9 Desember 2017

Le Château du Haut-Kœnigsbourg.
Hari ini tujuan utama kami adalah Le Château du Haut-Kœnigsbourg. Kastil ini terletak di dekat kota Sélestat. Kastil kuno yang masih terawat ini kini sering menerima kunjungan dari turis asing dan turis lokal yang membawa anak-anak, dimana warga Perancis dan sekitarnya dapat mempelajari sejarah dan membayangkan seperti apa kehidupan di kastil di abad pertengahan.
Tidak ada yang tahu pasti kapan didirikannya Kastil Haut-Kœnigsbourg untuk pertama kalinya. Yang jelas, di sekitar abad ke-12, ada berita tertulis mengenai pembangunan kastil di daerah tersebut yang disebut sebagai King’s Castle (Königsburg). Kastil yang terletak di atas bukit ini memang strategis dan menjadi rebutan raja-raja jaman dahulu.
Menurut Wikipedia, kastil ini pada awalnya dimiliki oleh keluarga Hohenstaufen yang sebenarnya merupakan keluarga bangsawan di daerah yang sekarang menjadi bagian dari Jerman. Di awal abad ke-13, kepemilikannya berpindah ke keluarga Lorraine yang menguasari daerah di timur laut Perancis. Kastil ini menjadi saksi bisu sejarah Perancis, termasuk menjadi bukti peperangan antar penguasa setempat dan sebagai korban peperangan yang terkait dengan keagamaan di abad ke-17. Di abad ke-17, kastil ini habis dibakar dan tidak digunakan lagi sampai dengan awal abad ke-20, dimana kastil ini direstorasi oleh Jerman dan dijadikan museum dan monumen historis. Restorasi ini dilakukan berdasarkan sisa-sisa kastil yang terbakar dan gambar-gambar kastil abad ke-12 yang masih tersimpan di file pemerintah Jerman saat itu. Di tahun 1919, kastil ini diambil alih oleh pemerintah Perancis sampai dengan sekarang.
Maket Kastil dari tanah liat dengan penjelasan dalam huruf braille, untuk yang tuna netra.
Sedangkan alasan saya mau datang kemari sebenarnya sederhana. Saya belum pernah masuk ke kastil beneran. Biasanya, saya cuma lihat di film saja, bagaimana raja-raja maupun bangsawan keluar masuk kastil. Jadi, salah satu impian saya, adalah menjejakkan kaki di kastil atau istana, yang kira-kira setipe dengan Winterfell di serial TV Game of Thrones atau dengan Rivendell di film Lord of the Rings.
Untuk mencapai kastil ini, umumnya turis datang melalui kota Sélestat. Kota Sélestat memang memiliki stasiun kereta api dan dekat dengan pintu jalan tol. Dari dekat stasiun Sélestat, ada shuttle bus yang dapat mengantar pengunjung ke Château du Haut-Kœnigsbourg. Nah, karena kami datang ke Perancis bukan di liburan musim panas, bus tersebut hanya beroperasi di hari tertentu dan di jam tertentu. Itulah sebabnya kami buru-buru menuju kemari setelah meletakkan koper di tempat menginap kami di Colmar. (Selengkapnya tentang menuju ke Colmar, di sini.)
Kami tiba di stasiun Sélestat jam 12:16 siang. Tanpa ba-bi-bu kami langsung keluar dan mencari bus yang dapat mengantar ke Kastil karena menurut jadwal, keberangkatan berikutnya adalah jam 12:25. Di stasiun yang baru pertama kali kami datangi ini, kami cuma punya waktu 9 menit untuk menemukan bus tersebut. Untung letak bus ini cukup strategis. Begitu keluar pintu, kami langsung melihat sebuah bus yang parkirnya cukup dekat dengan pintu masuk stasiun. Baru kami meletakkan pantat sebentar di kursi, bus mulai berangkat menuju ke Le Château du Haut-Kœnigsbourg. Perjalanan dari stasiun kereta sampai kastil sekitar setengah jam.
La porte d'honneur, pintu masuk Kastil.
Oh ya, karena hari kami datang ke Sélestat ini masih termasuk di Hari Warisan Eropa (yang sudah saya ceritakan sebelumnya di sini), jadi tiket shuttle bus dan tiket masuk ke Kastil hari ini gratis! Lumayan juga menghemat sekitar EUR 11,5 – bisa  untuk makan.
Le Château du Haut-Kœnigsbourg terletak di bukit yang cukup tinggi. Belum naik ke menaranya saja, kita sudah bisa melihat pemandangan luas daerah Alsace yang indah. Naik ke atas menaranya, bisa melihat ke tempat-tempat yang lebih jauh lagi. Sayangnya waktu kami datang, cuacanya kurang baik. Waktu itu, langit agak mendung dan beberapa kali hujan. Udara yang dingin karena posisinya yang memang jauh dari khatulistiwa, ketinggian di atas bukit, dan juga hujan, membuat kami bertiga menggigil selama jalan-jalan di Kastil.
Jangan salah ya, kastil kuno itu tidak semua bagiannya tertutup tembok dan atap. Di bagian yang tertutup sekalipun, sering kali jendela yang kecil tetap mengalirkan angin yang kencang. Jadi, jalan kaki di dalam kastil ini lebih banyak kedinginannya dibandingkan terlindungi dari cuaca luar. Kastil ini kan direnovasi untuk mendekati bentuk aslinya yang dibangun di abad ke-12. Tentunya bangunan sebesar ini dibangun secara bertahap, satu bagian dulu dan baru dilanjutkan bagian lainnya. Nah, di antara bagian kastil biasanya ada semacam lorong atau tempat yang terbuka; dan kalau hujan ya kena air hujan.
Lorong di bagian dalam Kastil.
Tangga ke lantai dua di halaman dalam.
Gerbang menuju kebun di atas Kastil.
Kalau di lantai atas, ada jembatan antara satu bagian dengan bagian yang lain, yang terbuka juga. Di salah satu jembatan, bagian bawahnya gelap dan nampak dalam. Ada semacam parit di beberapa bagian, dan lubang di lantai, mungkin antisipasi kalau ada hujan badai. Selain itu, ada beberapa sumur, ada kebun di atas kastil, dan ada tempat penampungan air hujan. Di waktu-waktu hujan, ada kalanya saat pindah ke bagian atau ruang berikutnya, kami harus lari-lari karena terkena hujan.
Nah, di beberapa tempat seperti kamar tidur bangsawan, ruang baca, ruang rapat, dan tempat penyimpanan senjata, tempatnya lebih tertutup dan hangat. Dan di tempat-tempat elit ini, biasanya lorong penghubungnya tertutup juga. Di ruang-ruang ini biasanya ada tungku yang terbuat dari keramik. (Tentunya di bulan September tungku-tungku ini tidak dinyalakan.) Di bagian ini dekorasi ruangannya lebih bagus dan biasanya ada lukisan-lukisan di temboknya.
Karena peruntukannya sebagai museum dan monumen sejarah, kastil ini juga menyimpan beberapa barang kuno atau barang yang dibuat menyerupai barang kuno. Kursi kuno, lemari-lemari yang sepertinya sudah berusia lebih dari seabad, dan juga senjata-senjata dipamerkan di sini. Di atas menara terdapat meriam-meriam yang ukurannya kecil tapi panjang. Di ruangan senjata di lantai dasar, terdapat senapan yang panjangnya hampir dua meter! Selain itu, berjajar juga tombak-tombak yang sudah karatan – mungkin sudah pernah bersimbah darah di jaman dahulu. Sayangnya, saat tiba di ruangan senjata, saya sudah capek dan tidak foto-foto lagi. Selain penuh turis, saya juga sudah kedinginan dan kelaparan karena belum sempat makan siang. Mana waktu itu sudah jam 3 sore dan di luar hujan cukup deras.
Ruang utama Kastil. Tempat yang paling banyak difoto turis.
Salah satu ruang tinggal atau kerja bangsawan.
Le Château du Haut-Kœnigsbourg jauh dari mana-mana. Di sini cuma ada dua tempat makan, satu kafe di tempat terbuka di dekat tempat parkir, dan sebuah restoran di lantai dasar kastil. Berhubung sudah lapar dan sangat kedinginan, kami bertiga langsung menyerbu restoran yang ramai itu. Saya beli choucroute, makanan khas daerah Alsace, dan teh hangat. Porsinya cukup besar, sebetulnya bisa buat berdua, dan disajikan panas-panas. Tapi karena saya lapar, satu porsi pun habis dalam sekejap. Total harganya EUR 20. Kalau mau lebih murah, bawa makanan sendiri. Tapi makannya berdiri di parkiran ya. Soalnya di sini nggak bisa piknik di tempat terbuka. Saya melihat beberapa keluarga yang makan sandwich di dalam mobil sebelum masuk ke dalam kastil. Oh ya, makanan yang dijual di sini tidak halal ya.
Buat yang mau beli oleh-oleh, baik di kafe maupun di dalam restoran, ada bagian yang menjual oleh-oleh. Tempelan magnet dan suvenir koin di sini harganya standar. (Kalau nggak salah ingat ya.) Tempelan magnet antara EUR 3,5 sampai EUR 5,5. Gantungan kunci harganya sekitar segitu juga. Koin yang suvenir umum Eropa itu harganya EUR 2. Yang paling murah tetap kartu pos, dibawah dua euro. Buat yang suka sejarah, di sini juga dijual buku-buku tentang sejarah.
Tempat penjaga di atas menara. Di sini disimpan meriam jaman dulu.
Pemandangan dari atas Kastil.
Jam 16:35 shuttle bus mengantar kami kembali ke kota Sélestat. Untung selama perjalanan ke Sélestat tidak hujan. Jadi saya masih bisa menikmati pemandangan pedesaan dan hutan yang cantik di sepanjang jalan. Menurut internet, kota Sélestat juga punya daerah tua dan punya museum. Tapi karena kami sudah cukup capek jalan kaki hari ini, kami memilih untuk langsung pulang ke apartemen di Colmar. Malam itu, kami baru tersadar bahwa mayoritas rumah makan di Colmar tutup di hari Minggu. (Sebetulnya sudah pernah baca di internet, tapi entah kenapa kami lupa waktu itu.) Mana persediaan makanan sudah habis. Satu-satunya tempat makan yang buka adalah sebuah rumah makan yang letaknya sekitar dua blok dari tempat menginap kami. Tempat itu ramai banget, dan isinya turis semua. Apa boleh buat, buat makan bertiga kami habis sekitar EUR 50. Yang penting malam itu tidur kenyang dan besok pagi sudah segar lagi untuk petualangan berikutnya.
(Bersambung.)

2 Komentar:

  1. Wah enak bener yah jadi traveler blogger....jalan jalan terus...ketemu sama mr.smee gak mbak��salam kenal dr Mike ya mbak��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha ... amin deh, kalau jadi travel blogger beneran. Salam kenal juga!

      Hapus