24 November 2018

Artikel ini dibuat sebagai bagian dari BPN 30 Day Blog Challenge
Pergi sendiri? Tidak perlu khawatir. Di jaman digital ini, hidup para solo traveller semakin dipermudah. Apalagi dengan adanya komunitas-komunitas di media sosial. Buat yang mau coba-coba solo travelling, atau solo backpacking, masuk ke komunitas backpacker atau traveller di media sosial seperti facebook atau twitter akan sangat berguna karena bisa mendapatkan berbagai informasi sebelum dan pada saat perjalanan. Berikut ini beberapa contoh keuntungan dari komunitas di media sosial untuk kaum solo traveller.
Informatif dan Interaktif
Mau tahu, bisa nggak jalan kaki dari Meiji Jingu ke Takeshita Street di Harajuku, Tokyo? Bisa baca di blog. Tapi melemparkan pertanyaan yang sama di komunitas backpacker, dijamin mengundang banyak jawaban yang membuat pikiran kita terbuka. Siapa tahu jadinya malah lanjut jalan kaki ke Shibuya Crossing.
Pakai kaca pembesar di komunitas tersebut, bisa dapat lebih banyak informasi lagi: itinerary yang sudah pasti bisa jalankan, perkiraan harga, dos and don’ts, bahkan rekomendasi tempat penginapan. Dari pada capek browsing di internet satu-satu, mendingan cari di komunitasnya. Langsung dapat semua. Lebih topnya lagi, semua informasi itu datang dari tangan pertama. Bisa kita korek-korek lebih lanjut. Kalau blog, kadang-kadang yang menulis cuma menyontek toko sebelah.


You'll Never Walk Alone
Bisa minta informasi atau bantuan, bahkan di tengah perjalanan
Sudah jamak, ada yang tanya di komunitas medsos: “Waduh, gara-gara taifun dan banjir, nggak bisa ke Boracay nih. Udah tiket hangus, nyangkut di Manila pula. Enaknya ngapain lagi ya di Manila?” Dijamin akan ada banyak jawaban, dari yang cuma main-main sampai yang serius. Percayalah, selama kita tidak kecil hati dengan bullying (yang entah kenapa selalu ada) atau jawaban main-main, kita selalu akan menemukan ide-ide kreatif untuk mengubah perjalanan kita menjadi lebih menyenangkan.
Dapat teman jalan
Ini adalah salah satu keuntungan ikutan komunitas. Kadang ada yang bisa ketemuan di beberapa titik perjalanan kita. Misalnya nih, dari Jakarta mau ke Ubud, tapi yang transportnya murah. Ambil kereta ekonomi dari Jakarta ke Yogyakarta, lanjut kereta ekonomi ke Banyuwangi, naik ferry, terus lanjut bus. Nah, sudah biasa, kalau kita bisa jalan bareng dengan teman yang kenal di komunitas. Waktu di Yogyakarta dapat teman yang sama-sama mau ke Banyuwangi, terus waktu di Denpasar dapat teman lagi yang sama-sama mau ke Ubud. Lumayan kan, menambah pengalaman. Yang penting waspada saja, soalnya isi hati orang, siapa yang tahu.
Nah, kenapa takut solo travelling? Jalan-jalan boleh sendiri, tapi dengan media sosial teman kita banyak, kok.

4 Komentar:

  1. Wah seruuu ya solo travelling. Masih wishlist di aku yg blom kesampean nih 😆

    BalasHapus
  2. Saya juga suka solo traveling; baik di Pulau Flores maupun keluar Pulau Flores, nyaman saja gitu. Tapi juga nggak menutup diri dari jalan bareng teman-teman hehehe. Rasanya memang beda dan masing-masing ada keuntungannya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ... setuju. Makanya kalau saya biasanya selang-seling, antara sendiri atau ramaian.

      Hapus