2 Juni 2014

Hari IV : Pulang

Bagian ini sebenarnya singkat saja. Hari terakhir, tanggal 21 Mei, kami hanya belanja oleh-oleh sebentar terus pulang. Pesawat berangkat dari Labuan Bajo jam 12:05, transit di Denpasar jam 13:25, lalu saya terbang ke Jakarta jam 16:00. Itu saja.
Pagi hari di balkon kamar hotel.
Seperti yang sudah saja jelaskan sebelumnya, pantai di Labuan Bajo bukan pantai sunrise. Jadi pagi hanya berangsur-angsur terang seperti di kota besar saja. Untuk hotel tempat kami menginap kali ini langsung menghadap ke pantai. Jadi sepanjang pagi kami hanya duduk-duduk di tepi kolam renang dan jalan-jalan di tepi pantai dekat hotel. Setelah tiba waktunya, kami meninggalkan hotel, mampir sebentar ke toko oleh-oleh, lalu pulang.

Catatan tambahan:
1. Tiket pesawat ke Labuan Bajo
Tiket pesawat ke Labuan Bajo bisa dibilang tidak pernah diskon. Jadi satu-satunya cara untuk menghemat adalah membeli tiket jauh-jauh hari. Semua pesawat dari Jakarta ke Labuan Bajo pasti transit di Denpasar.
Bali dilihat dari pesawat saat pulang ke Jakarta.

2. Makan di Labuan Bajo.
Kalau makan di Kampung Ujung, harga penduduk lokal dan harga turis kadang-kadang dibedakan. Waktu kami beli es teler, harganya dibandrol Rp 10.000,-, tapi harga penduduk lokal hanya Rp 7.000,-. Itupun kita tahunya karena anaknya ibu penjual nyeletuk waktu kita mau bayar.
Waktu makan malam bersama di Kampung Ujung, kami membeli satu sop ikan (satu ikan utuh), satu ikan bakar, sayur kangkung, sambal pelecing, lengkap dengan lalapan dan terong goreng, ditambah nasi putih lima piring dan teh manis. Total harganya Rp 175.000,-
Makanan di rumah makan lebih mahal lagi. Waktu makan siang di Pesona Bali (Jl. Soekarno Hatta atas), kami membeli satu cumi goreng, dua ikan bakar, lima nasi putih, lima es jeruk. Total biayanya Rp 323.000,-
Satu set ikan bakar di Restoran Pesona Bali.
Tapi waktu makan malam terakhir, kami hanya membeli bakso tiga mangkok (dengan isi yang berbeda-beda) dan dua es teler (dengan harga Rp 7.000,- per gelas, yah), total biayanya Rp 55.000,-
Tempat-tempat yang memasang nama “restaurant and bar”, kalau melihat menunya, biasanya harganya hampir sama dengan harga di cafe di Jakarta. Mengingat dimana-mana turisnya orang asing, saya tidak heran dengan harga-harga di sini.
Makanan di Labuan Bajo rasanya cenderung hambar, tidak terlalu berbumbu. Ini juga berlaku untuk sop ikan dan ikan bakarnya. Mungkin cocok untuk selera orang asing, tapi kalau untuk penggemar kuliner berbumbu sepertinya tidak akan merasa makanan di sini istimewa.

3. Hotel Gardena adalah salah satu hotel yang sangat disukai turis.
Terutama sekali karena bentuknya cottage, berada di bukit, dan menghadap ke laut. Pemandangannya memang bagus. Pemesanan hanya bisa lewat telepon, atau datang langsung saja di hari H. Informasi tentang hotel ini minimal, tapi untuk riset awal boleh lihat di (http://www.gardenaflores.com).
Gardena Hotel di atas bukit, menghadap ke pelabuhan.
Harga kamar bervariasi, dari yang sekitar Rp 400.000,- sampai yang di bawah Rp 200.000,-. Harga kamar kami kemarin Rp 220.000,- per malam (satu kamar berdua) belum termasuk PPN. Kamar kami hanya pakai kipas angin, tempat tidur pakai kelambu, namun pemandangannya dari kamar memang luar biasa. Letaknya juga di atas bukit jadi kalau mau pergi-pergi harus olah raga dulu turun-naik bukit.
Hotel Gardena satu alamat dengan Cit Ma Bon Italian Restaurant, jadi tidak perlu khawatir kalau ingin mencoba masakan rumah makan di sini. Yang punya rumah makan ini memang orang Italia yang sudah lama tinggal di Labuan Bajo.

4. Hotel Laprima adalah hotel bintang empat.
Ada kolam renang, antar jemput ke bandara gratis (untuk waktu check in dan check out), dan ada sewa mobil kalau mau jalan ke Labuan Bajo. Letaknya jauh dari mana-mana, dan kalau malam jalanan di sekitarnya gelap. Hotel ini bertingkat dan tentunya kalau mau ke kamar tinggal naik lift. Kalau soal kenyamanan, boleh lah di sini. Oh ya, harga bervariasi, bisa dari Rp 700.000,- sampai lebih dari Rp 1.500.000,- tergantung jenis kamar, peak season, dan promo yang berlaku. Kalau mau menginap di sini bisa booking lewat Agoda dan lain-lain. Bisa dapat diskon. Coba lihat saja di (http://www.laprimahotelkomodo.web.id/).
Kolam renang dan pantai di Laprima Hotel.

5. Sewa kapal.
Sewa kapal bisa lewat hotel, atau kalau ingin jalan-jalan ala backpacker sejati, tinggal datangi satu-satu kios penyelenggara tour di sepanjang jalan di dekat pelabuhan. Ada tour satu hari, tour menginap di kapal, tour sekaligus menginap di pulau resort, tour privat, dan tour yang sharing dengan turis lain. Kalau kami memang tour privat, jadi tidak bergabung dengan orang-orang yang tidak kami kenal. Di musim turis, tour yang diselenggarakan bisa penuh dan Anda harus antre dulu untuk bisa dapat giliran. Kalau waktu sepi, kalau tidak ingin privat bisa harus menunggu ada turis lain yang berminat untuk pergi ke tujuan yang sama.
Kapal kami (warna coklat) selama di lepas pantai Labuan Bajo.
Kami menyewa kapal dari Kak Mat (Anang). Kapal kami relatif baru, baru satu tahun beroperasi. Walau mesin motornya dijalankan dengan tenaga solar, tetapi listrik untuk kebutuhan lainnya dengan panel solar. Seperti yang sudah saya ceritakan, di malam hari kami dapat mengecharge handphone, menyalakan lampu dan kipas angin, tanpa terganggu suara genset yang berisik. Lampu dan kipas angin menyala semalam penuh di atas kapal. Ada cadangan air tawar untuk mandi seperlunya.
Kamar kami.
Harga sewa kapal tergantung jumlah penumpang dan lamanya perjalanan. Kemarin kami hanya bertiga, dan hanya menginap semalam, total biayanya Rp 3.300.000,- sudah termasuk makan dan minum selama perjalanan, dan peralatan snorkeling lengkap. Tidak termasuk biaya masuk tempat wisata. Maksimal penumpang 7 orang, dan semakin banyak peserta harga perorangnya akan semakin murah. Kak Mat ini Diving Master, jadi kalau mau diving, bisa pakai jasa dia untuk menunjukkan spot diving yang bagus. Kalau mau kontak Kak Mat bisa di 0821 4570 4054.

6.  Diving licence.
Saya tidak diving yah. Tapi saya melihat di sepanjang jalan di pelabuhan ada banyak kios yang menawarkan diving licence dari PADI. Kalau berminat bisa bertanya langsung ke kios-kios tersebut. Kios-kios ini biasanya juga menawarkan paket latihan diving, sekaligus menginap di resort rekanan mereka.

7. Oleh-oleh.
Di Labuan Bajo jarang ada kios oleh-oleh. Lebih banyak kios travel agent daripada penjual oleh-oleh. Di sepanjang jalan Soekarno-Hatta di dekat pelabuhan, kami kemarin hanya menemui tiga kios oleh-oleh yang buka. Dua yang kami kunjungi masih satu grup, yaitu Ora Art Shop. Ada satu lagi yang ada di dekat Ora Art Shop, tapi tidak kami kunjungi. Katanya Kak Mat juga punya toko kerajinan dan oleh-oleh (Anang Art Shop), tapi kalau dia berlayar, toko itu tidak buka.
Salah satu oleh-oleh yang dijual di Exotic Komodo.
Ada satu lagi kios kerajinan dan oleh-oleh, letaknya di dekat bandara. Namanya Exotic Komodo Souvenir Shop, yang ternyata masih satu kompleks dengan Exotic Komodo Hotel dan Exotic Komodo Restaurant. Souvenir yang dijual di sini lengkap, tapi harganya masih di atas kios-kios yang ada di dekat pelabuhan. Tidak seperti toko suvenir yang sudah disebutkan di atas, Exotic Komodo menjual oleh-oleh berupa makanan. Jadi, kalau minatnya mencari makanan, lebih baik mampir di sini.
Di pulau Komodo, di dekat pos ranger, juga ada tempat penjualan oleh-oleh. Di sini banyak dijual ukiran komodo dari kayu. Ukiran ini yang membuat adalah penduduk desa Komodo, jadi lebih baik membeli ukiran di sini saja. Untuk kaos dan kain, lebih murah membeli di dekat pelabuhan. Di tempat ini juga dijual gelang dan kalung mutiara, dan kalau beruntung bisa mendapatkan barang unik seperti mutiara laut dengan harga yang masuk akal.
Penjual kain tenun Ruteng di sekitar pelabuhan.
Di pelabuhan saya menemui dua bapak-bapak yang berkeliling berjualan kain tenun dari Ruteng. Mereka bilang mereka menginap di pasar kalau malam. Harga kain tenun yang mereka jual bersaing dengan harga kain di Art Shop. Kalau berminat, lebih baik tanya-tanya di kios dulu, baru kemudian menawar ke pedagang lepasan ini.

8. Masuk ke tempat wisata.
Masuk ke Batu Cermin bayar per orang Rp 10.000,-, belum termasuk biaya tour guide yang harus menemani saat masuk ke gua. Harga tiket sudah termasuk helm proyek dan senter untuk keamanan kepala saat masuk gua.
Gerbang Masuk Taman Nasional Komodo.
Biaya masuk Taman Nasional Komodo per orang Rp 2.500,- lalu ada biaya sumbangan ke Pemda Rp 20.000,-. Biaya kamera (wajib, yah) Rp 5.000,-. Jasa ranger / guide resmi Rp 80.000,-. Di luar itu, kita juga bisa memberi tips untuk ranger yang menemani kita.
Untuk pulau-pulau tanpa penghuni, biaya masuk gratis. Di pink beach, kapal tidak boleh mendarat ke pantai. Jadi kami harus menyewa kapal penduduk lokal untuk diantar ke lokasi snorkeling di tepi pantai. Biaya kapal dihitung per kepala, Rp 20.000,- per orang.

9. Belanja kebutuhan sehari-hari.
Di Labuan Bajo tidak ada Indomaret dan teman-temannya. Adanya toserba lokal dan warung-warung. Jalan saja di sepanjang jalan di dekat pelabuhan, pasti ketemu.
Toserba di depan Wisata Kuliner Kampung Ujung.
ATM ada beberapa di dekat pelabuhan: yang saya ingat ada ATM BNI, ATM Mandiri, ATM BRI. Di pinggir jalan ada Bank BNI, dan ada Bank NTT. Ada juga kantor Pegadaian di dekat pelabuhan.
Untuk bepergian, ada ojek dimana-mana. Kalau kendaraan umum, saya kurang paham. Satu-satunya angkot yang saya lihat adalah jurusan Labuan Bajo – Ruteng, yang biasanya lewat dekat pelabuhan di sore hari.

(Selesai.)

2 Komentar:

  1. hai salam kenal ... mau nanya niy apakah untuk sewa kapal bisa hanya 2 orang saja? waktu kalian berlayar pesertanya hanya 3 orang perempuan semua ataukah digabung dengan peserta yang lainnya ? infonya sangat bermanfaat ,trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu berlayar, kami memang hanya bertiga perempuan semua. Private tour, jadi tidak digabung dengan orang lain. Kalau mau sewa kapal hanya untuk dua penumpang juga bisa, selama masing-masing mau bayar lebih mahal. Untuk info yang lebih akurat dan up-to-date, bisa tanya langsung ke Kak Mat, tour guide kami. Nomer handphone-nya ada di atas.

      Hapus