22 Juli 2017

Bangunan utama Museum Tekstil.
Beberapa hari yang lalu, saya kebetulan lewat di sekitaran Slipi dan melihat papan petunjuk menuju ke Museum Tekstil. Karena saya sendiri waktu itu juga belum pernah mengunjungi museum tersebut, saya pun iseng mendatanginya. Kebetulan, museum ini mudah diakses dengan kendaraan umum, jadi saya tidak mengalami kesulitan untuk mencapainya.
Museum Tekstil terletak di daerah Tanah Abang. Di papan petunjuk di perempatan Slipi, (dekat halte busway K9-17 Slipi Petamburan), tertulis Museum Tekstil Jakarta Barat. Kalau melihat alamatnya di website http://museumtekstiljakarta.com, Museum Tekstil disebutkan terletak di Jl. Aipda KS Tubun No.2-4 Jakarta Pusat. Kalau melihat peta GoogleMaps, terlihat bahwa Museum Tekstil ini memang terletak di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat, walaupun sebenarnya keseluruhan kompleks museum ini masih masuk wilayah Jakarta Barat. Jadi? Pemiliknya tetap Jakarta Barat.
Papan petunjuk menuju Museum Tekstil di perempatan Slipi.
Untuk mencapai Museum ini, cara paling mudah adalah dengan naik angkot jurusan Tanah Abang dari arah Perempatan Slipi Bawah (gedung Jakarta Design Center/JDC). Saya waktu itu naik angkot 09 jurusan Kebayoran Baru – Tanah Abang. Turun persis di depan museum. Untuk mencapai Gedung JDC, kita bisa naik busway dan turun di halte busway Slipi Petamburan atau naik bus yang lewat Slipi.
Buat yang ingin naik Commuter Line, tidak perlu khawatir. Museum tekstil bisa dicapai dengan cukup jalan kaki sekitar 15 menit dari Stasiun Tanah Abang. Dari stasiun, cukup jalan ke arah Blok G Tanah Abang, terus berbelok menyeberangi sungai. Selepas menyeberangi sungai, pasti akan langsung tiba di depan Museum Tekstil. Jangan lupa untuk selalu berhati-hati dan waspada jika memilih untuk berjalan kaki dari stasiun, karena daerah Tanah Abang rawan copet.
Waktu saya masuk kompleks museum, saya mendatangi bapak-bapak satpam yang duduk di dekat meja penjualan tiket masuk. Tadinya saya hendak membeli tiket masuk museum seharga Rp 5.000,-. Tapi bapak-bapak satpam berhasil merayu saya untuk membeli tiket kurus singkat batik seharga Rp 40.000,-. Dengan tiket kursus, maka pengunjung bisa mencoba membatik plus juga jalan-jalan menikmati koleksi kain di Museum Tekstil. Memang kebetulan saya tidak pernah mengetahui alur pembuatan batik, jadi kursus singkat ini memang cukup menarik minat saya.
Salah satu alat tenun yang dipamerkan.
Perihal kursus singkat membatik, akan saya bahas di artikel selanjutnya. Untuk saat ini, saya lebih ingin membahas tentang Museum Tekstil ini sendiri. Walaupun koleksi museum ini tidak terlalu lengkap, dan menurut saya terlalu condong ke arah batik,  namun museum ini masih memiliki makna budaya yang cukup besar – terutama untuk menumbuhkan rasa cinta budaya pada masyarakat.
Menurut papan informasi di depan museum, Museum Tekstil didirikan di tahun 1976 dengan dukungan dari Pak Ali Sadikin yang saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta. Gedung yang digunakan untuk menjadi museum ini sebetulnya adalah rumah tinggal seorang warga Perancis yang didirikan di abad ke-19. Gedung ini menjadi saksi sejarah ketika menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat di masa perjuangan. Di tahun 50-an, gedung ini menjadi milik Departemen Sosial sebelum diserahkan kepada Pemda DKI ditahun 1975.
Kompleks museum ini cukup luas, dimana terdapat bangunan utama, beberapa bangunan tambahan, pendopo kayu, dan juga taman luas serta tempat duduk-duduk. Museum ini nyaman dipakai untuk nongkrong bareng, jadi nyaman jika dijadikan tujuan wisata keluarga atau wisata pendidikan sekolah. Bangunan utamanya terlihat bernuansa jaman Belanda, apalagi dengan tiang-tiang besar khasnya bangunan di sekitar abad ke-19.
Bangunan utama museum menyimpan contoh-contoh kain dari berbagai penjuru nusantara. Sriap ruangan menyimpan kain dengan satu tema tertentu, terutama berdasarkan asal kain. Ada ruangan untuk kain dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan juga untuk kain dengan corak pengaruh Islam. Sayangnya, untuk masing-masing tema, hanya sekitar empat sampai enam contoh kain. Jadinya kurang terasa keanekaragaman budaya nusantaranya. Tapi paling tidak, saya masih bisa melihat kain yang terbuat dari anyaman kulit kayu (kalau tidak salah ingat ya, soalnya lupa difoto), kain sarung, ulos, lurik, dan beberapa kain tradisional lainnya. Gedung ini juga memamerkan alat tenun manual.
Koleksi batik yang cukup banyak di Galeri Batik.
Selain bangunan utama, ada juga bangunan lain yang disebut sebagai Galeri Batik. Nah, kalau galeri batik ini bisa dikatakan koleksinya cukup banyak. Walau tidak terlalu lengkap, namun cukup mencerminkan variasi corak batik nusantara. Sayang sekali, bagian museum yang utama (yang tidak hanya memamerkan batik) tidak memiliki koleksi selengkap dan sebanyak Galeri Batik ini. Buat yang cinta batik, atau ingin foto-foto dengan latar belakang kain batik yang bagus, bagian museum ini bisa memuaskan hati.
Selain gedung pameran utama dan galeri batik, museum ini juga memiliki Pavilun Batik tempat kursus batik dilaksanakan. Pavilun Batik merupakan bangunan kayu yang memberikan nuansa tradisional, cocok untuk belajar membatik. Museum ini juga punya kantin dan toko cinderamata, namun saya tidak mengunjungi kedua tempat ini. Buat yang penasaran dengan bahan-bahan alami untuk pengolahan kain, bisa melihat-lihat tanaman-tanaman yang ada di kebun atau taman di sekitaran museum. Soalnya, tanaman-tanaman ini adalah sumber pewarna alami ataupun serat alami yang bisa dipakai untuk membuat kain. Sayangnya, untuk mendapatkan pengetahuan yang lengkap tentang berbagai macam tanaman ini, pengunjung harus terus-terusan berkonsultasi dengan Mbah Google karena informasinya minim.
Ada yang mau duduk-duduk?
Nah, karena waktu saya datang saya membeli tiket kursus membatik, tentunya saya lebih banyak menghabiskan waktu saya untuk mempelajari cara membatik. Apa saja yang dipelajari di kursus ini? Nah, pengalaman saya belajar membuat batik akan dituliskan di artikel berikutnya. Mohon bersabar ya ...

2 Komentar:

  1. sayang dulu tidak mencoba membuat batik disini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ada kesempatan, boleh lah dicoba, Mbak. Lumayan, menambah pengalaman.

      Hapus