16 Februari 2019

Botchan Train
Botchan Train adalah kereta modern dengan menggunakan diesel yang dibentuk seperti kereta uap kuno. Di Matsuyama sendiri, kereta uap memang beroperasi sampai tahun 1950-an. Nama botchan train digunakan karena di dalam novel Botchan, kereta uap adalah salah satu alat transportasi yang sering disebutkan. Botchan train yang beroperasi saat ini adalah kereta wisata dimana di sepanjang perjalanan, seorang guide akan menjelaskan tentang sejarah kota Matsuyama. Penjelasannya tentunya dalam bahasa Jepang. Buat saya yang nggak ngerti bahasa Jepang, saya hanya menikmati perjalanan saja. Oh ya, jalur keretanya sih sebetulnya juga dilewati oleh trem biasa. Saya cuma ingin mencoba rasanya naik Botchan Train saja. Hehehe ... Harga tiketnya 800 yen.
Botchan train, bersebelahan dengan trem lokal.
Berhubung nggak ngerti guidenya ngomong apa, ya sudah, selfie saja.
Oh ya, naik Botchan Train adalah salah satu kegiatan populer untuk wisatawan Jepang. Ada yang naik karena memang penasaran dengan kereta uap (walaupun hanya imitasi belaka), karena suka dengan novel Botchan, atau juga karena ingin “naik kereta uap seperti di film-nya Ninomiya Kazunari”. (Yang ini saya dengar sendiri waktu di Matsuyama.) Novel Botchan diangkat ke layar lebar dan dibintangi oleh seorang idol Jepang populer bernama Ninomiya Kazunari di tahun 2016.
Kalau cuma ingin foto-foto dengan Botchan Train, cukup datang ke stasiun kereta Dogo Onsen di pagi hari atau di sore hari. Kalau keretanya sudah selesai beroperasi, maka keretanya akan dipajang di situ. Banyak turis asing yang tidak berminat naik kereta karena harganya lumayan dan juga nggak bakalan tahu penjelasan bahasa Jepang dari guide-on-board. Mereka lebih suka menunggu keretanya parkir untuk kemudian foto-foto.
Museum Botchan Train
Kalau mau melihat kereta uap aslinya yang dulu pernah beroperasi di kota Matsuyama, bisa datang ke Botchan Train Museum. Museum ini letaknya di dekat Matsuyama City Station, yang juga merupakan tempat saya ambil Botchan Train.
Dari stasiun trem, kita cukup berjalan kaki kurang dari 10 menit. Museum mini ini letaknya di dalam Starbucks, jadi masuknya memang harus melewati orang-orang yang sedang kongkow-kongkow sambil minum kopi. Waktu saya masuk ke dalam museumnya, meja-mejanya sedang dipenuhi siswa-siswa yang sepertinya sedang belajar bersama.
Lokomotif kereta uap yang aslinya.
Sebetulnya museum kecil ini menarik, lho. Selain ada lokomotif tua, di temboknya terpajang kisah perkembangan jalur kereta api di Pulau Shikoku. Ada foto-fotonya juga. Sebelum ada kereta JR di sini, perusahaan Iyotetsu-lah yang pertama kali mengembangkan jalur kereta api. Pemilik Iyotetsu dulunya sempat dicibir karena dianggap buang-buang uang karena membangun jalur kereta api, tapi justru kini jalur keretanya mendatangkan pundi-pundi yang berlimpah.
Sayangnya, hanya sedikit penjelasan bahasa Inggrisnya. Mayoritas penjelasan sejarah perkerataapian Pulau Shikoku dituliskan hanya dalam bahasa Jepang. Kalau malas menggunakan penerjemah elektronik, mungkin akan kecewa kalau berkunjung kemari.
Shopping Arcade di tengah Matsuyama
Walau saya nggak suka belanja, tapi jalan-jalan di shopping arcade lumayan juga untuk menghabiskan waktu menunggu bus malam yang datang di jam 10 malam. Jadi, waktu saya keluar dari Museum Botchan Train, kebetulan hujan lumayan deras. Sialnya, saya nggak bawa payung. Setelah celingak-celinguk di Matsuyama City Station selama beberapa lama, saya jadi penasaran dengan bangunan unik yang terang benderang bertuliskan Gintengai. Langsung saja saya kunjungi tempat itu, sambil lari-lari menyeberang jalan di tengah hujan.
Ternyata Gintengai adalah sebuah shopping arcade. Shopping arcade adalah jalan yang bagian atasnya ditutup dan di kiri-kanannya terdapat pertokoan. Karena ini aslinya adalah jalan, maka pertokoan tipe ini bisa memanjang sampai beberapa blok. Lumayan, saya bisa jalan-jalan tanpa takut kehujanan. Jadi saya lalu memutuskan untuk berjalan kaki mengikuti shopping arcade ini, penasaran ujungnya seperti apa. Oh ya di sini ada banyak toko-toko kelontong, toko pakaian, dan juga penjual makanan. Kalau mau iseng belanja, kayaknya bisa puas beli barang di sini.
Bagian depan shopping arcade Okaido.
Sampai di ujung Gintengai, saya melihat ada shopping arcade lain di seberang jalan. Ya terus saja saya ikuti. Masih jam 8-an, sementara bus saya masih dua setengah jam lagi. Ternyata, shopping arcade yang saya ikuti selanjutnya ini adalah Okaido, yang ujungnya adalah tempat saya turun trem menuju Matsuyama Castle. Kebetulan, di tempat inilah saya nanti malam akan mengambil Willer Bus yang mengantar saya ke Osaka. Jadinya, saya lalu memutuskan untuk cek lapangan, mencari tempat pemberhentian busnya. Setelah mencari-cari, akhirnya saya menemukan papan penandanya ... yang ukurannya sama seperti rambu-rambu lalu lintas. Kecil. Kalau nggak teliti, pasti terlewatkan. Untung waktu itu hujan telah berhenti.
Karena setelah saya tahu lokasi pengambilan busnya, saya jadi sedikit lebih tenang. Saya pun jadinya balik ke hostel untuk ambil koper yang saya titipkan sejak pagi, dan kembali ke Okaido sekitar jam 9 lebih. Buat yang mau menunggu Willer Bus di sini, bisa nongkrong di Starbucks yang letaknya sederetan dengan tempat pemberhentian bus, atau makan di McDonalds yang letaknya persis di pintu masuk Okaido Shopping Arcade. Saya memilih makan di McDonalds sambil menge-charge handphone. Tempat ini lumayan ramai oleh kaum remaja. Untungnya saya bisa dapat tempat duduk yang ada colokannya.
Jam 10:15 saya beranjak keluar McDonalds dan menemukan orang-orang sedang antre masuk ke dalam Willer Bus. Langsung saya masuk ke dalam dan bersiap tidur. Hari berikutnya adalah solo backpacking paket lengkap Nara-Kyoto-Osaka!

(Selesai.)

17 Komentar:

  1. Ini ceritanya sebelum ke kyoto yang sakit kakinya kmaren itu ya mba? Btw lucu juga ya, guide tournya hanya menyediakan bahasa jepang saja padahal ada turis asing juga hebat euy jepang kekeuh wkwk, saya belum pernah nonton doramanya si ninomiya yg ini kayaknya wajib nonton nih hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul ...
      Btw, tahu Ninomiya juga? Weits ... tahu Arashi juga dong?

      Hapus
    2. Ahaha... ternyata ada "rekan seperjuangan" nih.

      Hapus
  2. Haha, ngga ngerti guidenya ngomong mbanya malah selfie. Tapi emang gitu ya kebanyakan wanita. Kalo saya jadi mba, saya minta guidenya berhenti ngomong trus bilang ke guidenya, "Can you take my picture?" Haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya nggak enak orang lain yang lagi ngedengerin si guide-nya. Ya sudah, lah ...

      Hapus
  3. Sebagai penggemar Kereta, aku kalo ke Matsuyama mesti banget nyobain Botcha Train sekaligus ke museumnya, ya.. Tapi sayang juga ya mba kalo guide-nya bahasa Jepang aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya Matsuyama kota kecil sih. Mayoritas turis yang datang ya turis dalam negeri saja.

      Hapus
  4. Saya malah ga tau Botchan itu komik apa :))

    Bener kata mbak Hydriani, kalau yang sering naik botchan train ini wisatawan kenapa pakai bahasa Jepang ya? Bisa roaming hahaha.. Botchan train ini iconic sekali bentuknya ya mbak..

    Gintengai ini konsepnya sama kayak ciwalk kali ya mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gintengai lebih mirip ITC sih. Cuma memanjang saja.

      Hapus
  5. Salfok ke selfie pas guide lg njelasin hehe... Jadi pingin nyobain ksana. Tapi, kayaknya lewat mimpi dlu hehehe

    BalasHapus
  6. Jadinya komunikasi pake bahasa tarzan dong mba hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana dong. Kalau pakai bahasa monyet, ntar nggak ada yang ngerti.

      Hapus
  7. kereta antik penuh sejarah ya bu, senang rasanya bisa jepret jepret depan samping kereta uap wkwkwk

    BalasHapus