15 September 2018

Di Siem Reap, Kamboja, ada istilah temple-mountain, atau candi gunung. Yang dimaksud dengan candi gunung adalah candi yang disusun tinggi berbentuk punden berundak yang dianggap merepresentasikan Gunung Meru, tempat bersemayam para dewa. Umumnya candi gunung dikellilingi dengan parit atau danau kecil yang dianggap merepresentasikan lautan. Menurut legenda hindu kuno, Gunung Meru terletak di tengah samudra semesta.
Pre Rup, salah satu contoh candi gunung di Siem Reap.
Candi pertama Kerajaan Khmer kuno juga berbentuk candi gunung. Beberapa candi di awal masa keemasan Kerajaan Khmer juga berbentuk candi gunung. Bakan, yang merupakan bagian utama dari Angkor Wat juga berbentuk candi gunung. Kalau saya perhatikan, pola candi yang berundak adalah pola candi yang juga ada di Indonesia, misalnya Candi Borobudur. Hanya saja, detil ukiran candi dan bentuk atapnya lebih mengingatkan saya pada Candi Prambanan.
Ada dua candi gunung yang saya kunjungi selama di Siem Reap, yaitu candi Pre Rup dan candi Ta Keo. Secara umum, bentuk keduanya hampir mirip. Nah, berikut ulasan singkat mengenai kunjungan saya ke kedua candi tersebut.

Pre Rup

Candi Pre Rup adalah salah satu tempat melihat sunset yang cukup populer di Siem Reap. Umumnya candi di sekitaran Siem Reap sudah ditutup untuk umum di jam 17:30. Tapi untuk candi Pre Rup, wisatawan masih dapat berkunjung di sini sampai jam 19:00. Memang candi ini ditonjolkan sebagai tempat menikmati pemandangan waktu matahari tenggelam.
Candi Pre Rup terdiri dari satu bangunan besar yang mana untuk menuju ke platform di atasnya kita harus menaiki tangga yang cukup tinggi dan terjal. Untungnya sudah dibuatkan tangga kayu bantuan, sehingga mempermudah pengunjung untuk naik ke atas. Saya sih, nggak mau lama-lama di platform atas ini. Matahari belum tenggelam, saya juga sudah turun. Nggak kebayang kalau gelap-gelap setelah matahari terbenam, masih harus turun tangga candi yang tingginya sekitar 12 meter.
Sunset di Pre Rup. Kepala-kepala yang terlihat adalah beberapa dari pengunjung yang memenuhi candi.
Pre Rup di saat matahari terbenam.
Konon candi ini adalah tempat upacara kremasi dan kematian, sehingga kemudian dinamakan oleh penduduk setempat Pre Rup yang artinya “memutar badan”. Jaman dahulu, abu hasil pembakaran jenazah akan diputar sepanjang upacara kematian (kemungkinan di platform atas candi). Tapi sebetulnya hal ini masih merupakan perdebatan di kalangan para ahli.
Buat yang mau foto-foto di sekitaran Pre Rup di saat sunset, sebaiknya datang awal. Soalnya yang mau menonton sunset di situ banyak. Dari jam 4 sore, sudah ada yang ngejogrog di atas candi sambil pasang tripod dan kamera gedenya. Selain itu, pasangan-pasangan turis dan orang lokal sudah duduk-duduk di tangga-tangga di bangunan paling atas. Kalau punya waktu cukup, foto-foto bagian bawah candi dengan suasana sunset juga oke lho.

Ta Keo

Candi Ta Keo adalah candi gunung yang dibuat dari batu pasir. Candi ini dianggap sebagai candi tertua yang dibangun seluruhnya dari bahan batu pasir. Candi ini bentuknya mirip-mirip sih dengan Pre Rup. Tapi tangganya lebih terjal. Tidak ada tangga kayu bantuan, jadi orang harus cukup berhati-hati untuk naik ke atas.
Berhubung di tangganya tidak ada pegangan tangan dan jarak antara satu pijakan ke pijakan lain cukup tinggi, ibu dan adik saya tidak ikutan naik ke atas. Ternyata, ada juga beberapa orang yang tidak mau naik ke atas karena takut tidak bisa turun. Jadi, dalam beberapa rombongan turis yang datang, selalu ada yang hanya duduk-duduk di dekat pagar di bawah.
Candi Ta Keo bisa dibilang sudah selesai dipugar. Tentunya tidak bisa selesai dengan sempurna, karena candi ini dari dulunya memang tidak pernah diselesaikan. Menurut Wikipedia, di masa pembangunannya, candi ini tersambar petir dan dianggap membawa sial. Oleh sebab itu, pembangunan candi tidak pernah diselesaikan. Tentunya ada juga kemungkinan lain yang menyebabkan candi ini tidak selesai.
Candi Ta Keo dengan tangga yang tinggi dan lumayan terjal.
Salah satu menara di atas candi.
Buat yang jalan-jalan ke kedua candi ini, saran saya, pakai sunscreen karena di sini panas dan tidak ada atap. Pakai topi lebih baik. Tangganya lumayan terjal, jadi kalau jalan bareng orang yang kakinya atau matanya lemah, harap dibantu. Kalau hujan, kemungkinan licin, jadi harus lebih waspada. Tapi secara umum, berkunjung ke candi gunung seperti dua contoh di atas cukup memberikan pengalaman yang mengesankan.

Nah, demikian kisah perjalanan saya mengunjungi candi-candi di sekitaran Siem Reap. Tapi Siem Reap tidak hanya memiliki candi sebagai tempat wisata unggulannya, lho. Masih ada daya tarik lainnya yang juga patut dieksplor. Tunggu artikel lanjutannya ya.

12 Komentar:

  1. Dramatis banget pemandangan di candi Pre Rup saat sunset, kak ...
    Candi Te Keo juga unik dengan bukaan tangga lebar, jarang aku nemuin candi dengan bukaan tangga selebar itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang model begitu memang jarang di Indonesia. Tapi kayaknya candi Borobudur tangganya juga lebar, deh.

      Hapus
  2. Wah, keren banget bisa menikmati langsung, ya. Pas sunset itu mencuri perhatian banget..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas sunset candinya penuh dengan penikmat sunset. Emang itu salah satu spotnya.

      Hapus
  3. Kambojaaaa... Urusan imigrasinya gimana tuh kamboja ? Rumit gak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Warga negara Indonesia bebas visa untuk masuk ke Kamboja. Dan kalau masuknya naik pesawat, imigrasinya gampang kok. Kemarin kami lewat-lewat aja.

      Hapus
  4. Keren juga ya tempat melihat candinya.. Candi Pre rup memang menawarkan destinasi sunsed yang apik yaa

    BalasHapus
  5. Awesome! Jadi pengen ke sini jugaaaa *sya la laaaa*

    BalasHapus
  6. sungguh luar biasa peninggalan pendahulu kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang jaman dulu membangun bangunan megah dengan batu, Pak. Orang jaman sekarang membuat satelit yang melayang di angkasa. Semua ada masanya.

      Hapus