29 Agustus 2020

Update 2 Maret 2021 : Mesin untuk transaksi KUE sudah bisa dipakai untuk kartu Jakcard.

Mulai bulan Juli 2020 ini, di beberapa halte BRT Transjakarta dipasang mesin otomatis untuk membeli dan top up kartu JakLingko yang baru. Dulu saya pernah menulis pengalaman saya membeli kartu JakLingko dan top up di mesin otomatis di bulan Februari, kan. Nah, itu mesin lama. Sekarang mesin itu sudah diperbaharui.

Dulunya, di mesin otomatis ini hanya disebutkan untuk transaksi JakLingko. Tapi sekarang mesin ini menyebutkan sebagai mesin untuk transaksi Kartu Uang Elektronik. Boleh idenya. Jadi mesin ini adalah untuk transaksi KUE alias kartu uang elektronik.

Nah, apa saja sih, bedanya mesin otomatis JakLingko yang lama dan mesin Kartu Uang Elektronik yang baru? Banyak. Yang jelas, mesin yang baru memiliki banyak kelebihan. Ini dia fitur-fitur dari mesin kartu uang elektronik di halte BRT Transjakarta.

mesin kartu uang elektronik
Mesin kartu uang elektronik JakLingko, yang baru (biru) dan yang lama (hijau).

Tampilan yang lebih menarik

Di mesin yang baru ini, jika tidak ada yang menggunakan, layar akan menampilkan iklan layanan publik. Sedangkan di bagian atasnya ada layar lain yang memberikan informasi terkait dengan bus Transjakarta ataupun kartu JakLingko. Jadi, ada dua informasi yang bisa dilihat di sini.

Mesin yang baru ini warnanya biru, berbeda dengan mesin lama yang warnanya hijau. Warna sih masalah selera ya, tapi menurut saya warna biru lebih bagus. Di luar tambahan layar dan perubahan warna, pada dasarnya bentuk asli dari mesin lama dan baru tetap sama. Layar sentuh untuk transaksi, slot atau lubang untuk mengambil kartu yang dibeli, tempat memasukkan uang kertas, dan slot atau lubang tempat mengambil struk transaksi tetap sama

Pilihan transaksi yang lebih banyak

Mesin JakLingko yang lama hanya bisa untuk cek saldo kartu JakLingko, beli kartu baru, dan top up. Mesin yang baru? Ada pilihan cek saldo, beli kartu, top up saldo, dan transaksi lain. Transaksi lain ini meliputi antara lain beli pulsa, bayar listrik, dan isi ulang Gopay atau OVO.

Seingat saya, di mesin yang lama, kalau kita cek saldo, kita hanya bisa melihat jumlah saldo di layar. Tapi di mesin yang baru, kita bisa lihat di layar dan print lima transaksi terakhir dengan kartu JakLingko kita. Jadi, kalau kartu tiba-tiba habis saldo, kita bisa tahu transaksi apa saja yang menyebabkan saldonya menyusut.

Pilihan bank penyedia kartu yang lebih banyak

Di mesin yang lama, pilihan kartu JakLingko hanya kartu JakLingko BNI. Di mesin yang baru, kita bisa memilih kartu JakLingko Mandiri, JakLingko BNI, dan JakLingko BRI. Jadinya ada pilihan, kan. Kenapa adanya pilihan ini menguntungkan? Tentu saja, karena kita bisa mengisi saldo kartu JakLingko di ATM bank terkait. Jadi, JakLingko BNI ya bisa diisi di ATM Bank BNI, selama punya kartu ATM BNI. Demikian juga untuk kartu dari Bank Mandiri dan Bank BRI, masing-masing bisa diisi di ATM bank yang bersangkutan. Kalau suatu saat diperlukan, kita tidak harus lari ke halte bus BRT untuk mengisi ulang kartu JakLingko kita. Oh ya, di kedua mesin, baik lama dan baru, tetap saja tidak ada pilihan JakLingko Bank DKI. (Update per 2 Maret 2021: mesin yang baru sudah bisa dipakai untuk Jakcard, jadi sudah bisa untuk JakLingko Bank DKI.)

Pilihan pembayaran.

Ada beberapa pilihan cara pembayaran

Di mesin yang lama, top up ataupun beli kartu hanya bisa dibayar dengan uang tunai. Tapi di mesin baru, ada dua pilihan, yaitu tunai dan metode pembayaran QRIS atau QRIS payment. Metode pembayaran QRIS adalah metode pembayaran nirkabel dimana kita cukup melakukan scan barcode yang tersedia dengan aplikasi handphone yang sesuai. Ini adalah kemajuan yang baik. Jadi, untuk transaksi kartu JakLingko, kita bisa bayar pakai OVO, Gopay, LinkAja, Dana, atau Shopee Pay.

Tetap saja tidak ada pilihan kartu kredit atau kartu debit. Tapi dengan pilihan QRIS payment, menurut saya itu sudah kemajuan yang pesat. Sebetulnya, keuntungan pilihan transaksi dengan kartu debit dan kartu kredit adalah: (1) kita tidak perlu kebanyakan menaruh uang di akun yang beragam dan bisa lupa PINnya, dan (2) turis lebih mudah melakukan transaksi jika diperlukan. Tapi karena penggunaan kartu debit dan kartu kredit di Indonesia sebenarnya tidak meluas, dan target kartu JakLingko kan seluruh lapisan masyarakat, penggunaan QRIS payment menurut saya cukup bijaksana.

Oh ya, ada pilihan beli kartu dan top up lewat whatsapp. Keterangannya ada di sebelah kanan layar. Tapi saya belum pernah coba pembayaran via whatsapp. Kalau ada yang sudah pernah coba, boleh info di kolom keterangan ya.

Ada layanan pembayaran di luar transaksi JakLingko

Ini keunggulan dari mesin kartu uang elektronik yang baru. Kita bisa melakukan transaksi lain-lain, bahkan tanpa memakai kartu JakLingko. Kita bisa beli pulsa, bayar listrik, bayar air, dan lain-lain. Tidak perlu pakai kartu JakLingko. Pembayaran untuk hal-hal tersebut bisa menggunakan tunai ataupun QRIS payment.

Jadi, penumpang Transjakarta bisa menyempatkan diri untuk bayar listrik dan air, beli pulsa, bahkan bayar zakat di mesin tersebut, tanpa perlu pergi ke bank atau ke gerai Indomaret/Alfamart. Menurut saya fitur ini akan sangat berguna.

mesin kartu uang elektronik
Pilihan layanan di luar transaksi JakLingko.

Penasaran nggak, dengan mesin kartu uang elektronik yang baru ini? Kalau naik bus Transjakarta, jangan lupa cek halte BRT tempat turun, siapa tahu sudah dipasangi mesin serbaguna ini. Sekarang, saya mau ke halte BRT dulu deh, mau beli pulsa. Ahaha ...

20 Komentar:

  1. Aku sependapat jika benruk mesin kartu uang ini lebih kelihatan stylish dan slim.
    Ngga kayak bentuk mesin kartu krl yang besar dan kelihatan makan tempat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, iya. Mesin top up kartu KRL lebih gemuk. Tapi alat bayar KRL kan bentuknya bisa macam-macam, jadi alat sensornya agak berbeda. Alat bayar KRL saya bentuknya gelang, punya teman kantor ada yang seperti gantungan kunci. Jadi bentuknya nggak cuma kartu aja.

      Hapus
    2. Seru jg kalo bentuk kalung yah, jadi kayak2 film2 sci-fi 20. Cukup scan kalung identifikasi selesai

      Hapus
    3. Ahaha ... sejauh ini nggak pernah lihat ada yang berani digantung di kalung.

      Hapus
  2. wah asik nih, banyak pembaharuan fitur dan banyak. Apalagi sekarang udah bisa buat pembayaran lainnya, duh asik banget. Sayang di sekitar rumahku fasilitas kendaraan umum yang baru memadai cuma terminal Bus konvsnional.

    Andai ya andai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya sih, semakin lama model pembayaran elektronik akan semakin banyak di Indonesia. Untuk mesin seperti ini di tempat lain, tinggal tunggu waktu saja sih.

      Hapus
  3. Banyak juga ya keunggulan dari mesin JakLingko yang baru ini. Selain desainnya menarik, fiturnya juga lebih canggih, bisa cek lima transaksi terakhir, bisa bayar pakai QRis, juga bisa beli pulsa, bayar listrik, dan lainnya. Mantap pokoknya mah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ini kemajuan banget. Kayaknya memang bank BUMN mengejar kemajuan digital, deh.

      Hapus
  4. Thank you for visiting and commenting on my blog. Wish you a good day.
    I'm a fooddy blog

    BalasHapus
  5. sekarang sudah canggih..

    tiada lagi penggunaan manusia pada kaunter..

    jimat kos

    BalasHapus
  6. saya memiliki kartu elektronik sudah sekitar 1 tahun berlalu, apakah masih dapat digunakan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya sih masih, Kak. Umumnya kartu pembayaran elektronik masa berlakunya cukup lama. Tapi tergantung bank mana yang menjadi pengelola kartu tersebut juga sih, jadi harus ditanyakan ke cabang bank terdekat saja.

      Hapus
  7. Info yg sangat bermanfaat. Sangat berguna jika nanti aku ke Jakarta, tidak 'kagok' lagi hehehe..
    By the way salam kenal kak

    BalasHapus
  8. Wah ini sepertinya menarik banget deh mba. tinggal topup di tempat hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pandemi memang memacu perkembangan teknologi.

      Hapus
  9. Wahh makain keran ya skrg, halte2 trans jakarta semakin banyak fasilitasnya, aku udah lama bgt ga naik transjakarta, sejak hamil tua trs korona ini, semakin ga berani kmn2 deh, dirumah aja hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, itu betul Mbak. Di rumah dulu aja. Ntar kalau corona udah pergi, baru nyobain Transjakarta lagi.

      Hapus