3 Desember 2022

 

Sepiring mangut beong.

Waktu saya jalan-jalan ke Borobudur bersama keluarga, kami menyempatkan diri untuk makan siang salah satu hidangan khas daerah sekitar Magelang, yaitu mangut beong. Jujur saja, sebelumnya saya tidak pernah mendengar nama ikan beong. Jadi makan siang itu juga sekaligus untuk memenuhi rasa penasaran kami.

Ikan beong ini memang santapan khas penduduk di tepian sungai Progo karena memang ya ikan ini hidup liar dan banyak ditemui di sungai Progo. Ikan beong, yang nama latinnya adalah Hemibagrus nemurus ini, adalah hewan endemik di Indonesia, antara lain hidup di sungai Progo. Ikan ini tidak tinggal di tepian sungai, dan umumnya masyarakat menangkap ikan ini di area yang kedalaman sungainya sekitar 2 meter atau lebih.

Populasi ikan yang juga disebut sebagai Asian redtail catfish ini sempat semakin menyusut karena banyak ditangkap dan dimakan orang, namun sulit dibudidayakan. Sampai dengan baru-baru ini, ikan beong dianggap hanya dapat hidup liar di sungai. Namun kini telah ada yang berhasil membudidayakan ikan beong ini sehingga dapat lebih bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat.

Sesuai dengan nama bahasa Inggrisnya, yang mencantumkan kata “catfish”, orang lokal akan menjelaskan kepada turis dan pendatang bahwa ikan beong itu seperti ikan lele. Katanya, rasanya juga seperti lele. Waktu saya mendengar penjelasan itu dari penduduk lokal, saya pikir hidangan mangut beong akan serupa dengan hidangan mangut lele.

Akan tetapi, pada saat saya melihat sendiri hidangannya, heranlah saya karena satu piring hanya bisa ditempati sepotong ikan saja. Kalau ikan lele, kan satu ekor ikan utuh bisa ditaruh di atas piring. Ternyata, ikan beong ini lebih mirip dengan ikan lele raksasa! Soalnya beratnya ikan beong bisa mencapai 2 kg.

Mangut adalah cara memasak ikan yang umum dijumpai di Indonesia, dimana ikan dimasak dengan santan dengan bumbu-bumbu khas seperti kunyit, lengkuas, sere, salam, dan lain-lain. Saya sudah pernah mencoba jenis ikan lain yang dimasak mangut, tapi memang baru kali ini saya makan mangut beong.

Menurut saya, ikan beong tidak ada samanya dengan ikan lele. Dari ukurannya saja jelas beda. Walaupun sama-sama punya sungut ya, tapi bentuknya sebetulnya nggak sama juga. Tekstur dagingnya juga beda. Daging ikan lele lembut. Kalau ikan beong, menurut saya, teksturnya lebih seperti ikan gabus. (Kalau saya baca di internet, ada yang bilang seperti ikan gurame.) Umumnya mangut beong disajikan pedas.

Kami makan mangut beong di salah satu rumah makan di pinggir jalan utama menuju Borobudur, di dekat Candi Mendut, yaitu di Warung Makan Mbak Tri 2 (Spesial Mangut Beong). Rumah makan ini bisa dicapai hanya dengan jalan kaki 7 menit dari Candi Mendut ke arah Candi Borobudur (menyusuri jalan ke arah barat). Restoran ini sederhana, tapi bolehlah mampir ke sini mencoba mencicipi mangut beong. Kebetulan yang di sini rasanya tidak terlalu pedas (menurut saya), jadi cocoklah dengan perut saya. Oh ya, tempat parkir terbatas.

Buat yang penasaran dengan menu khas Magelang ini, yuk langsung ke daerah Magelang. Sekalian peninggalan nenek moyang berupa candi Borobudur dan candi-candi lainnya, hidangan mangut beong juga bisa menjadi tujuan wisata di daerah sekitaran tepi sungai Progo ini. Jadi nggak cuma wisata mata, namun juga wisata perut.

2 Komentar:

  1. pertama kali tahu ada kata "mangut beong" :O

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga baru dengar waktu ke Borobudur itu. Padahal katanya itu makanan khas sana dan terkenal lho.

      Hapus