16 Januari 2016

Di liburan saya yang singkat akhir tahun lalu, teman saya yang baik hati sudah mengaturkan perjalanan menuju dua tempat wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dua tempat yang jaraknya lumayan jauh satu sama lain ini adalah Pantai Kolbano dan Air Terjun Oehala. Kami berangkat dari Kupang sekitar jam 7 pagi dengan mobil sewaan. Rencananya, malam harinya nanti, kami tidak kembali ke Kupang melainkan menginap di Soe. Asyik, kan?

Pantai Kolbano

Fatu'un. Pantai Kolbano.
Pantai Kolbano adalah pantai yang terletak di Desa Kolbano, yang berada di bagian selatan dari Pulau Timor. Perjalanan dari Kupang ke Pantai Kolbano memakan waktu sekitar 3 jam. Tentunya perjalanan selama itu tidak terlalu terasa karena sepanjang jalan kami terus-menerus disuguhi dengan pemandangan yang indah.
Pantai Kolbano bukan pantai berpasir putih nan halus ataupun pantai dengan jajaran pohon kelapa yang merayu-rayu. Keistimewaan pantai ini terletak pada hamparan batu-batu berwarna-warni, seperti yang biasa terlihat menghiasi aquarium. Tidak salah, karena memang Pantai Kolbano adalah salah satu tempat orang menambang batu hias.
Batu-batu yang bertebaran di sepanjang pantai Kolbano, umumnya memiliki corak yang menyerupai patahan seperti batu marmer. Tetapi ada juga yang coraknya seperti kue lapis. Warnanya bisa putih, putih kemerahan, merah hati, hitam, atau kuning. Ukurannya juga macam-macam, dari yang sebesar kerikil hingga yang besarnya sebola tenis.
Batu-batu berwarna-warni, khas Pantai Kolbano.
Sebenarnya, yang disebut pantai Kolbano adalah garis pantai di sepanjang Desa Kolbano. Tetapi yang biasanya menjadi tempat wisata adalah area pantai yang disebut sebagai Fatu’un. Ciri khas pantai wisata ini adalah batu karang besar yang mudah dipanjat. Kabarnya, karena pantai ini menghadap ke arah selatan, maka orang bisa menikmati matahari terbit dan matahari tenggelam dari tempat yang sama. Dan, batu karang besar tadi adalah salah satu spot yang disukai orang-orang untuk mengabadikan pergantian antara gelap dan terangnya hari.
Di Pantai Kolbano tidak ada warung yang berjualan makanan. (Entah karena saat itu bertepatan dengan hari Natal atau memang tidak ada yang jualan.) Satu-satunya tempat makan terdekat adalah sebuah warung Jawa Timuran yang jaraknya sekitar 10 menit naik mobil dari Fatu’un.
Untung, di tepi pantai ada anak-anak yang bersedia mencarikan kelapa muda untuk mengganjal perut. Cara makan dan minum kelapanya pun luar biasa. Tidak ada sedotan dan tidak ada sendok. Buah kelapa segar dilubangi dengan parang, dan kami langsung minum dari lubang tersebut. Airnya menetes-netes sampai ke baju? Ya sudah lah ... Setelah airnya habis, kelapa kemudian dibelah, dan serpihan kulit kelapa yang ada dapat dijadikan sendok untuk mengeruk daging kelapa. Rasanya? Enak banget!!!
Sisi lain dari Pantai Kolbano.
Buat yang mau wisata ke Pantai Kolbano, disarankan untuk bawa bekal makan supaya tidak kelaparan. Lebih baik sewa mobil karena angkutan umum relatif jarang. Di sekitar Pantai Kolbano tidak ada penginapan. Jadi, harus siap-siap menginap di rumah penduduk kalau mau mengejar sunrise. Kalau hanya ingin menikmati keindahan pantai di siang hari, bisa menginap di Soe atau Kupang.
Oh ya, untuk berkunjung ke Fatu’un Pantai Kolbano, sebaiknya menyiapkan biaya parkir mobil Rp 10.000,-, biaya untuk buah kelapa Rp 5.000,- per butir, biaya potong kelapa Rp 5.000,- dan biaya kebersihan (untuk anak-anak yang membersihkan sisa-sisa kelapa) Rp 5.000,-

Air Terjun Oehala

Berfoto di tingkatan atas air terjun Oehala.
Air terjun ini letaknya cukup dekat dengan Kota Soe, sekitar setengah jam dengan mobil. Kota Soe sendiri adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang terletak di dataran yang cukup tinggi. Karena air terjun Oehala letaknya cukup dekat dengan Kota Soe, tempat ini menjadi tempat wisata wajib bagi semua orang yang berkunjung ke Soe.
Walau saya datang di hari Natal, air terjun Oehala tetap dikunjungi oleh cukup banyak wisatawan. Namun demikian, warung-warung di sekitaran tempat parkir tidak banyak yang buka. Mungkin para pedagang sedang merayakan Natal bersama keluarga.
Air terjun Oehala disebut-sebut istimewa karena air terjun ini terdiri dari tujuh tingkatan. Jarak antara tingkatan satu ke tingkatan lainnya tidak sama. Berhubung saat kami tiba di sana hari sudah cukup sore dan sedikit gerimis, maka kami tidak bisa lama-lama duduk-duduk di situ. Padahal, suasana di sekitar air terjun Oehala yang masih alami dan rindang cukup membuat saya merasa betah di sana. Hanya sampah dari pengunjung yang kadang-kadang terlihat di antara rerumputan dan akar pohon saja yang cukup mengganggu.
Air terjun teratas di antara barisan Air Terjun Oehala.
Untuk mencapai air terjun, pengunjung harus menuruni tangga yang cukup curam dari tempat parkiran. Tangga yang tidak nampak terawat ini paling tidak masih membantu pengunjung untuk dapat mengakses keseluruhan tingkatan air terjun. Di setiap tingkatan air terjun terdapat semacam kolam dimana pengunjung bisa berendam. Kalau untuk berenang, sepertinya tidak cocok karena airnya tidak terlalu dalam.
Seperti kebanyakan tempat wisata di Pulau Timor, di sini juga sangat jarang yang menjual makanan. Oleh sebab itu, banyak pengunjung yang datang membawa bekalnya sendiri. Di antara pepohonan, terdapat pondok-pondok dimana pengunjung bisa menggelar hidangan piknik. Sayangnya, pondok-pondok ini tidak terlalu terawat.
Masih alami!
Untuk yang berminat untuk mengunjungi Air Terjun Oehala, bisa menyiapkan uang untuk membayar tiket masuk sebesar Rp 3.000,- per kepala. Membawa bekal makanan juga dianjurkan karena jarang ada yang berjualan makanan. Tapi, sebagai wisatawan yang paling okeh ... jangan buang sampah sembarangan!

Bagi saya, Pantai Kolbano dan Air Terjun Oehala sudah mewakili keindahan alam Pulau Timor. Paling tidak saya sudah ke pantai dan sudah naik ke gunung. Keduanya masih sangat alami dan belum banyak diutak-atik oleh tangan-tangan industri pariwisata. Di satu sisi, fasilitas masih belum banyak. Toilet jarang dan masih ala kadarnya, penjual makanan juga sangat jarang. Di sini lain, tidak terlalu banyaknya bangunan di sekitar tempat wisata membuat pemandangan lebih asri – dan lebih bagus untuk difoto. Untuk saya, paling tidak saya sudah pernah melihat sendiri keindahan alam Pulau Timor, terutama Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Akhir dari perjalanan kali ini adalah sebuah penginapan di Kota Soe. Hmm ... pagi di Kota Kupang dan malamnya di Kota Soe. Masih ada lanjutan ceritanya, loh. Tunggu saja artikel selanjutnya.

7 Komentar:

  1. Wah.. Kapan-kapan saya juga mau kesana deh. Keren

    BalasHapus
  2. Waah bikin ngiri ajaa... masuk wishlist nih! BTW kalo sewa mobil per hari berapa yak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Umumnya, kalau sewa Avanza, antara 400rb - 500rb per hari, sudah termasuk sopirnya. Tapi karena kemarin sewanya pas hari raya Natal dan sopir yang mau agak jarang, harganya jadi Rp 1,5 juta untuk dua hari. Kalau sewa mobil yang 4WD mestinya lebih mahal yah ...

      Hapus
  3. wah...seru jalan-jalannya nih.
    indah pantainya mba.
    itu kayaknya pantai kerikil ya?
    nice posting

    BalasHapus
  4. Indah sekali pantai Kolbano ini. Batu-batunya cantik, kalo anak-ankku diajak kesini pasti dikumpulin deh batu-batu pantai itu.

    BalasHapus
  5. Suka baca artikel ini. :) saya asli dari Timor Tengah Selatan, pantai dan bukit yang indah banyak di sini. Itulah alam, masing2 daerah punya tempat menarik.. hehe Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Kalau ada rejeki, saya mau balik ke Timor Tengah Selatan lagi. Masih penasaran dengan desa adat Fatumnasi. Katanya pemandangannya bagus banget.

      Hapus