10 November 2018


Setiap kali saya ke Stasiun Kereta Api Senen naik busway, saya selalu melihat tulisan “Bharata Purwa” dan saya tidak pernah tahu itu apa. Tulisan itu menempel di bagian depan sebuah bangunan yang terlihat sudah tua. Nampak seperti sebuah toko di antara ruko-ruko lainnya di dekat Terminal Bus Senen, namun siapa sangka ternyata bangunan dengan tulisan itu adalah sebuah gedung pertunjukan. Gedung Wayang Orang Bharata Purwa adalah nama lengkapnya.
Selamat datang di Gedung Wayang Orang Bharata Purwa.
Waktu pertama kali saya tahu gedung itu disebut sebagai gedung wayang orang, saya sempat kaget. Soalnya, sebagai orang yang besar di Solo, untuk saya, yang namanya gedung wayang orang adalah Gedung Wayang Orang Sriwedari. Mengapa ada gedung wayang orang di Jakarta? Apakah ada banyak orang yang suka pertunjukan wayang orang?
Siapa sangka, ternyata Gedung Wayang Orang Bharata Purwa sudah berdiri sejak tahun 1963. Gedung ini kini adalah tempat kegiatan Komunitas Wayang Orang Bharata yang berdiri di tahun 1972. Sampai sekarang, komunitas tersebut masih menampilkan pertunjukan wayang orang setiap Sabtu malam di sini. Kabarnya, pecinta seni wayang orang masih cukup banyak di Jakarta, dan setiap hari Sabtu adalah ajang perkumpulan mereka.
Gedung Wayang Orang Bharata Purwa merupakan salah satu ruang kesenian publik yang dikurasi (dikelola) oleh Dewan Kesenian Jakarta. Artinya, bangunan ini memang dikelola hinga kini untuk menjadi salah satu representasi kesenian rakyat. Walau bagian depannya terlihat tua, dan lingkungan sekitarnya terlihat agak kumuh, namun bagian dalam bangunan ini terlihat cukup terawat.
Panggung pertunjukan.
Tempat penonton.
Begitu masuk ke dalam gedung kita akan tiba di ruang resepsi dan kemudian akan diantar ke ruang pertunjukan. Ruang pertunjukan mampu memuat sekitar 280 orang penonton. Pengaturan tempat duduknya cukup baik dan tempat duduknya pun oke. Untuk sebuah gedung pertunjukan yang sudah digunakan sejak tahun 1960-an, bisa dikatakan tempat ini cukup terawat dan kondisinya baik.
Oh ya, saya sendiri belum pernah menonton pertunjukan wayang orang, lho. Saya waktu itu sebetulnya berkunjung kemari bukan untuk menonton pertunjukan wayang orang, melainkan untuk menonton konser inaugurasi anggota baru Jakarta Youth Choir. Jakarta Youth Choir adalah organisasi kepemudaan di bawah naungan Pemda DKI yang berfokus di bidang seni paduan suara. Konser inaugurasi ini diselenggarakan di akhir bulan Oktober yang lalu.
Tapi, bahwa ada gedung pertunjukan yang masih dikelola dengan baik oleh Pemerintah (dalam hal ini Pemda DKI) dan masih bertahan di jaman Netflix ini adalah hal yang perlu dihargai dan didukung. Kalau ada yang ingin tahu lebih lanjut mengenai pertunjukkan di Gedung Wayang Orang Bharata Purwa ini, bisa dicek di akun twitternya @wobharata .
Bagian depan gedung. Terlihat seperti toko di antara ruko-ruko lain.
Terusan Jalan Gunung Sahari, Terminal Bus Senen, dan tinggal jalan sedikit untuk mencapai tujuan kita.
Untuk yang penasaran dengan Gedung Wayang Orang Bharata Purwa, bisa kunjungi langsung gedungnya di dekat Terminal Bus Senen. Alamatnya di google sih Jl. Kalilio 15, RT.10/RW.4, Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410. Tapi, sampai sekarang saya tidak pernah tahu yang mana yang namanya Jl. Kalilio. Yang saya tahu, jalan raya di depan gedung ini adalah terusan dari Jl. Gunung Sahari.
Buat yang mau berkunjung ke sini naik kendaraan umum, bisa naik sembarang bus Transjakarta yang menuju atau lewat Halte Busway Senen Sentral. Bisa naik Transjakarta 6H (Lebak – Bulus Senen), 12B (Pluit – Senen), 2A (Kalideres – Pulo Gadung), 5 (Kampung Melayu – Ancol), dan koridor lain yang lewat Halte Senen Sentral. Nah, dari halte busway, kita cukup  jalan kaki ke arah Terminal Bus Senen, dan lanjut ke arah Gunung Sahari. Gedung Wayang Orang Bharata Purwa terletak di dekat Hotel Mustika yang nampak tua dan lusuh.
Alternatif lain, adalah naik angkot M01 jurusan Kampung Melayu – Senen. Pada dasarnya hampir semua bus dan angkot yang menuju ke Terminal Bus Senen dapat membantu kita mengunjungi Gedung Wayang Orang Bharata Purwa.
Siapa tahu, ada yang tertarik menonton pertunjukan wayang orang di Jakarta?

31 Komentar:

  1. jakarta masih menyimpan teater wayang orang ya mbak, kirain uda langka. n nggak pernah kedengaran lagi :(

    BalasHapus
  2. Wah...sbg orang Jakarta yg tinggal hampir 25 tahun ini, saya malah baru tau ada gedung wayang orang di Jakarta 😅 Alm ayah saya asli solo dan beliau sangat senang ntn wayang entah wayang kulit maupun wayang orang. Kapan2 aku mau ntn juga deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. He? Tapi memang kiprahnya wayang orang di Jakarta nggak kedengaran sih ya. Terus tempatnya juga nyempil di antara ruko-ruko gitu. Nggak kelihatan.

      Hapus
  3. Saya belum pernah kesini, seru kayaknya yaa... Semoga nanti kalo pas ke Jakarta bisa mampir.. Thanks for info mba :)

    BalasHapus
  4. Saya lebih memilih wayang orang ketimbang filem sih, kalau ada pertunjukan wayang orang di Ende, misalnya. Karena, bagi saya, wayang orang ini meskipun tidak mengerti bahasanya, merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah jarang ada orang yang suka nonton wayang orang. Masalah bahasa adalah salah satu penyebab sih, karena sekarang kan mayoritas orang bahasa ibunya bahasa Indonesia. Selain itu, kemasannya juga kurang menjual. Memang masih banyak yang harus dilakukan untuk melestarikan kebudayaan.

      Hapus
    2. Kalau wayang orang di televisi tayangnya, mungkin masih ada sub title ya, kak. Tapi kalau di panggung (live) memang susah dari segi bahasa. Tapi mungkin bisa diakali dengan kertas kecil (selembar HVS dibagi empat) lah yang menjelaskan garis besar cerita pertunjukan tersebut. Jadi, meskipun bahasanya enggak ngerti, tapi terhibur dengan suguhannya. Kalau soal kemasannya, saya belum bisa berkomentar hahahah karena belum langsung nonton wayang orang :D

      Hapus
  5. Lokasinya biasa aku nunggu bis jaman sekolah, malem biasanya memang suka penuh yang nonton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ternyata ada yang tahu gedung ini. Saya jarang ke Senen sih, jadi nggak terlalu tahu apa saja yang ada di sekitaran sini.

      Hapus
  6. Wah kayaknya tempatnya asik yah mbak. Pas banget nih buat wisata rekreasi dan edukasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Pak. Buat yang mau tahu tentang budaya Jawa, memang cocok banget.

      Hapus
  7. Menarik. Saya sendiri terakhir kali nonton wayang orang adalah 30 tahun lalu, di tv.
    Apakah di gedung ini ada jadwal pertunjukan wayang orang, Mbak? Jadwalnya baca di mana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Twitternya (wobharata) aktif, kok. Selalu update kalau ada jadwal bulanan.

      Hapus
  8. Wah sekarang interiornya sudah direnov jadi keren ya, kak ...
    Dulu aku sempat nonton disana beberapakali.
    Lokasinya hanya berjarak sekitar 3 bangunan dari terminal Senen.

    Salut dengan operasional eayang orang Bharata.
    Ditengah kota besar pertunjukan wayang tetap eksis, sementara di Jawa Tengah tempat asal mula wayang berasal malah ngga ada gedung pertunjukan wayang orang.
    Miris !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah, sudah pernah nonton di sana beberapa kali? Saya saja baru-baru saja tahu ada tempat ini, padahal sudah tinggal di Jakarta lebih dari 20 tahun. Kalau dengar kata Gedung Wayang Orang, saya selalu ingatnya Sriwedari, Solo. tapi sepertinya di kota lain di Jawa Tengah nggak ada gedung seperti ini ya.

      Hapus
  9. Pernah dengar dari teman tentang wayang orang dan diajakin juga nonton, tapi emank gak begitu tertarik, Tarnyata desain mantab betul ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, jujur saja ya. Saya pasti ketiduran kalau nonton wayang orang. Saya lebih suka nonton sendratari, macam Ramayana yang di Candi Prambanan .

      Hapus
  10. Kalo wayang orang saya taunya dulu waktu masih diputar di TVRI kalo nggak salah....skrg udh lama nggak pernah nonton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ... itu dulu banget ya? Jaman dulu wayang orang kan acaranya lumayan lama, ya. Kalau sekarang sudah disingkat supaya penonton tidak bosan.

      Hapus
  11. Waahh ini langka banget ya, di zaman sekarang kirain udah gak ada tempat kayak gini, ternyata masih ada ya.
    tempatnya juga asyik tuh mba, gak kalah dengan tempat hang out milenials zaman now :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ... dan ternyata penontonnya juga nggak sedikit, lho. Mengagetkan juga, seni tradisional begini masih hidup kokoh di jaman netflix gini.

      Hapus
  12. Sering saya lewati tapi belum pernah masuk nonton pertunjukkannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya dulu sering lewat, tapi nggak nyadar ada gedung pertunjukan di situ. Mungkin karena show-nya wayang orang ya.

      Hapus
  13. Mumpung sy di Jakarta, nanti malam minggu sy mau coba Ceklok, barangkali ada jadwal pentas

    BalasHapus
  14. Surprise di jakarta mash ada gedung pertunjukan wayang orang begini. Saya pun telah mencoba nonton di sana. HTM 40.000 sd 60.000. Ruangan nya sangat nyaman dan ber AC. Jam pertunjukan mulai dari jam 08.15 sd 24.00. Seru dan menyenangkan di kota metropolitan mash ada pertunjukan warisan budaya sepert ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bagus banget masih ada komunitas yang mau menjaga kelestarian budaya.

      Hapus
  15. Kalau ternyata yg menjadi kendala salah satunya adalah Bahasa, maka semakin terbukti bahwa semakin banyak orang tua jawa yg kurang berhasil mendidik anak2nya untuk mengenal dan mengetahui bahasa ibu. Semakin tidak tahu akan kesadaran diri dan posisi indentitas diri seseorang aksn melahirkan generasi yg lebih tidak tahu akan dirinya. (Loss of identity to its own culture.)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik juga, ketika bahasa ibu tidak terlalu dipakai karena tidak digunakan di luar rumah. Bahkan dengan penggunaan di rumah pun, kosa katanya terbatas pada hal-hal sehari-hari yang ruang lingkupnya kecil. Teman yang kecilnya di Yogyakarta dan bisa krama inggil, anaknya cuma bisa basa ngoko dengan kosa kata terbatas. Teman yang orang tuanya asli kelahiran Tiongkok sana, dianya cuma bisa kata-kata rumah sederhana dan nggak terpakai saat bekerja untuk TKA China.

      Hapus