26 Januari 2019


Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Solo pasti mengenal dua stasiun utama kota ini dengan baik: Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Purwosari. Kedua stasiun ini memang aktif melayani kereta api jarak jauh, sampai dengan tujuan Jakarta dan Surabaya. Akan tetapi, sebenarnya di Solo masih ada dua stasiun lagi yang mungkin kurang dikenal oleh orang banyak. Solo masih memiliki Stasiun Jebres dan Stasiun Solo Kota. Di artikel ini saya ingin membahas tentang Stasiun Solo Kota.
Stasiun Solo Kota bisa dikatakan anak tiri dibandingkan dengan stasiun-stasiun lainnya. Sementara ketiga stasiun lain melayani beberapa trayek luar kota, Stasiun Solo Kota hanya melayani satu trayek luar kota, yaitu jalur Solo–Wonogiri. Stasiun mungil ini sempat terabaikan di awal tahun 2000-an ketika tidak ada lagi kereta yang melayani jalur Solo–Wonogiri. Untungnya, dengan adanya Kereta Api Bathara Kresna, stasiun ini kembali dioperasikan. Stasiun ini juga melayani kereta wisata dalam kota, yaitu Kereta Uap Jaladara.
Stasiun Solo Kota.
Stasiun Solo Kota juga disebut sebagai Stasiun Sangkrah, karena letaknya di daerah Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta. Bangunan ini sebenarnya masuk dalam kategori bangunan bersejarah. Stasiun ini dibangun di tahun 1922, dan memang dibangun untuk melayani jalur ke arah Wonogiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan kereta ke arah Wonogiri berkurang, dan stasiun ini pelan-pelan ditinggalkan.
Waktu saya mencoba naik railbus Bathara Kresna tahun lalu, saya sengaja turun di stasiun ini. Penasaran saja sih, sebetulnya. Stasiunnya kecil dan sepi. Hanya ada beberapa orang yang turun di sini. Stasiun kereta ini terletak di pinggir jalan kecil dan berada di tengah pemukiman padat. Memang mungkin kurang cocok untuk dikembangkan menjadi stasiun kereta jarak jauh.
Padahal, kalau ditilik dari lokasinya, tentu dulunya posisi stasiun ini sangat strategis. Tinggal jalan kaki sepuluh menit dari stasiun, kita akan tiba di gerbang utama Keraton Kasunanan Surakarta dan Benteng Vastenburg. Mungkin dulu dengan sepuluh menit naik kereta kuda, Sultan sudah bisa sampai di stasiun ini dari istananya. Tak jauh dari stasiun ini (juga sepuluh menit jalan kaki) terdapat Pasar Kliwon yang sudah menjadi salah satu pusat bisnis Surakarta dari jaman Belanda. Hanya saja, sekarang stasiun ini agak sulit dijangkau. Pasar di dekatnya membuat jalan kecil di depan stasiun semakin padat serta susah dilewati kendaraan pribadi.
Salah satu bagian dari Stasiun Solo Kota.
Lalu, bagaimana kondisi stasiunnya sendiri? Untungnya, kini stasiun ini sudah berbenah sehingga lebih rapi dan apik. Waktu saya tiba di stasiun ini, nampak kalau stasiun ini masih baru saja dicat ulang. Halaman depan juga dirapikan. Di awal tahun 2000-an, saya pernah iseng lewat di depan stasiun ini, dan di halamannya banyak rumput liar serta tak terawat. Sekarang semuanya sudah berubah.
Buat yang penasaran dengan Stasiun Kota di Solo, boleh sekali-sekali mampir ke stasiun ini, sekalian mencoba naik railbus Bathara Kresna ke Wonogiri. Stasiun Solo Kota cukup dekat dengan sate kambing Hj. Bejo (kalau mau makan), atau Beteng Trade Center (kalau mau belanja), atau alun-alun utara Keraton Surakarta (kalau mau berwisata). Semua itu bisa dicapai dengan jalan kaki sekitar 10 menit atau dengan memesan kendaraan online. Lumayan kan, mengunjungi bangunan bersejarah sekaligus wisata di kota Solo.

14 Komentar:

  1. Saya belum pernah ke Solo naik Kereta, jadi belum begitu ngeh gimana bentuk stasiun Solo gitu heeheh. Kalau misal lewat, pernah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Solo ada empat stasiun kereta, Kak. Nah, yang stasiun Kota Solo ini kecil dan nyempil di perkampungan. Biasanya juga sepi. Kalau yang terkenal ya Stasiun Solo Balapan. Bahkan sampai ada lagunya.

      Hapus
  2. Dulu saya mikirnya Stasiun Solo Kota sama Sangkrah itu dua tempat yang berbeda. Oh ternyata sama.

    Sama mbak, saya juga lihat fisik dari stasiun ini pas nyoba naik Railbus. Tapi sampai Wonogiri sih, nggak turun di Stasiun Solo Kota. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau turun sini juga susah transportnya, Kak. Kemarin cuma penasaran aja, makanya bela-belain turun di sini.

      Hapus
  3. Belum pernah dengar stasiun ini taunya Stasiun Solo Balapan,itupun karena lagunya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Didi Kempot ya. Itu lagu emang terkenal banget.

      Hapus
  4. wisata kulinernya yg blm sempat saya cicipi kmrn, cuma beli di pinggir jalan aja soto gegara kelaparan,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soto daerah Solo dan daerah Wonogiri juga agak beda, lho. Tapi masih hampir sama.

      Hapus
  5. Saya tahunya juga cuma solo balapan sama Jebres. menurut saya, Solo Balapan itu stasiunnya kecil lho. Berarti Solo Kota lebih kecil lagi ya.

    Kalau lihat dari gambarnya, sepertinya terawat gedungnya. Eh ada fasilitas kursi roda pula?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Solo Kota memang direncanakan sebagai tempat pemberhentian wisata, makanya meskipun kecil, fasilitasnya sebenarnya lengkap. Nggak nyangka, kan.

      Hapus
  6. Setelah baca tulisan ini saya jadi mikir, kok di Makassar (kota saya) ngga menggunakan kendaraan Kereta Api sebagai tranportasi umum juga ya? Padahal Makassar termasuk kota besar. Cuma penasaran aja sih sebenarnya soalnya seumur hidup belum pernah naik kereta kecuali kereta-kerataan. Haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya kurang tahu kalau kenapa di Makassar nggak pakai kereta. Mungkin kontur tanahnya yang terlalu berbukit-bukit?

      Hapus
  7. Balasan
    1. Memang jarang ada orang luar Solo yang tahu, sih.

      Hapus