16 November 2019

Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti tour dari Wisata Kreatif Jakarta untuk mengunjungi tempat-tempat yang menarik di kawasan Jakarta Utara. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah tempat-tempat bersejarah, misalnya Stasiun Tanjung Priok ataupun Pasar Ular. Nah, salah satu bagian dari tour itu adalah mengunjungi makam Mbak Priok atau Gubah Al-Haddad. Makam ini adalah salah satu tempat keramat karena menjadi tempat peristirahatan terakhir Mbah Priok, yang merupakan seorang penyiar agama Islam. Perihal siapa itu Mbah Priok masih menjadi kontroversi hingga sekarang. Namun, artikel ini tidak akan membahas mengenai kontroversi tersebut. Saya hanya akan menceritakan kunjungan saya ke tempat keramat tersebut.
Makam Mbah Priok atau Gubah Al-Haddad.
Pihak Wisata Kreatif Jakarta memang sudah sering mengajak orang berkunjung kemari, walaupun tujuannya bukan untuk ziarah. Makam Mbah Priok merupakan salah satu cagar budaya dan tempat keramat bagi warga Jakarta Utara. Oleh sebab itu, kunjungan kemari bisa juga berupa kunjungan kebudayaan, yaitu untuk lebih mengenai budaya lokal Jakarta.
Saat kami datang, di sekitar bulan Maret yang lalu, terlihat ada banyak bus yang membawa peziarah dari berbagai tempat di pulau Jawa. Hari itu adalah hari Minggu, jadi tidak heran banyak orang memiliki waktu untuk bepergian cukup jauh. Akan tetapi, menurut panitia, di hari biasa juga banyak yang datang untuk berziarah.
Karena ikut tour, dan kebetulan ada peserta tour yang membawa mobil, kami datang dengan menggunakan mobil pribadi. Areal parkir di sini cukup luas. Tentunya, karena memang untuk menampung bus-bus jarak jauh yang datang kemari berombongan. Di dekat tempat parkir ada semacam tempat peristirahatan dimana ada penjual makanan.
Berjalan menuju kompleks makam, kami melewati para peziarah yang berbaju putih-putih berjalan berombongan. Saat kami hendak masuk, sempat ada kebingungan karena banyak peserta tour perempuan yang tidak menggunakan kerudung ataupun pakaian yang cukup tertutup. (Untuk tambahan, kunjungan Makam Mbah Priok ini memang baru ditambahkan di detik-detik terakhir karena ada peserta tour yang meminta dan waktunya masih memungkinkan.)
Apakah bisa berkunjung kemari tapi tidak berziarah? Tidak perlu khawatir. Petugas di sana menjelaskan bahwa Makam Mbah Priok terbuka untuk semua orang. Selain itu, keturunan Mbah Priok yang mengelola kawasan ini menerima perbedaan dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika. Jadi, selama mengikuti ketentuan yang berlaku, siapa saja bisa mengunjungi makam Mbak Priok. Kami yang tidak mengenakan kerudung dan kebetulan memakai celana selutut atau kaos berlengan pendek dipinjami mukena yang bisa dipakai selama berada di kawasan makam. Gratis. Sebagai seorang non Muslim, itu adalah kali pertama saya memakai mukena.
Ketentuan yang berlaku selama masuk ke bangunan kompleks makam adalah: tidak mengenakan alas kaki, mengenakan pakaian tertutup (kerudung dan pakaian longgar panjang untuk perempuan), dan tentunya tidak buang sampah sembarangan. Untuk perempuan yang bajunya kurang sesuai untuk lokasi ziarah, ya akan dipinjami mukena sama seperti kami. Oh ya, tentunya selama di dalam lokasi berlaku sopan karena orang-orang datang dengan tujuan religius.
Di kompleks ini terdapat ruangan yang cukup luas, semacam hall, dimana peziarah dapat mengadakan acara-acara doa bersama terkait dengan ziarah. Di dalam kompleks ini ada kolam yang airnya dipercaya membawa berkah. Tentunya itu kembali ke kepercayaan masing-masing ya. Untuk saya, nilai penting yang diterakan pada kolam yang sumber airnya dari sumur setempat ini menunjukkan pentingnya air bagi kehidupan manusia. Selain itu, di dekat pintu masuk ada juga kotak-kotak sumbangan yang dapat diisi seikhlasnya. Oh ya, untuk datang ke Makam Mbah Priok tidak ditarik bayaran apapun. Semuanya sukarela.
Makam Mbah Priok sendiri ada di dalam satu ruangan yang tertutup. Selain makam beliau, di dalam ruangan tertutup itu juga ada beberapa makam lainnya. Tentunya ruangan makam ini hanya dibuka di saat-saat tertentu dan yang boleh masuk juga hanya orang-orang tertentu. Pengunjung biasa hanya dapat mengintip ke dalam dari jeruji yang ada. Di sekitar ruang makam ini terdapat pendopo yang luas dan sejuk dimana peziarah dapat berdoa. Sebagai bagian dari sopan santun, tentunya tidak baik untuk duduk-duduk di sini dan mengobrol, dan juga jangan berjalan membelakangi makam.
Untuk yang ingin berkunjung ke Makam Mbah Priok dengan menggunakan kendaraan umum, pengunjung dapat menggunakan bus tingkat, yaitu Bus Wisata Jakarta, jurusan Juanda – Makam Mbah Priok (koridor BW6). Bus ini berangkat di seberang stasiun Juanda, yaitu persis di depan pintu gerbang Masjid Istiqlal. Selain naik di Juanda, pengunjung juga bisa naik bus ini dari gerbang Monas, depan Balaikota, ataupun depan Sarinah. Bus ini datangnya jarang-jarang, dan selalu penuh. Jadi bisa antre cukup lama untuk bisa naik ini.
Buat yang ingin naik kendaraan umum tapi tidak mau antre bus tingkat terlalu lama, bisa ambil bus Transjakarta koridor 10 jurusan PGC - Tanjung Priok. Dari halte busway Tanjung Priok, ya tinggal naik ojek atau ojek online. Untuk yang naik Commuter Line dan turun di stasiun Tanjung Priok, untuk melanjutkan perjalanan ke Makam Mbah Priok juga dapat menggunakan ojek atau ojek online. Kalau mau jalan kaki dari halte busway atau stasiun juga bisa sih ... jalan kaki sekitar 40 menit ya. Tapi jalannya panas banget dan tidak nyaman untuk pejalan kaki. Belum lagi truk besar dan tronton banyak lewat di sekitar situ.
Menarik juga kan, berwisata budaya ke Makam Mbah Priok. Yuk, bersama-sama melestarikan budaya dan kearifan lokal.

52 Komentar:

  1. Iya, jalur menuju ke tempat ini masih cukup horor karena kendaraannya gede-gede. Selebihnya sih suka, pas sampe di sana cuacanya lumayan mendukung jadi ga begitu panas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, jarang tuh cuaca sejuk. Biasanya daerah Tanjung Priok panas banget!

      Hapus
  2. suatu hari nanti saya akan pergi melancong juga ke Jakarta

    BalasHapus
  3. wisata ini juga perlu di lestarikan. untuk masalah kepercayaan semua kembali ke pribadi masing-masing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kepercayaan urusan masing-masing. Tapi pemeliharaan sejarah dan budaya urusan bersama.

      Hapus
  4. hah? jadi Priok itu nama orang? kalo lihat gerbangnya, terhitung mewah juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya Priok itu nama sebutan karena dia membawa periuk. Tempatnya luas dan relatif rapi, lho. Meskipun pengunjungnya beragam.

      Hapus
  5. Waah kami juga pernah kesini nih sekali. Tapi nggak foto foto niatnya cuma ziarah aja. Jadi bingung mau nulis apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha saya memang niatnya wisata budaya, Kak. Tapi yang saya kagumi, wisatawan religi atau wisatawan biasa, tetap diperlakukan dengan hormat. Itu okeh, lho.

      Hapus
  6. Saya jarang banget wisata yang ziarah-ziarah gitu Mbak. Soalnya kadang horor dan mistis :D Pernah sekali nyebrang ke Pulau Cipir dan Onrust (Kep. Seribu) sama teman-teman, disana menemukan makam keramat yang nisannya dibungkus kain. Pulang-pulang semuanya pucet ketakutan karena diceritain legenda noni Belanda sama guide.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, walau ini makam, tapi nggak horor. Saya nggak pernah dengar kisah horor di sini. Atau saya yang kudet, ya.

      Hapus
  7. Ada wisata ini ternyata di priok ya mba.. sekaligus jadi wisata religi ya..krn siapa saja boleh ikut masuk.. tfs mba

    BalasHapus
  8. Paling senang, kalo aku, ke tempat wisata yang terjangkau oleh transportasi umum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak. Ada bus tingkat itu membantu banget.

      Hapus
  9. Wah padahal dulu aku sering lho ke daerah Priok, tapi belum tahu ada wisata ini
    Kapan-kapan mau ah berkunjung ke sana juga
    Bebas khan ya waktu berkunjungnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berhubung itu makam, kayaknya buka 24 jam deh. Tapi untuk pastinya sih, harus tanya manajemennya.

      Hapus
  10. Iyaah aku udah tau lama tentang tempat ini kak tapi sampek saat ini belum kesampean kesana euy hahaha. Semoga kelak bisa kesini deh aamiin

    BalasHapus
  11. Saya dengar tentang makam Mbah Priok ini pertama kali ketika Ahok masih jadi gubernur. Saya mendengar Ahok menjadikan makam ini sebagai cagar budaya supaya nggak gampang digusur swasta. Semula saya nggak tahu Mbah Priok itu siapa, sampai saya diberi tahu kemudian bahwa Mbah Priok ini pedagang Arab yang menyiarkan agama Islam di kawasan Jakarta di abad sekitar kerajaan Demak atau Samudera Pasai (mungkin salah satunya). Jadi nama aslinya Gubah Al Haddad ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya sih begitu, Kak. Yang jelas dia sangat dihormati di sekitaran Tanjung Priok ini.

      Hapus
  12. hmmmm siapakah mbah priok itu? aku kadang gak paham nih mba, orang orang datang kesana untuk takziah ya? atau gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya juga nggak tahu juga, Kak. Lha saya ke sana juga nggak ziarah. Kalau yang saya lihat sih, orang-orang berdoa bersama, tapi di aula terpisah gitu.

      Hapus
  13. Sudah lama pengen ke Makam mbah priok, semoga suatu saat bisa keturutan.

    BalasHapus
  14. Wah..saya baru sekali ke sini bersama ibu..itupun sudah bertahun lalu..sekarang makin tertib dan teratur peziarahnya ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak. Ternyata banyak yang ziarah ke sini ya.

      Hapus
  15. Jadi, apakah Mbah Priok ini berhubungan dengan nama Tanjung Priok di Jakarta Utara? Aku penasaran dengan sosok beliau, sampai menjadi destinasi terakhir bus wisata. Sepenting apa beliau?

    Mbak Dyah ini kayaknya kalo pas kunjungan ke tempat wisata lebih suka menikmati tempatnya dengan kelima indera ya, jarang dokumentasi :D
    Ini bukan mengkritik atau masukan btw.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha... minim foto ya. Karena ini tempat ziarah, saya nggak berani banyak foto-foto. Nggak elok ya, kalau orang lain berdoa kita foto-foto.

      Soal Mbah Priok, yang jelas dia penyiar agama Islam asal Palembang dan dianggap memiliki kemampuan lebih menurut warga Tanjung Priok. Tapi mengenai siapa dia sebenarnya, masih menjadi perdebatan sejarahwan.

      Hapus
  16. Jadi inget pernah ada peristiwa berdarah bentrok satpol pp di depan makam mbak priol. Agak serem ngak sih dalemnya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak serem, kok. Biasa aja. Simple dan tenang.

      Hapus
  17. Jadi belum diketahui pasti ya apa-siapanya Mbah Priok ini? Siapa tahu ada sangkut-pautnya dengan Wali Songo, sama-sama penyiar agama Islam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm... dia katanya seorang wali juga, tapi nggak ada kisah yang menyebutkan hubungannya dengan Wali Songo.

      Hapus
  18. Mbah Priok ini tokoh yang amat berpengaruh pada masanya lho. kesini bisa naik TJ juga tho. lain kali bisa dicoba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik Transjakarta ke Tanjung Priok tuh butuh mental baja. Tempatnya panas dan jalan-jalannya nggak nyaman buat jalan kaki.

      Hapus
  19. Yang penting mengikuti ketentuan yang berlaku ya. Saya jadi ingin tau lebih banyak tentang Mbah Priok. Pernah denger sih beberapa tahun lalu tentang nama ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya populer waktu kasus Satpol PP mau memindahkan makannya dan gagal. Tapi kisah hidupnya memang kurang dikenal orang.

      Hapus
  20. Gimana perasaannya pakai mukena, mbak? Susah nggak geraknya?

    Kaget juga lho saya ada bus wisata yang tujuannya langsung ke sana.

    Kalau tempat nggak ada tarifnya alias sukarela, saya tuh suka bingung mau kasih berapa ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakai mukena? Biasa aja, kok. Tetap bisa jalan-jalan santai. Btw, kalau tempat ziarah emang biasanya serba sukarela kan ya. Yang nggak sukarela ya pas bayar makanan di kantin atau warung sekitar.

      Hapus
  21. Mba, berkunjung ke Makam begitu, boleh motret nggak sih di dalam? Atau ada tata cara ijinnya dulu misalkan kalau mau motret kegiatan di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di makam Mbah Priok, kalau cuma foto-foto di depan pintu atau foto-foto bawah tulisan nama tempat di dinding, itu banyak yang melakukan. Tapi saya gak lihat ada yang foto-foto bebas gitu.

      Menurut saya, foto-foto di tempat ziarah nggak bisa sembarangan. Terutama sekali karena bisa dianggap mengganggu yang ziarah. Tapi kalau foto-foto biasa di pemakaman umum sih, nggak masalah. Apalagi kalau di Taman Makam Pahlawan atau di areal kuburan yang kuno gitu. Biasanya tidak menimbulkan sentimen negatif masyarakat. Kalau untuk acara tertentu (misalnya kegiatan kelompok) mestinya harus ijin ke pengurus, ya.

      Hapus
  22. Belum pernah ke makam Mbak Priok ini. Menarik juga untuk digali ya sejarah tentang beliau. Apa nggak ada anak cucu beliau yang bisa menceritakan tentang asal-usulnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keturunannya masih ada sih. Tapi tentang Mbah Priok ini, kisah hidupnya bercampur dengan legenda. Jadi agak susah dicari mana benang faktanya.

      Hapus
  23. Wah sebagai bagian dari sejarah penting Jakarta..semoga makam mbah Priok selalu terawat ya...Jadi generasi penerus masih bisa mengenal sejarahnya dan jejak terkahirnya di kawasan Priok

    dianesuryaman dot com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, selayaknya peninggalan bersejarah selalu dirawat.

      Hapus
  24. Lho mbak,, kok nggak disebut kontroversinya, kan aku suka baca yang kontroversial gitu. Ahahaha.

    Berarti di Makam Mbah Priok ini nggak boleh ambil gambar ya mbak? Fotonya satu aja.
    Biar khusyuk ziarahnya kali ya mbak, meski boleh juga datang lihat-lihat aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... sukanya yang kontroversial ya. Lebih suka bubur diaduk atau engga, nih? (Ini salah satu kontroversi top masa kini.)
      Btw, nggak ada larangan foto-foto, kok. Saya cuma nggak enak hati. Lagian peziarah mondar-mandir, nggak elok kalau sampai memotret mereka. Ntar kita dibilang mengganggu orang ibadat.

      Hapus
  25. Aku juga pernah nih mbak ke makam Mbah Priuk ikut tour dari Wisata Kreatif Jakarta (mbak Ira). Tp aku nya ga berani masuk ke dalem, nunggu di luar ajh hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalamnya bersih, lho. Saya cuma nggak berani foto-foto aja di dalam.

      Hapus
  26. Waa.. Aku yang orang Priuk belum pernah yang bener-bener wisata ke sini lhoo, haha. Suka keingetan kejadian beberapa tahun lalu yang ada keributan di sana :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... harusnya dengan dikembangkannya tempat ini sebagai obyek wisata budaya, kejadian itu tidak akan terulang lagi.

      Hapus