22 September 2019

Baru kemarin saya diajak teman-teman saya melihat Pameran Flora Fauna di Lapangan Banteng. Pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan dan Pertamanan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini memang secara rutin diselenggarakan di Lapangan Banteng. Sepertinya terakhir kali saya mengunjungi Pameran Flora Fauna adalah belasan tahun yang lalu, jadi saya menganggap kunjungan kali ini adalah penyegaran mengenai pameran ini.
Monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng.
Tapi kali ini saya tidak berminat untuk bercerita mengenai pameran berbagai macam tanaman (dan beberapa hewan) ini. Saya lebih tertarik untuk menjelajahi lokasi pameran, yaitu Lapangan Banteng. Ini adalah untuk pertama kalinya saya berkunjung setelah Lapangan Banteng selesai direnovasi di tahun 2018.
Lapangan Banteng adalah taman yang terletak di Kelurahan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Posisinya sangat strategis, yaitu bersebelahan dengan Hotel Borobudur, Kantor Pos pusat, dan Kathedral Jakarta. Lokasinya berdekatan dengan kantor Kementrian Agama, kantor Kementrian Luar Negeri, dan Masjid Istiqlal. Taman ini dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dari Stasiun Gambir.
Lapangan Banteng sudah ada sejak jaman Belanda. Di abad ke-17, taman ini disebut sebagai Paviljoensveld dan merupakan milik seorang penguasa Belanda bernama Anthony Paviljoen. Beliau ini memang menguasai daerah yang sekarang dikenal sebagai Gambir. Nampaknya Anthony Paviljoen ini kemudian mendapatkan tugas ke negara lain, dan untuk selanjutnya kepemilikan tanah berganti beberapa kali.
Pameran Flora Fauna yang saya kunjungi.
Dengan bergantinya kepemilikan tanah di sekitaran Pasar Baru dan Gambir, areal Lapangan Banteng pun berganti-ganti kepemilikan. Nama Paviljoensveld pernah berganti menjadi Weltevreden saat dikuasai oleh Cornelis Chastelein. Pak Chastelein ini sempat mencoba membangun kebun kopi di sekitaran Weltevreden, namun kemudian beliau lebih memilih mengembangkan tanah di Depok. Pak Chastelein adalah orang yang anti perbudakan, dan saat meninggal beliau memberikan tanah kepada pegawainya yang sudah dimerdekakan dari perbudakan. Keturunan dari pegawainya itu sekarang dikenal sebagai Belanda Depok.
Setelah Napoleon dikalahkan di awal abad ke-19, areal Lapangan Banteng diberi nama Waterlooplein atau Lapangan Waterloo. Di tengahnya dibangun patung singa yang menjadi tugu peringatan kemenangan pertempuran di Waterloo melawan Napoleon. Penduduk lokal menyebutnya sebagai Lapangan Singa karena ada patung singanya.
Buat yang belum tahu, Napoleon yang berusaha menguasai seluruh Eropa itu dikalahkan di Waterloo pada tanggal 18 Juni 1815 oleh pasukan gabungan Inggris-Belanda-Jerman (saat itu Prussia). Perang Waterloo berpengaruh besar kepada masyarakat Belanda di daerah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) karena dengan kekalahan Napoleon, tanah Hindia Belanda kembali menjadi milik kerajaan Belanda. Sebelumnya, tahta Belanda dikuasai oleh Perancis dan daerah Indonesia dikuasai oleh Inggris, yang mana pengelolaannya dipegang oleh Sir Thomas Stamford Raffles.
Relief perjuangan Trikora.
Di pertengahan abad ke-19, Lapangan Banteng adalah tempat wisata warga Belanda di sekitaran Batavia. Konon di sini sering diselenggarakan pesta outdoor dan panggung musik. Kebetulan, memang lokasinya sangat strategis, karena dekat tempat wisata lokal seperti pusat kegiatan pesta Societeit Harmonie (daerah perempatan Harmoni, sekarang gedungnya sudah dihancurkan), Schouwburg Weltevreden (gedung opera, sekarang Gedung Kesenian Jakarta), dan Passer Baroe (pasar, sekarang Pasar Baru).
Saat Indonesia merdeka, nama Lapangan Singa dianggap masih berbau Belanda. Oleh sebab itu, namanya diganti menjadi Lapangan Banteng. Ada yang mengatakan bahwa di jaman Belanda, tempat ini juga sering disebut sebagai Buffelsfeld karena banyak banteng yang suka berendam lumpur di sini. Nah, bahasa Indonesia dari Buffelsfeld adalah Lapangan Banteng.
Mungkin ada yang penasaran, kenapa singa dianggap berbau Belanda? Padahal kan singa bukan hewan asli Eropa? Tentunya, itu karena salah satu lambang kerajaan Belanda adalah singa. Dulunya singa adalah lambang keluarga Nassau yang sudah muncul sejak abad ke-12. Salah satu anggota keluarga ini, yaitu William of Orange-Nassau, adalah pemimpin yang membawa bangsa Belanda merdeka dari pemerintahan Spanyol di tahun 1581. Karena William of Orange-Nassau ini adalah yang menurunkan keluarga kerajaan Belanda hingga sekarang, jadi lambang keluarganya yang berbentuk singa turut dibawa menjadi lambang negara.
Amphiteater dan kolam di Lapangan Banteng.
Di jaman kemerdekaan, Lapangan Banteng pernah menjadi terminal bus dalam kota dari tahun 1970-an sampai pertengahan tahun 1980-an, dan kemudian dijadikan taman kota hingga sekarang. Saat ini, Lapangan Banteng sering dipakai untuk tempat Pameran Flora Fauna dan kegiatan-kegiatan publik lainnya.
Ada apa di Lapangan Banteng? Yang jelas di sini sudah tidak ada banteng. Yang ada adalah lahan luas yang saat saya datang dijadikan tempat kios-kios penjual tanaman dan makanan. Ada juga taman bunga yang sebetulnya adalah lahan rumput dengan lampu-lampu kecil. Di sebelah taman ini terdapat lapangan yang dipakai untuk latihan sepak bola. Oh ya, di sini juga ada tempat bermain anak.
Poin utama tempat ini adalah Monumen Pembebasan Irian Barat yang berupa patung seorang pria yang membentangkan tangan dan kakinya sebagai lambang kebebasan. Monumen ini dibangun pada tahun 1963 untuk mengenang para pejuang Trikora dan masyarakat Irian yang memilih menjadi bagian dari NKRI. Kata Irian sendiri adalah singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederland. Mengenai Trikora, saya tidak akan membahas di sini. Silakan membuka lagi buku pelajaran waktu sekolah, ya.
Di samping monumen ini terdapat jajaran bendera merah putih yang di bawahnya terdapat relief yang menggambarkan perjuangan pembebasan Irian. Sekarang namanya Papua, ya. Nama Papua sudah ada sejak abad ke-17, yaitu nama yang diberikan Kerajaan Tidore kepada penduduk Papua karena penduduk di pulau ini tidak memiliki raja. Selain relief, terdapat juga ukuran kutipan kata-kata perjuangan yang terkait dengan peristiwa Trikora.
Monumen Pembebasan Irian Barat.
Patung pada Monumen Pembebasan Irian Barat sendiri berasal dari sketsa seorang pelukis yang cukup dekat dengan Bung Karno, yaitu Henk Ngantung. Pembangunannya diprakarsai oleh Bung Karno, dan direalisasikan oleh arsitek Friedrich Silaban dan pematung Edhi Sunarso. Pak Edhi Sunarso ini juga pematung yang membuat patung untuk Monumen Selamat Datang di Bundaran HI dan Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta. Friedrich Silaban adalah arsitek dari Masjid Istiqlal.
Di sisi lain dari monumen terdapat kolam yang di malam hari menampilkan atraksi air mancur menari di akhir pekan. Di sekitar kolam terdapat tempat duduk yang tersusun seperti tangga dan melingkar, membentuk sebuah amphiteather. Pada saat saya berkunjung, terdapat banyak orang yang duduk-duduk di amphiteather. Mungkin karena akhir pekan dan kebetulan ada pameran, jadi banyak sekali orang yang datang berkunjung. Katanya, di malam hari saat ada atraksi air mancur menari, pengunjung taman ini juga banyak.
Buat yang penasaran dan ingin datang ke Lapangan Banteng, bisa cek cara-cara naik kendaraan umum ke Lapangan Banteng di artikel ini.
Nah, jadi berkunjung ke Lapangan Banteng?

10 Komentar:

  1. Salah satu tempat yang terlewat untuk kukunjungi nih
    Semoga nanti bisa singgah ke sini.

    BalasHapus
  2. Senang sekali saya membaca sejarah lapangan Banteng. Begitu detailnya. Yang saya tahu, ya hanya patung yang melepaskan rantai saja.
    Saya pernah main kesana entah tahun berapa saya sendiri lupa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berhubung Lapangan Banteng sudah ada sejak jaman Belanda, sejarahnya lumayan panjang. Sebetulnya masih banyak tuh yang bisa diceritakan. Tapi ntar kepanjangan ...

      Hapus
  3. Ponakan sy suka sekali ke lap. Banteng karena ada air mancurnya itu.. kynya bagus yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya saya belum pernah lihat air mancurnya. Soalnya males ke sana sore/malam.

      Hapus
  4. Wah, tadinya aku sama anak2 dan suami mau main ke pameran flora di Lapangan Banteng nih. Kepengen belanja tanaman yang cantik2 :) Kan terkenal banget sejak lama ya mbak di sini buanyaaak koleksi tanaman dari yang paling murah sampai mahhhal :) Kalo sempat mau ah ke sana pas weekend.

    BalasHapus
  5. 2 bln sebelumnya saya sempat ke sana. sebelum2nya cmn lewat. Cmn waktu itu lagi banyak tentara jaga, entah ada apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentara? Apa lagi ada acara? Nggak tahu juga ya ...

      Hapus