30 Desember 2013

Hari 3
24 Desember 2013
Singapore Botanic Garden, Alexandra Arch, Henderson Waves, Chinatown, Orchard Road: Tempat Wisata Gratis!


Hari ini sebenarnya dimaksudkan untuk jalan-jalan di tengah hijau daun. Jadi, setelah bangun sekitar jam 8, sarapan, dan mandi, saya langsung menuju ke Singapore Botanic Garden, dengan naik bus no: 7 (naik dari depan Sultan Mosque). Turun di seberang Botanic Garden. Tempat ini adalah tempat yang cocok kalau berminat untuk wisata gratis – hanya beberapa bagian saja yang harus membayar. Tentunya saya hanya muter-muter di area yang gratis – itupun sudah 3 jam jalan kaki. Total area kebun ini adalah 74 hektar dan isinya padat. Setiap sudut dibangun areal taman khusus atau kelompok tumbuhan tertentu. Jadi kalau mau muter-muter di sini seharian juga bisa.

Sundial Park
Di beberapa sudut, ada petunjuk untuk beberapa Trail tertentu, yang dapat diikuti. Trail adalah jalur perjalanan yang sudah ditentukan sebelumnya. (Untuk contoh Trail, boleh intip di: http://www.nparks.gov.sg/ Cari "Visitor's Guide" lalu pilih "Guides to Walking Trails") Beberapa website personal juga menawarkan Trail yang mereka temukan sendiri. Cuma, karena saya memang minatnya cuma jalan-jalan bebas, ya muter-muter saja. Ada beberapa tempat yang menarik, yaitu Marsh Garden, Swan Lake, Tembusu Tree yang ada di tengah padang, Sundial Park, Symphony Lake dan Palm Valley (bagus banget buat foto-foto!), dan Evolution Garden. Ada juga tempat khusus untuk jenis anggrek hibrid pertama yang dikembangkan di Singapura, yang dinamai Vanda Miss Joaquim.

Buat yang mau jalan-jalan di Singapore Botanic Garden, sebaiknya mempelajari peta dulu supaya jalurnya bisa lebih efisien. Semua tempat di sini tertata dengan rapi dan papan petunjuk ada di mana-mana. Tapi kalau jalannya ngasal bisa muter-muter di tempat yang sama berkali-kali. Belum selesai memutari keseluruhan kebun, sudah capek duluan. Oh ya, kalau berminat untuk melihat koleksi anggrek yang termasuk paling lengkap di dunia, bolehlah masuk ke National Orchid Garden dengan membayar tiket seharga SGD 5. Berhubung saya tidak punya banyak waktu, saya tidak masuk ke area ini.

Palm Valley
Jam 12:30 mendadak hujan deras, dan larilah saya ke tempat perlindungan terdekat. Kebetulan, saya sudah dekat dengan MRT Station, jadi jalanlah saya ke sana. Untung jas hujan dan payung tersedia di dalam tas.

Tadinya rencana awal mau ke Hort Park naik bus. Berhubung sudah terlanjut di pintu masuk MRT Station, yah, jadinya naik MRT terus nyambung bus deh. Dari Botanical Garden MRT Station keluar di Labrador Park MRT Station. Mampir ke mall di pertigaan jalan untuk makan siang di McDonald, baru jalan ke halte bus. Makan paket yang paling masuk akal di McDonald, harganya SGD 7.55. Setelah itu naik bus jalur apa saja, turun setelah dua halte, sampai deh di Hort Park. Tapi saya tidak masuk ke sana, saya hendak menyusuri jalur hijau Southern Ridge, dari Alexandra Arch, melewati Henderson Waves, dan terakhir menyelesaikan Marang Trail di Harbour Front MRT Station (dekat Vivo City). Jadi, begitu turun bus, saya langsung naik tangga menuju jembatan penyeberangan, yang tak lain adalah Alexandra Arch.

Alexandra Arch dari arah Hort Park.
Secara singkat, perjalanan saya mengikuti alur berikut: Alexandra Arch – Forest Walk – Hiltop Walk (Telok Blangah) – Henderson Waves – Mount Faber Walk – Marang Trail. Alur ini pun sebenarnya cuma separuh dari jalur hijau selatan Southern Ridge, karena sebelum Alexandra Arch sebenarnya masih ada Hort Park dan Kent Ridge. Kalau ada waktu, boleh menjajagi keseluruhan jalur hijau di daerah selatan ini. Buat yang pengin jalan-jalan di Singapura sambil menikmati hijaunya pepohonan dengan nyaman, bersih, dan gratis, jalur ini okeh banget buat dicoba. (Perjalanan saya ini sebenarnya mencontoh salah satu Trail yang ada di website yang saya sebutkan tadi, hanya saja dari arah yang berlawanan dan hanya separuh jalan.)

Alexandra Arch adalah jembatan penyeberangan di Alexandra Road. Warnanya putih dan bentuknya unik. Kabarnya kalau malam lampu-lampunya menyala dan indah sekali. Tapi karena saya tiba di sini jam setengah tiga, ya lampunya belum menyala. Alexandra Arch langsung menyambung ke Forest Walk.

Forest Walk
Forest Walk adalah jembatan besi yang membelah hutan kota Singapura. Untuk orang yang ingin merasakan suasana hutan tapi malas melewati tanah becek, humus, dan daun-daun yang berguguran, Forest Walk adalah pilihan yang tepat. Pada dasarnya Anda berjalan lebih tinggi atau sama tinggi dengan mahkota pohon (bagian daun-daun) sehingga tidak menyentuh tanah. Hati-hati kalau mendung, karena kalau mendadak hujan dan ada petir, tidak ada tempat berlindung di sini. Di sini, suara burung dan serangga terdengar dari segala penjuru.

Hilltop Walk di Telok Blangah.
Hiltop Walk adalah trotoar di tepian jalan beraspal yang mendaki menuju ke Henderson Waves. Area ini merupakan bagian dari Telok Blangah Hill Park. Jalan ini relatif sepi dan tidak ada rumah di kiri kanan, jadi suasananya memang seperti di pedesaan. Hal ini ditunjang dengan pohon-pohon nan rindang di kiri kanan jalan. Tapi kalau mata memandang melewati barisan pepohonan ini ... latar belakang berupa bangunan-bangunan apartemen dan pertokoan tidak bisa membohongi bahwa kita berada di pusat kota! Di jalur ini, ada Terrace Garden, dimana kita bisa melihat pemandangan kota Singapura dari ketinggian.

Setelah beberapa lama berjalan mendaki dan khawatir nyasar, akhirnya saya tiba di jembatan kayu yang elok. Di ujung jembatan ini ada tempat duduk-duduk untuk istirahat. Sempat bingung juga, daerah apa ini, sampai saya menemukan petunjuk bahwa jembatan kayu ini adalah Henderson Waves. Akhirnya, sampai juga ke tujuan jalan-jalan saya hari ini!

Henderson Waves, yang mungkin diilhami oleh grafik sinus (atau cosinus?).
Henderson Waves adalah jembatan penyeberangan di atas Henderson Road, dengan ketinggian 36 meter dari jalan. Tujuan jembatan ini memang bukan untuk menyeberangkan pejalan kaki biasa di tepian Henderson Road, melainkan untuk menghubungkan antara dua taman kota, yaitu Telok Blangah Hill Park dan Mount Faber Park. Sesuai dengan namanya, kedua taman ini terletak di puncak dua bukit yang berbeda.

Karena saya jalan di jembatan ini sekitar jam 4, duduk-duduk bermandikan sinar matahari bukan pilihan yang tepat bagi saya. Panas banget. Mungkin harusnya datang ke jembatan ini waktu sunset atau sunrise. Pemandangan dari atas Henderson Waves bagus, apalagi pemandangan pantainya. Kalau pagi atau sore, pasti bagus banget!

Patung Merlion di Mount Faber.
Melewati Henderson Waves, saya memasuki Mount Faber Park. Sepanjang jalan dari tepi Henderson Waves sampai nanti di ujung Marang Trail, disebut sebagai Mount Faber Walk. Di sini ada taman kecil yang disebut Faber Point. Di taman ini, ada patung Merlion kecil, ada taman dimana kita bisa duduk-duduk dan foto-foto dengan latar belakang kota Singapura, dan ada kafe kalau mau makan-makan santai. Tempat ini menjadi tempat parkir bus dan mobil wisatawan asing dan lokal yang mau jalan-jalan di sekitaran Southern Ridge.

Dari sini saya lanjut berjalan kaki menuju ke Marang Trail. Saya melewati The Jewel Box, rumah makan mewah yang juga merupakan Cable Car Station menuju Sentosa Island. Kalau mau ke Sentosa Island naik Cable Car, mau tidak mau memang harus parkir mobil di sini atau di Faber Point.

Mount Faber Walk
Akhirnya, sampailah saya di Marang Trail. Marang Trail adalah jalur selevel tanah, baik berupa jembatan kayu maupun jalan semen yang menembus hutan kota menuju ke Harbour Front MRT Station, Exit D. Kalau jalannya dari Harbour Front ke arah Mount Faber Walk, akan terasa menanjak. Akan tetapi, karena saya menjalani arah sebaliknya, jadinya lebih menyenangkan karena turun bukit menuju pantai.

Sampai di ujung Marang Trail serasa seperti keluar dari dunia kahyalan. Dari lorong yang dipenuhi dedaunan yang rimbun, perlahan-lahan saya tiba di ujung lorong yang terang benderang, dan keluar lorong untuk menemukan sebuah mobil perawatan taman dengan petugasnya yang sedang menarik-narik selang air, tempat parkir sepeda motor, dan kemudian bertemu dengan tiang penyangga jalan tol, jalan raya yang penuh dengan kendaraan, dan diseberang jalan sudah terlihat gedung mall. Kembali ke dunia nyata. Rasanya ingin balik arah ke Mount Faber Park lagi.

Jalan masuk ke Marang Trail, dari arah Harbour Front. Seperti the Secret Garden, yah.
Total perjalanan, dari Alexandra Arch sampai ke Harbour Front MRT Station, adalah 3 jam. Jam 17:30 saya sudah menyelesaikan rute saya. Sebenarnya ini diluar perkiraan, karena tadinya saya kira saya baru selesai jam 19:00. Untuk mengisi waktu, saya lalu memutuskan untuk jalan di tujuan wisata lain: Chinatown dan Orchard Road.

Pagoda Street, tepat setelah keluar dari Chinatown MRT Station, Exit A.
Chinatown di malam natal sungguh padat. Suasananya kontras dengan Southern Ridge yang sepi dan hijau. Di sini, jalanan padat dipenuhi dengan pedagang di pinggir jalan dan orang-orang (turis) yang berbelanja. Apalagi, keluar dari Chinatown MRT Station, saya langsung masuk ke Pagoda Street, yang termasuk merupakan pusat perbelanjaan di area tersebut. Di setiap sudut ada yang menjual dan ada yang membeli. Ada toko khusus penjual barang-barang Tintin, dan ada juga museum uang koin. Di Chinatown, saya menyempatkan untuk mengunjungi Budha Tooth Relic Temple dan Sri Mariamman Temple.

Budha Tooth Relic Temple adalah kuil yang menyimpan patung 100 perwujudan Budha. Di ruang utamanya, seluruh temboknya dipenuhi patung budha, dari yang ukurannya mini, sampai yang ukurannya besar. Warna merah dan emas mendominasi kuil ini.

Seratus perwujudan Sang Budha di dinding Budha Tooth Relic Temple.
Sri Mariamman Temple adalah kuil hindu tertua di Singapura. Saat saya datang, sedang ada acara keagamaan, jadi tidak bisa berjalan-jalan sembarangan. Orang-orang berbaris dan menerima dari pendetanya sejumput tepung putih (kalau nggak salah yah, soalnya melihatnya dari jauh) dan memakannya.

Pintu masuk ke Sri Mariamman Temple.
Saya juga melewati Masjid Jami, masjid di area China Town yang selesai dibangun di tahun 1835. Masjid ini didirikan oleh komunitas muslim Tamil di Singapura. Masjid ini warnanya hijau, dan hampir seluruh interiornya berwarna hijau juga.

Saya makan malam di area China Town, di Mosque Street, di sebuah restoran Chinese Food yang menyediakan hidangan pedas a la Sechuan. Di Mosque Street ini ada banyak backpackers’ hostel. Posisi jalan ini ada di dekat Masjid Jami.

Selesai makan, masih jam 19:30, menurut saya terlalu sore untuk kembali ke hostel. Saya memutuskan untuk ke Orchard Road naik MRT, tapi masuknya melalui pintu yang berbeda dari pintu keluar saya tadi (Exit A). Saya berputar-putar melewati People’s Park Complex sampai menemukan pintu masuk ke MRT Station dan langsung ke Orchard MRT Station.

Orchard Road berhias di malam Natal.
Orchard MRT Station, malam Natal. Penuh. Rasanya semua orang berkumpul di sini. Tapi itu belum seberapa. Saya keluar di pintu yang langsung menuju ke Tangs Orchard dan Lucky Plaza. Jalan penuh sesak! Jalan kaki saja bisa berhenti kena macet ... apalagi mobil! Di tepi jalan ada hiburan seperti koor dan musik. Orang-orang yang berhenti untuk menonton membuat jalan bertambah macet. Di sepanjang jalan polisi berjaga, mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Saya hanya keluar masuk mall-mall di sepanjang Orchard Road, bertemu dengan orang (Indonesia) yang berbelanja atau sekedar jalan-jalan, dan lalu kembali ke Orchard MRT Station melalui Wheelock Place.

Jam 21:00 kaki saya sudah minta pulang. Pas sampai di MRT, jalan saja susah. Kiri kanan depan belakang orang semua! Eskalator yang menuju ke atas penuh sesak, sampai tiba-tiba berhenti mendadak – mungkin ada yang tidak sengaja menginjak tombol emergency. Rasanya seperti di pasar malam. Untung MRT segera datang dan membawa saya keluar dari situ. Jam 21:30, saya sudah tiba di hostel dan siap tidur.

Karena saya datangnya cukup sore, dibandingkan hari-hari sebelumnya, saya sempat bertemu dengan orang-orang yang tidur sekamar dengan saya dan sempat ngobrol. Ada gunanya juga pulang cepat, bisa menambah teman.

(...bersambung...)

0 Komentar:

Posting Komentar