi, Setu Babakan tetap lebih dikenal masyarakat sebagai tempat nongkrong anak muda. Walaupun tepian danau dipenuhi remaja-remaja yang duduk-duduk, kampung budayanya sendiri (kompleks rumah-rumah khas Betawi) tetap saja tidak terlalu ramai.

 

Menuju ke Setu Babakan dengan Kendaraan Umum

Gerbang utama Setu Babakan.
Untuk bisa mencapai gerbang utama Setu Babakan (Pintu Masuk 1 Bang Pitung), hanya ada dua kendaraan umum yang dapat digunakan, yaitu:

  • Bus Kopaja S616 (Blok M – Cipedak) 
  • Angkot biru D128 (Depok – Warung Sila)

Jadi demi amannya, kalau memang minat pakai kendaraan umum, ambil kendaraannya di terminal Depok atau terminal Blok M.
Update 24 Februari 2018: Sudah ada Feeder Transjakarta yang bisa mengantar kita ke Setu Babakan. Untuk selengkapnya, silakan baca di sini.

Untuk pengguna KRL atau Commuter Line, bisa turun di Stasiun Tanjung Barat dan ambil Kopaja S616, karena Kopaja S616 lewat Jl. Raya Pasar Minggu dan Jl. Raya Lenteng Agung. Sebetulnya bus ini juga lewat Pasar Minggu, tapi karena bus ini masuk terowongan (underpass), jadi kalau mau ambil bus ini dari stasiun/terminal Pasar Minggu jalannya lumayanlah (harus jalan sampai ke ujung terowongan). Oh ya, ada alternatif yang lebih praktis, yaitu turun di Stasiun Universitas Pancasila terus naik ojek, karena itu sudah dekat.
Jalan kampung menuju Setu Babakan.
Nah, dari gerbang utama (Pintu Masuk 1 Bang Pitung), pengunjung tinggal berjalan kaki menuju danau. Jarak jalannya sekitar 300 meter atau kurang dari  15 menit. Sepanjang perjalanan, wisatawan bisa melihat suasana kampung pinggiran kota Jakarta. Rumah-rumah dengan pekarangan, jalan yang tidak terlalu lebar, dan anak-anak yang terlihat bersepeda atau berlari-larian. Sebenarnya, begitu mendekati kawasan wisata ini, sebelum turun bus pun, nuansa kampungnya sudah terlihat: jumlah pengendara motor yang tanpa helm lebih banyak dibandingkan yang pakai helm!

0 Komentar:

Posting Komentar