5 Juli 2017

Ayo, ditunggu di Museum Batik Danar Hadi.
Berkunjung ke Solo? Tidak afdol jika membahas tentang kota Solo tanpa membicarakan tentang batik. Sebagai kota yang pernah menjadi ibukota kerajaan Mataram dan merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa, batik menjadi bagian yang menyatu erat dengan kehidupan di warga Solo. Sering disebut dengan Surakarta, kota ini tidak hanya menyimpan sejarah budaya yang panjang, namun juga koleksi saksi budaya yang tak kalah banyak.
Salah satu saksi kekayaan budaya kota Solo adalah Museum Batik Danar Hadi. Museum yang didirikan oleh pemilik perusahaan batik Danar Hadi ini terletak persis di pusat kota, yaitu di Jl. Slamet Riyadi no. 261 Solo. Museum yang berada satu kompleks dengan rumah makan dan toko batik Danar Hadi ini memamerkan koleksi pribadi batik keluarga pemilik Danar Hadi. Oh ya, karena jumlah koleksi keluarga ini sangat banyak, maka secara rutin sebagian koleksi museum ini dirotasi dengan koleksi yang tersimpan di gudang penyimpanannya.
Gedung Museum Batik Danar Hadi terdiri dari 11 ruangan yang masing-masing menyimpan jenis batik dengan tema tertentu. Konon kabarnya, museum ini mampu memamerkan 5.000 lembar kain batik, yang mana kain-kain itu merupakan bagian dari total sekitar 11.000-an lembar batik koleksi keluarga tersebut. Jadi kalau kita berkunjung di waktu yang berbeda, mungkin kita akan menemukan pola-pola batik yang berbeda-beda di setiap kunjungan.
Untuk masuk ke museum, kita harus membeli tiket masuk yang harganya Rp 35.000,- per orang. Dan masuknya juga tidak bisa sembarangan. Masuk ke dalam museum harus ikut in-house tour yang disediakan oleh pihak pengelola museum. Pada dasarnya, untuk keamanan koleksi, pengunjung tidak diperkenankan untuk jalan-jalan sendiri tanpa pengawasan petugas. Berhubung waktu saya datang hanya ada dua grup yang masuk, yaitu saya sekeluarga berempat dan sepasang muda-mudi, maka kami diantar bersamaan.
Ada peraturan yang harus dipatuhi saat mengunjungi museum, yaitu: tidak makan/minum, tidak memotret apapun, dan tidak menyentuh koleksi. Oh ya, dilarang membawa kamera. Bawa handphone boleh, tapi tidak boleh memotret. Tidak salah juga sih, soalnya beberapa koleksi pribadi ini adalah hasil ide kreasi para pendiri perusahaan yang mungkin masih menjadi acuan produksi batik di perusahaan Danar Hadi hingga saat ini. Kan bisa dicontek kalau foto-fotonya beredar luas di internet.
Jujur saja, saya sangat kagum dengan koleksi museum ini. Lengkap banget. Koleksinya lengkap, penjelasannya juga tidak kalah lengkap. Tidak hanya melihat batik “standar” yang biasa dipakai bangsawan keraton, saya juga melihat perbedaan batik untuk warga Belanda di jaman penjajahan, batik untuk warga keturunan Cina, batik untuk orang-orang kaya tempo dulu, dan batik rakyat jelata. Dari corak kain (kaku atau kontemporer), pilihan warna, dan jenis kain betul-betul menunjukkan perbedaan budaya, status, dan kekuatan ekonomi masing-masing golongan.
Oh ya, ada juga ruangan untuk batik adikarya. Maksudnya, di ruangan ini disimpan batik-batik yang dirancang oleh perancang kenamaan – terutama di jaman Belanda. Batik-batik di sini cenderung berpola kontemporer dengan corak batik pagi-sore (dua corak dalam satu kain). Tentunya, ada juga yang coraknya agak konvensional namun rumit. Oh ya, batik ternyata menyimpan makna di setiap coraknya lho. Cuma saya sudah tidak ingat lagi penjelasan tour guide kami yang penjelasannya detil banget itu.
Buat yang jadi ingin beli batik setelah muter-muter museum, bisa mampir ke toko batik Danar Hadi di dekatnya. Di sini ada berbagai macam kain batik dan pakaian jadi yang mungkin cocok dengan selera. Soal harga, tergantung selera. Kain yang harganya hampir sama dengan harga sepeda motor sampai baju jadi yang harganya ... lumayan lah, ada.
Jadi penasaran dengan Museum Batik Danar Hadi? Yuk, kunjungi langsung museumnya. Jalan-jalan sekaligus mempelajari sejarah dan budaya Indonesia.

0 Komentar:

Posting Komentar