23 April 2016

Oops! "Sushi" manis dan dingin dari Haagen Dazs, Plaza Senayan.
Selama ini saya mengisi blog ini dengan artikel yang bernuansa reportase. Boleh dong, sekali-sekali menulis opini pribadi. Sebagai blog pribadi yang memang tidak menghasilkan uang, sudah wajarlah kalau saya menceritakan sepotong kisah hidup saya selama tinggal di Jakarta ini.
Salah satu keisengan saya di kala senggang adalah mencari “makanan lucu” atau “minuman lucu”. Istilah ini saya pinjam dari adik saya yang tampangnya memang lucu (cute maksudnya, bukan aneh) dan selalu menyebut barang-barang unik sebagai “lucu”. Dan mencari makanan lucu atau minuman lucu ini, untuk kaum opinionista, sering disebut sebagai bagian dari budaya kekinian warga Indonesia (dan Jakarta khususnya) yang bersaing untuk selalu exist di dunia maya.
Donut Dobudon, Citraland. Hasil rayuan anak magang di kantor untuk beli donut lucu.


Ngapain posting makanan?

Sebagai bagian dari hobi, keisengan mencari makanan lucu ini membuat saya menemukan banyak makanan lucu yang – tentunya – diabadikan melalui kamera handphone atau compact camera. Saya bukan jenis orang yang sering upload foto di media online. Tapi kalau saya upload foto, mau tidak mau saya harus mengakui bahwa foto yang paling sering saya pasang adalah foto makanan. Bukan apa-apa, foto makanan adalah jenis update pribadi yang paling aman karena:
  • Tidak terlalu banyak membuka kehidupan pribadi. Orang tidak perlu tahu saya lagi marah, bete, atau bahagia, kan mukanya nggak kelihatan.
  • Sudah pasti tidak akan menyinggung perasaan orang lain. Sepanjang saya tidak memasang foto cokelat valentine porno, sepertinya tidak akan ada masalah.
  • Umumnya mengundang reaksi positif dari orang lain. Yang namanya makanan, umumnya disukai orang banyak. Kalau ada yang nggak suka, biasanya juga nggak akan menghujat habis-habisan. Jarang kan, ada orang beriman yang nggak suka makanan pedas, terus menghujat habis-habisan foto ayam + sambal iblis Mbah Jingkrak di Facebook?

Kue cubit di Eat Happens, Tebet. Ada yang mau menghujat?
Nah ... untuk orang-orang yang sering melihat foto-foto makanan saya, sudah pasti mereka bertanya-tanya, dari mana saya bisa menemui makanan dan minuman unik tersebut? Jawabnya: dari mana-mana saja ... Hahaha! 

Ini beberapa hal yang membantu saya menemukan obyek posting di instagram atau path atau facebook:

Sirik karena ada teman yang pamer

Tidak dapat dipungkiri, orang senang sharing kalau punya informasi yang dapat dibanggakan. Informasi tentang makanan unik, apalagi kalau bentuknya menggoda, sudah pasti membuat para pendengarnya menelan ludah sambil menatap foto-foto makanan dengan tampang sirik. Dan saya termasuk manusia biasa yang langsung bernafsu untuk ikutan merasakan makanan yang dipamerkan itu.
Contohnya adalah saat saya akhirnya makan es krim di Magnum Cafe di Grand Indonesia. Duluuu... banget. Waktu itu, sudah banyak orang yang posting di media, termasuk teman-teman yang lumayan dekat. Saat itu, Magnum Cafe baru buka sekitar satu bulanan, dan kalau mau masuk harus antre sekitar setengah jam. Apa boleh buat, demi memuaskan rasa penasaran karena banyak banget yang posting foto-foto di Facebook, saya dan tiga orang teman saya antre selama setengah jam sebelum akhirnya makan es krim magnum dengan tambahan topping yang berbeda-beda.

Ketiban rejeki nomplok

Ini kejadian saya dengan walnut. Alkisah orang tua saya pulang jalan-jalan ikut tour ke Cina. Oleh-olehnya, antara lain, adalah buah kering yang mereka sendiri juga tidak tahu namanya apa. Bentuknya unik, dan waktu dibuka isinya juga aneh. Jujur saja sebagai orang yang jarang pergi ke luar negeri, saya belum pernah melihat kacang berbentuk seperti itu. Sudah pasti gambar aneh seperti ini mengundang tangan untuk meng-upload gambar ke instagram. Belakangan, baru saya tahu itu yang namanya walnut.
Walnut oleh-oleh orangtua dari wisata.

Diajak teman

Penggemar makanan lucu jumlahnya banyak banget, dan banyak di antara teman saya yang juga suka wisata kuliner modern macam ini. Sudah biasa kalau ada info terkini tentang makanan yang sedang tren, kami saling mengajak untuk mencoba makan di tempat-tempat yang sedang “in” tersebut. Hal ini terjadi waktu saya dan seorang teman saya akhirnya mencoba makan di Holy Crab. (Wow, wisata kuliner kekinian memang kadang-kadang harus pakai modal yang lumayan!)
Setelah mendengar tentang masakan kepiting yang ukurannya canggih dan bentuknya menggoda iman, teman saya pun tergoyahkan hatinya dan selanjutnya merayu saya untuk merogoh kocek dan makan di rumah makan kelas atas ini. Sebagai teman yang baik hati, sudah pasti saya membuka hati saya terhadap rayuannya dan setuju untuk makan di sini. Sambil makan kepiting, saya mencatat di dalam hati bahwa memang ada harga ada rasa!

Kebetulan lewat di dekat penjualnya

Waktu jalan-jalan di sekitaran Sabang, saya dan teman saya nyasar sampai ke dekat Hotel Cemara. Sudah capek, lapar, dan kepanasan. Kami sepakat, begitu kami menemukan tempat makan pertama yang harganya nampak masuk akal, kami akan masuk. Waktu menyeberang jalan, saya melihat ada warung MartabakKu di pojokan jalan. Kami berdua pun memutuskan masuk ke situ. Hasilnya? Foto martabak Dragon's Breath hasil kerjasama MartabakKu dengan Rons’ Laboratory.
Martabak manis dengan es krim yang disiram nitrogen cair dari MartabakKu, Menteng.

Sengaja browsing di internet

Pernah browsing di Google dengan kata pencari “makanan lucu di Jakarta Selatan”? Atau “es krim enak di Jakarta”? Nah, kadang-kadang, saya sengaja browsing untuk menemukan makanan atau minuman unik yang membuat hati senang karena bisa mendapatkan obyek foto menarik. Ini kejadian waktu saya sedang bosan dan ingin mencari hiburan baru.
Alkisah, waktu itu tidak ada teman yang cocok jadwalnya untuk makan malam bareng. Saya mencari di internet makanan yang menarik dan lagi nge-tren di bilangan Jakarta Selatan. Muncullah foto cokelat berbentuk pohon dari Pipiltin Cocoa. Penasaran, saya langsung tancap gas ke Pipiltin Cocoa di daerah Kebayoran Baru. Begitu datang ke situ, makanan yang saya pesan adalah cokelat berbentuk pohon yang menarik hati itu. Memang enak, sih, tapi kalau tidak suka manis-manis pasti eneg banget.
Cokelat berbentuk pohon dari Pipiltin Cocoa, Kebayoran Baru.
Seru kan, punya hobi mencari makanan lucu. Hihihi! Ada penggemar makanan lucu yang mau merekomendasikan makanan-makanan lucu lainnya?

2 Komentar:

  1. Unyu-unyu banget makanannya, bikin gak tega makannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi begitu dimakan, mulut nggak berhenti mengunyah. Nggak cuma bentuknya yang unik, banyak makanan lucu yang enak juga.

      Hapus