30 November 2018


Artikel ini dibuat sebagai bagian dari BPN 30 Day Blog Challenge
Dulu waktu saya masih kecil, saya suka mengkoleksi perangko. Apalagi perangko dari luar negeri. Setiap kali dapat surat dari sahabat pena, dan perangkonya bagus, rasanya senang sekali. Tapi lama-kelamaan, kebiasaan surat-suratan hilang, dan berganti jadi temenan di Friendster, terus Facebook. Ya sudah, berhenti juga hobi saya mengumpulkan perangko.
Pernah juga hobi mengumpulkan brosur festival film. Tahun 2000-an, festival film bisa dikatakan booming. Sebagai penikmat seni, dan juga film, saya rajin menyatroni festival film dan membawa pulang brosurnya. Nah, brosur-brosur dan buklet acara festival tersebut saya kumpulkan dan saya simpan. Tentunya dengan semakin lazimnya internet, kemudian panitia festival cukup menaruh segala informasi film dan agenda di internet, tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mencetak buklet. Jadi, berakhirlah hobi saya mengumpulkan brosur dan buklet festival film.
Buklet JIFFEST, salah satu Festival Film populer di tahun 2000-an.
Ada suatu waktu, dimana saya menyadari bahwa mengumpulkan barang koleksi berarti juga harus menyiapkan tempat khusus dan memberikan perawatan khusus. Kalau cuma ditaruh begitu saja atau ditumpuk-tumpuk di kardus, kok kayaknya malah menyimpan barang nggak kepakai. Tapi kalau saya jalan-jalan atau beraktivitas lain, ingin juga ada kenang-kenangannya. Lalu apa dong, yang bisa disimpan tapi tidak memenuhi kamar?
Makanya, saya lalu memutuskan untuk mengumpulkan foto saja. Tapi bukan sembarang foto, melainkan foto jalanan. Kenapa foto jalan? Tentunya karena saya suka jalan kaki. Memotret keadaan di jalan memang lebih mudah kalau kita sedang berjalan kaki. Nah, koleksi foto jalan saya juga nggak hanya diambil saat berwisata, namun juga di hari-hari biasa di kota tempat tinggal saya, Jakarta.
Sebetulnya dari pertama kali saya punya hape yang ada kameranya, saya sudah suka memotret jalan. Alasannya, jalan bisa berubah setiap waktu. Sekarang ada gedung A, lima tahun lagi sudah ganti gedung B. Beda kan. Saya sendiri juga penggemar foto-foto tua. Kalau pas browsing, kadang-kadang saya sengaja mencari foto-foto jadul. Menarik, lho, melihat betapa banyaknya perubahan di sekeliling kita.
Nah, foto-foto jalan yang saya ambil pun saya maksudkan untuk menjadi semacam foto jadul di masa yang akan datang. Kebayangkan, kalau sepuluh tahun lagi kita bisa menunjukkan foto Jalan HR Rasuna Said tanpa konstruksi rel LRT, atau bisa menunjukkan foto Jl. Jend. Sudirman sebelum ada jalan layang Karet? Pasti rasanya jadul banget. Coba lihat saja beberapa contoh di bawah.
Jl. Jend Sudirman dengan jalur pejalan kaki di pinggirnya. Foto bulan Agustus 2018.
Padahal, bulan Juli 2018, jalur pejalan kaki masih dalam proses pembangunan, lho.
Masih ingat kan, kalau sebelumnya Jl Jend Sudirman punya jalur lambat?
Foto dari tahun 2010 waktu Car Free Day.
Bagaimana? Seru juga kan, melihat foto-foto jalanan dari waktu ke waktu? Untuk saya, memotret jalan berarti menyimpan suasana sekarang untuk masa depan. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri, yang sudah menjadi saksi perubahan jaman.

9 Komentar:

  1. Ambil fotonya cakep mba, btw dapet view yg agak tinggi kayak gini pake apa ya mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oo ... itu sih ambil fotonya di jembatan penyeberangan, Kak. Soalnya di Jl Jend. Sudirman memang ada banyak jembatan penyeberangan, jadi lumayan gampang ambil gambar dari atas.

      Hapus
    2. Oalah udh mikir macam2 aja sy , kirain manjat gitu hahaha

      Hapus
  2. Klo foto jln bisa dicek ya berapa tahun kmudian ada yg berubsh ga, beneran mengoleksi sesuatu yg unik, lain dari biasanya, ga makan tempat pulak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting, ya nggak makan tempat itu. Terus perawatannya kan lebih gampang.

      Hapus
  3. mbak suka jalan kaki ? jangan lupa make sendal ya 😜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha ... mana berani jalan-jalan di tengah Jakarta nggak pakai alas kaki. Bisa ditangkap Satpol PP.

      Hapus
  4. Sekadar ide: coba Mbak ambil fotonya dari sudut pengambilan yang persis dengan foto-foto jadul yang ada di internet, terus dibandingin deh. Dibikin semacam before-after gitu. Pasti bakal jadi koleksi yang nantinya bisa jadi bahan cerita menarik untuk anak-cucu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maunya sih begitu. Tapi ini kan buat tantangan 30 harinya Blogger Perempuan Network, jadi begitu ada ide harus langsung diproses. Terus sialnya, dua minggu ini pulang kantor malam terus, Sabtu dan Minggu ada acara terus. Udah nggak sempat ngatur gambar. Yang ada dulu aja deh. Ntar kalau sudah senggang, mau diatur mana yang perlu diambil ulang gambarnya.

      Hapus